Kembar superfetasi, tidak umum.
Cukup aneh, nyaris mustahil, minoritas diantara yang minoritas. Mungkin karena benih unggul--tapi sangat-sangat rapuh.
Mile pun dibisiki Napvtik bahwa si kakak kuat, tapi belum tentu untuk si adik. Itulah sebabnya Apo mulai kontraksi kencang saat si adik berusaha mempertahankan diri. Kejadian ini pernah ada di Arkansas, Amerika Serikat, walau yang sering Mile dengar ibu hamil takkan terbuahi, jika sudah mengandung janin yang hidup.
Efek fisik dan hormonal akan mencegah pelepasan sel telur dari ovarium. Lapisan rahim pada ibu hamil normal juga akan berubah, yakni usai embrio ditanamkan, akan membuat implantasi dengan efek bahwa embrio lainnya menjadi sulit menempel ke dinding rahim. Beda dengan Apo.
Oh, satu lagi. Napvtik juga memberitahu bahwa superfetasi biasanya terjadi pada hewan mamalia, seperti kucing, koala, dan lain-lain. Namun, menurut literatur medis manusia sungguh-sungguh jarang ada. Mungkin Apo Nattawin adalah yang kedua di dunia ini.
Mile merasa Apo butuh diawasi ekstra, tapi lihat si manis yang lalukan sekarang? Apo sibuk video call dengan keempat orangtuanya, dia cengar-cengir hingga mengabaikan Mile 30 menit lebih, padahal biasanya mengajak ngobrol selagi Mile fokus menyetir.
May, Man, New, dan Rom pun begitu. Mereka merespon Apo dengan cara yang serupa. Si manis tampak makin betah bercipika-cipiki. "Iyaa lho Mam! Tadi itu agak aneh. Mendadak perutku sakiiiiiit sekali, padahal pas siap-siap biasa saja. Cuman kata dokter aku sehat dan tidak masalah. Jadi lega kan ... ha ha ha ...." tawanya sambil menutupi bibir.
Kata Nee, "Bagus dong, Sayang. Yang penting jangan beraktifitas berat lagi ya. Masih rawan! Si adik kan baru muncul di sana. Kurangi dulu olahraga barbel-nya, karena 3 kilo pun tetaplah beban."
"Oke, Mam," kata Apo.
Rom pun ikutan komen. "Kalau begitu mari tebak-tebakan untuk si adik. Apa dia cewek atau cowok? Aku bertaruh dia nanti cowok lagi."
"Cewek!" seru Apo. "Harus cewek, dong Pappy! Kan si kakak sudah cowok ...."
"Hmm? Tapi bagaimana kalau cowok lagi? Papa jadi membayangkan menggandeng mereka berdua jalan di taman," sahut Man di layar belah video call lain. "Terus bilang, ayo cucu-cucu Granpa. Kita beli es krim yang enak di toko. Ha ha ha ha ha," tawanya sambil ber-angan.
"Ihh, Papa. Masih kecil kok dibeliin es krim. Nanti batuk dong," bantah Apo.
"Alah, kan cuma sekali-kali, Sayang. Kalau sama kalian kan pasti dilarang. Papa tidak mau cucu-cucu imut itu tertekan setiap hari."
"Uuu, Papa kriminal ya."
"Ha ha ha ha ha."
Nee tampak mengeluarkan pouch merah di seberang sana. "Daripada itu, Apo Sayang. Bagaimana kalau kau memilih beberapa benang Mommy? Nanti Mom buatkan popok rajut untuk mereka sesuai warna yang kau ambil. Masing-masing nanti dapat variasi desain."
Mata Apo pun langsung terbelalak. "Wahhh ... Mommy ternyata bisa rajut juga?"
"Bisa dong ...."
May segera menyahut kagum sekaligus iri. "Ya ampun, besan. Kenapa kau tak pernah bilang? Aku sekalian diajari juga mau lho," katanya terheran-heran. "Dari dulu ingin bisa jahit, bordir, rajut, dan yang sejenis. Tapi di sini susah karena sekolahnya jauh. Biar Apo nanti kubuatkan juga."
Nee pun menyambut antusias. "Ohh, ya Tuhan ... tentu. Ayo, kemari saja. Kalau ada libur kita sama-sama buat. Nanti kukasih lihat buku-bukuku sewaktu jadi pemula."
"Sip, ya. Kita janjian setelah ini."
"Yaps."
Apo lalu menunjuk yang cerah-cerah. "Ummm, mau kuning dong Mom," katanya. "Terus pink, merah, hijau, dan satunya lagi oren gonjreng."
Nee pun memisahkan benang-benang yang menantunya inginkan. "Okee, Sayang. Ada lagi?" tanyanya. ".... tapi Mom juga bisa kreasi kain flanel lho. Bagaimana kalau diselingi itu juga? Para mini Kitty dapat lampu tidur yang lucu nantinya. Lihat." Wanita itu menunjukkan layar tablet yang berisi hasila pencarian di pinterest. "Mommy bisa bikin yang seperti ini untuk mereka."
"Aww," seru Apo. "Gemasss sekali, Mommy. Ada baby lion," tunjuknya. "Terus yang jerapah itu apa? Tempat tisu?"
"Yea? Bisa dipakai tempat empeng dan dot juga kok," kata Nee. "Terus jika diperbesar, malah bisa ditempati botol susu."
"Susu ...." Bola mata Apo pun langsung berbinar. "Mauuu, Mommy. Semuanya boleh?"
"Of course, Sayang. Aku dan Mamamu nanti buatkan yang banyak. Ya kan, besan?"
"Iyeees. Aku jadi tidak sabar otak-atik. Ha ha ha ha ha ...."
"Ha ha ha ha ha ... makin bagus lagi kalau diberikan inisial nama."
"Betul," sahut Rom. "Nanti diskusikan dengan suamimu mau memanggil mereka seperti apa ya, Sayang. Pappy ikut tidak sabar."
"Xixi, siap Pappy."
"Saran Papa ada unsur nama kalian semakin bagus. Maksud Papa, satu dari Mile, satu lagi dari dirimu sendiri."
"Umn. Phi Mile nanti kutanya-tanya dulu."
"Sip."
Namun si manis semakin random.
Tidak ada angin, tidak ada hujan Apo Nattawin berubah aneh. Sebab si manis mulai gemar menyetel karya boyband favoritnya keras-keras. Sambil memasak dia mendengarkan lagu NCT dan EXO. Dapur jadi pecah oleh suara heboh konser fals-nya. "LET ME INTRODUCE YOU TO SOME NEW THANGS, NEW THANGS, NEW THANGS! Basa kick swing's like I'm Bruce Lee, Bruce Lee, Bruce Lee, Bruce Lee ....! Ayyyaayaya! Kick it! Kick it! NCT 127!! AOOOOOOOOOOW!!!" jeritnya, yang menggunakan centong sup sebagai mik palsu.
Mile Phakphum sampai keluar dari ruang kerja pribadinya, mengintip penasaran. Hebatnya masakan Apo tidak pernah gosong lagi--minimal lah--walau soal cita rasa masih banyak hambarnya. "Apooo ...." panggilnya.
Hanya saja si manis tidak peduli padanya. "Buri butne buri butne!! I mudae wiro tteul ttaen nanapeuro jjilleo jwau Bruce Lee, nara danyeo haru jongil Bruce Lee!! HAAAAAAAAAAAA!! I WILL KILL YOU BAYBEEEHHHHH! AAAAAAAAAAAAA!" teriak Apo makin menjadi.
Mile kini melihat istrinya berputar-putar seolah kehamilan bukanlah beban. Apo sibuk nge-fanboy daripada sedih sejak kehamilan susulannya, padahal Mile khawatir padanya setiap saat. "Apo, Sayang ... hati-hati jangan begitu. Nanti terpeleset bagaimana. Astaga, pelankan dulu volumenya--"
"Ha ha ha ha ha! Ada Phi Mile toh!" serunya setelah tersadar. Apo pun segera datang dengan mangkuk kecil biru. Dia menyodorkannya ke muka Mile dengan senyuman yang lebar. " .... mau mencoba Kimchi tidak? Ini enak loh!! Makanan Korewaaah! Pedas sesuai kesukaan Phi Mile!"
Mile jadi tidak tega marah. "Iya, tapi bisa tidak matikan dulu speaker-nya?" ulang lelaki itu. "Berisik sekali di rumah, ya ampun. Phi sulit bicara denganmu ....!" katanya sedikit ngotot. Mile memang perlu berteriak agar suaranya terdengar. Tapi sumpah, istri remajanya ini makin menggila seiring waktu.
"Ihhh, bagus tahu! Kan Pappy dan Mommy lagi di luar. Tidak apa-apa doooong!" kata Apo, membantah lagi. "Phi tak merasakan sensasinya kah?" tanyanya yang mulai bernyanyi lagi. "Enter the dragon' nan yeonghwagati georeumgeorimajeo martial arts!! Looking that everybody looking at me cams action movie shhhh!! Yeeaaaaa! Yeaaaah! Yeeaahhh! POKOKNYA JAEHYUN YANG PALING TAMPAN! Kalau Phiii tidak mau, maka akan kuberikan kimchi ini untuknya! Untuknya! Untuknya! Untuk Jaehyun tercintaaaaa! Aku akan pakai jastip Korewaaa! Hak! Hak! Hak!" Remaja itu mulai nge-rap, walau basic-nya bicara.
Mile Phakphum pun semakin pusing. Dia memutuskan untuk melewati Apo saja. Dibiarkannya si manis bernyanyi, lalu mencari remot untuk menurunkan pitch-nya sendiri. "Mungkin 15 atau 13 saja. Ini cukup," batinnya. "Heran juga kenapa pelayan tidak ada yang laporan padaku. Ckckck, Poooo ...."
"AHHHHHHHHH! KOK SEGITUUUUUUU! PHI MILE JAHAT!" protes Apo yang auto manyun-manyun. Remaja itu pun meletakkan mangkuk kimchinya. Dia merebut remot kembali untuk menaikkan volume ulang. "Ughhh, mengganggu. Aku kan lagi kencan sama NCT!"
".... apa?" kaget Mile.
"Phi Mile kan sibuk terus. Akunya mau ditinggal lagi kan mulai besok? Ke China pula, issshh. Tidak sengaja lihat jadwalnya malah semakin kaget. Sana, sana, sana, sana! Huuuuuuuuussshhh! Sekalian pergi yang jauuuuuuuh ...." usir Apo, bahkan berani mendorong Mile keluar dari dapur.
Mile pun tidak bisa membantah, karena yang Apo katakan memang benar adanya. Secemas apapun, dia tetap menghabiskan waktu paling banyak di kantor. Banting tulang, dan si manis tinggal asyik belanja online seperti sore harinya.
Mile melihat 3-7 kurir mampir ke rumah. Mereka membawa banyak box yang beda ukuran, dan matanya memicing sipit saat menyibak tirai balkon dari ruang kerja.
"Dia sekarang memakai merchant?" gumamnya. "Beli apa memangnya? Perasaan dulu tidak pernah begitu--"
"HOREEEEEEEEE!! LIGHT STICK-KU DATAAAAAAAAANGGG!" teriak Apo dari dalam ruang tamu. Remaja itu lari-lari kecil tanpa takut, dia menerjang pelayan dan si kurir tua yang berkeringat. Apo lantas memeluk box-box pesanannya. Dia memberi tip, dan sangking tidak sabarnya, Apo pun langsung unboxing di teras rumah dengan girangnya. Namun yang Mile lihat bukan hanya satu light-stick saja. Apo ternyata beli 3 buah, yakni dari grup NCT, Army Bomb (BTS), dan satunya lagi EXO-L & K. Si manis menggunakan ketiganya untuk nge-hype di rumah. Biasanya saat memutar DVD dan track list ketiga boyband itu di home theater. Apo pun mengayun-ayunkan gantian sambil menyanyi lip-sinyc. Dia karaoke sendiri seperti seorang native yang KW. "I'm creeping in your heart babe dwijigo muneoteurigo samkyeo geurae neol humchyeo tamikhae neol mangchyeo noheulgeoya!!" katanya, yang tidak bisa Mile mengerti.
Mile pun tidak menegur lagi, karena dirinya sendiri kurang waktu luang di akhir bulan. Mendekati penghujung tahun memang kerjaan sering membanjir. Mile bisa mengetahui kondisi si manis baik-baik saja pun berkah, tapi saat jam 11 malam dia mulai jarang menemukan Apo siap di kamar (padahal setiap Mile habis lembur biasanya si manis sudah siaga dengan piama cantik di ranjang). Mungkin main game online ponsel, membaca Wattpad, menyimak cerita seram di YouTube, atau tertawa sendiri karena scroll TikTok.
Dulu Apo akan melepaskan gadget dan fokus ke Mile untuk menerima ciuman sebelum tidur. Tapi dimana lagi si manis sekarang? Padahal besok dirinya berangkat dinas---
"Ha ha ha ha ha! Gantengnyaaaaaaa Baek-hyunnnn!" tawa Apo yang ternyata masih di home theater. Dia menonton drakor berjudul "Moon Lovers: Scarlet Heart" sambil memeluk guling bergambar muka Jaehyun NCT, belum lagi tingginya dari kepala sampai kaki full perfect.
Kaos, selimut, dan bantal sofanya penuh muka member EXO-BTS (hei, sejak kapan dia memiliki benda-benda itu?), bahkan di meja Apo juga ada berbagai merchandise mahal. Seperti gantungan kunci, post-card, polaroid, poster, boneka-boneka mini dari para idol tersebut, stiker-stiker manhwa, komik dan novel-novel limited edition, contohnya yang berjudul "Scumbag Villain Self Saving System", "Mo Dao Zhu Shi", "Heaven Officials Blessing", "Banana Fish: Angel Eyes"--beberapa juga bernuansa BL dewasa (ada "Under The Green Light", "Shutline", "The Broken Child" dan sisanya medium stand yang lucu-lucu).
Apa Apo sekarang lupa kepadanya? Serius? Apakah si manis hanya fokus ke dunianya sendiri?
Mile yang sudah duduk di sebelahnya saja tidak digubris.
"AAA! SUDAH GILA YA! PANGERAN KE-4 HAMPIR SAJA KALAH! JANGAN DONG! AYOLAH BUKA DULU TOPENGNYAAAA!" demo Apo ke layar film. Si manis pun mengacung-acungkan remotnya. Dia excited dengan perdebatan di dalam sana, anehnya Snowwy yang menemani di pangkuan tidak terganggu sama sekali.
Snowwy tetap saja tidur lelap. Tubuhnya meringkuk. Dia tak perlu merasakan kesedihan seperti Mile yang sedang merindu. "NOOOOO! ASTAGA, ASTAGA, ASTAGA!! HAE SOOO! JANGAN LUKAI MUKAMUUUUU! YA AMPUN NEKAD SEKALIIIII!!"
"Apo ...." panggil Mile pada akhirnya.
"IYA AKU PAHAM KAU TIDAK INGIN DINIKAHI DIA, TAPI TIDAK BEGITU JUGAAAAAAAAAAAAA!!"
"Apo Sayang, ayo tidur ...."
"AAAAAAAAAAA!! DARAHNYA KELUAAAR YA TUHANNNNNNNNNN!"
"Apo Nattawin cantikku, sekarang sudah jam 11 lebih," kata Mile tidak menyerah. "Kita makin jarang sikat gigi bersama."
Apo pun baru menoleh. Mukanya kaget karena sepenuhnya tidak sadar sang suami ada di sini. Dia pun mematikan film dengan remot segera. "Oh, hai, Phi Mile ...." sapanya langsung pucat. "K-Kok ada di sini ya? Bukannya masih bekerja?"
"Sudah selesai sedari tadi," kata Mile. "Dan aku di sini 12 menit yang lalu, hm? Kau hanya tidak pernah memperhatikanku." Dia kemudian menunjukkan jam ponsel yang sangat terang.
Apo pun sedikit bingung. Tampaknya takut, tapi si manis tidak mengajukan pembelaan seperti di dapur. Dia hanya membongkar dirinya dari gundukan selimut. Merangkak-rangkak. Lalu melepaskan guling tampannya ke sofa panjang. "Mmmh, Phi Mile ...." katanya sembari datang ke pelukan sang suami. "Sorry, aku benar-benar tidak tahu. Ugh, pasti Phi-nya menunggu aku ...." Bibir itu langsung mengecup kening Mile dengan manjanya.
Mile refleks balas menangkap pinggul sang istri erat, dia terkekeh. Secara ajaib kehilangan amarahnya hanya karena hal ini. "Ya, Cantik," pujinya, tanpa melepas pandangan dari wajah Apo. "Phi kangen, tapi awas kalau besok kau yang malah kangen. Sampai-sampai sebegininya." Dia bilang. "Apa Jaehyun memang setampan itu, hm? Bagaimana dengan Pangeran Ke-4 dan Baek-hyun? Aku merasa diabaikan seharian sekali."
"Maaf ...."
"Iya, tapi sambil dijawab dulu," desak Mile sambil menggendong Apo ke bopongan hangatnya. Dia terus mewawancarai si manis sambil berjalan. Mile harus tega menculiknya dari dunia imajinasi malam ini. ".... atau kau ingin menikah dengan mereka, hm? Oh maaf, Sayang. Kalau perlu aku akan mempir ke Korea sebelum pulang. Biar mereka tahu kau punyaku, dan mengandung dua anakku sekarang. How was that? Apakah menurutku itu ide yang bagus?"
"Eh, jangan ...."
"Why? Phi Mile bisa datang ke Big Hit dan SM untuk melakukan pekerjaan bisnis. Entah untuk brand ambassador, iklan, atau project hiburan yang sejenisnya," tantang Mile. "Kau pikir mereka lebih keren dari suamimu ini, hm? Aku bisa membayar mereka untuk datang kalau pun mau."
Apo refleks tak bisa berkata-kata. Dia bingung mau percaya atau tidak, tapi kedengarannya memang nyata sekali. Yang pasti malam itu si manis serasa ditarik ke real life kembali. "Umnh ...." Dia pun memejamkan mata saat dicium. Jantungnya berdebar. Namun diam-diam dadanya lega karena Mile tidak tahu soal mual-mualnya seharian ini. "Aku cuma tidak mau mengganggu Phi Mile," batinnya diantara lumatan panas tersebut. "Aku berharap bisa senang tanpa merepotkan Phi dan teman-teman setiap hari ...."
Bersambung ....