Chapter 31 - TKC 25

SEKETIKA Phillip pun ingin tertawa, tapi tetap profesional sebagai ayah. Dia izin telat kerja lewat seorang ajudan. Mau tak mau mengalah dulu demi mengantar si bayi. Apo dipeluk sampai tujuan agar tidak kabur. Dia diawasi Phillip dan Phelipe langsung hingga masuk ke Gedung S'Laden.

Seperti bocah TK yang sekolah, Apo baru ditinggal begitu dikawal masuk. Prajurit dan sistem sabar menuntun meski telat 10 menit.

[Silahkan, Tuan Nattarylie. Lewat lobi kanan]

[Untung Anda masih diperbolehkan masuk, ya. Walau entah menang atau tidak]

[Soalnya ujian sudah dimulai sedari tadi. Kacauuu]

[Tapi tetap semangat untuk  Keluarga Livingstone. Go! Go! Go! Paling tidak tetap hadir!]

[Kalau menang berarti beruntung. Semisal bukan berarti ada kemungkinan pilih kasih. Ahahay!]

Apo sungguh ingin meremukkan sistem.

Sayang tidak ada waktu marah sekarang. Lelaki carrier itu buru-buru duduk di tempat khusus challenge level 7. Bangku kosong hanya miliknya diantara 8 player bertahan. Baik penjaga, prajurit, maupun para dayang diam-diam melirik Apo dengan mata penasaran.

Bangsat, jangan melihat ke sini! Malu-maluin banget kesannya. Asyuuu!

Apo pura-pura tidak tahu lokasi Raja Millerius, padahal setiap detik merasakan ada mata yang terus memperhatikan. Apo fokus mengambil panel layar agar soalnya cepat sekilas menyembul. Dia membaca cepat peraturan challenge sebelum mulai memilih.

[Jadi, ada 200 pasang baj. Pilih centang hijau (✅) jika Anda yakin Yang Mulia suka, tapi tanda silang (❌) jika memang sebaliknya, oke Tuan?]

Apo pun mengangguk patuh. "Siap."

[Oke! Challenge dimulai sekarang! Tring! Tring! Tring!]

[Loading baju pertama dalam 30 detik]

Clung!

A. ✅

B. ❌

Muncullah gambar royal clothes man bagian atasan. Inner kemejanya berwarna putih dan memiliki draperi tipis-tipis. Outer-nya berupa vest korset berbahan beludru. Warna merah bata bercampur maroon dengan ukiran motif yang menjadi satu. Apo pikir baju itu punya kesan feminine di bagian punggung, tapi sepertinya cocok dipakai sosok gagah seperti Raja Millerius.

"A, centang," kata Apo sambil mengetukkan jemari ke meja.

Tampaknya player lain sudah sampai nomor 25-30. Apo ketinggalan start sehingga dia agak panas dingin. Ingin rasanya memencet sembarang jawaban, tapi hatinya tak bisa begitu. Jika nomor berpindah lagi, wajah Raja Millerius selalu terbayang dalam baju-baju yang tersedia. Terkadang Apo juga gemas ingin memakaikannya secara langsung. Tapi, apa-apaan sih?!

Tekanan ruangan itu lama-lama membuatnya gila.

Benar saja, dering lonceng sudah menghentikan usaha Apo pada menit ke-40.

"Waktu habis. Terima kasih sudah hadir dalam sesi kali ini. Tepuk tangan untuk kalian semua," kata Zelina sambil tersenyum. Wanita itu menemani Raja Millerius di tepian tangga lantai 2. Kontras dengannya, sang dominan lempeng saja menatap semua orang di ruang ujian.

"Selamat untukmu, Delio Mikhaeli." Raja Millerius sendiri baru tersenyum saat menghampiri sang pemenang. Dia turun pelan-pelan, lantas mengulurkan tangan, yang tentunya disambut baik oleh yang bersangkutan. "Mari bersulang untuk keberhasilanmu yang pertama kali."

"Terima kasih, Yang Mulia," jawab Delio, sambil memberikan hormat yang manis. Beda dengan Gavin, player itu lebih anggun nan elegan kala bergerak. Bayang-bayangnya saja tampak cocok bersandingan dengan Raja Millerius yang agung.

"Bagus, lewat sini."

Keduanya berlalu begitu saja. Apo pun diam menatap pemandangan itu, hingga challenge dibubarkan.

Apo tidak memaki, tidak menggerutu, juga tidak mengomel seperti biasa. Dia hanya menyesali kenapa sempat berputar-putar seperti orang kerasukan.

Momok Raja Millerius bisa bersandingan dengan siapa pun ternyata benar-benar nyata. Pihak dewan dan parlemen butuh simbolis kuat di kursi ratu, bukan sekedar pasangan yang melahirkan bayi.

"Ah, ha ha ha. Karena itu ada selir ya?" pikir Apo. "Benar-benar pengaturan bangsat."

Apo masih diam saat makan siang. Jam istirahat tak pernah sehambar ini, sepanjang masuk ke dalam game. Dia menyuap scotch egg dengan muka amat lesu. Sapaan sistem Apo abaikan, karena terbayangi gambaran Delio berhadapan dengan Raja Millerius.

[Hmmm, Anda kenapa sih, Tuan Nattarylie? Tumben tidak semangat begitu?]

[Jika tidak sehat, saya bisa berikan pemindai organ, siapa tahu ada yang kurang beres dalam tubuh Anda]

"Ck, bukan, bukan. Tidak seperti itu  kok." Apo pun mengayun-ayunkan tangannya. "Tapi aku penasaran sesuatu. Biasanya kan pemenang tidak mendapatkan momen maksi bareng? Terus kenapa barusan ada ya? Apa aku kelewatan sesuatu? Umm ... peraturan baru, misalnya?"

[Ohhh itu]

[Soal maksi bareng sih hak otonom raja, Tuan Nattarylie. Beliau bebas mengajak orang atau tidak, kebetulan saja hari ini istana sepi. Ayahanda dan Ibunda ada pertemuan penting. Tidak ada teman, mungkin karena itu Yang Mulia mengajak Tuan Delio]

"Ho ...."

Apo mengemut sendoknya.

[Mungkin ada kaitannya dengan bonus level?]

[Soalnya nanti challenge kalian berisi tantangan menghadiri acara amal]

[Ada player yang harus mengunjungi RS biasa, RS jiwa, panti jompo, panti asuhan, dan anak berkebutuhan khusus]

"Eh? Sebegitunya?" kaget Apo.

[Tentu dong~]

[Seorang ratu harus tahu kapan menampilkan "wajah bagus" untuk gelar kebangsawanannya. Juga menjalin koneksi-koneksi antar wilayah dan badan usaha]

[Kalian dituntut paham caranya menyantuni para pasien, merangkul mereka, memberi semangat, dan masih banyak lainnya]

[Karena itu Kerajaan Inggris semakin kuat, tidak hanya dari kerajaan saja]

[Raja bertanggung jawab bagian dalam, ratu bertanggung jawab bagian luar. Itu sebabnya dewan menteri tidak sembarangan mengatur challenge-nya]

[Itu penting, Tuan Nattarylie. Kursi ratu tidak diberikan untuk main-main, tetap semangat!]

"Hmm ...."

Apo pun garuk-garuk kepala. Dia bingung harus apa, terutama saat jadwal yang dibahas tadi tiba. Pukul 1 siang, semua player dikumpulkan seperti biasa. Namun kali ini mereka harus diantar pergi ke tempat berbeda. Sebanyak 8 kereta berplakat lambang kerajaan mengangkut mereka keluar gerbang Gedung S'Laden. Apo kebagian panti asuhan The Sunshine Darl 5 menit lalu, dalam sesi kocok acak.

[Apakah Anda siap, Tuan Nattarylie? Sebentar lagi kita tiba lho~ Go, go, go!]

[Hitung mundur dalam 30 detik! Tring! Tring! Tring!]

[Siap menurunkan penumpang ke lokasi tujuan!]

Suara engsel gerbang lawas pun membuat Apo tersentak. Dia terlalu pusing memikirkan solusi kunjungan, karena bingung harus apa dulu.

Speech di depan orang kah? Sekedar menyapa "Halo," kah? Atau cukup  merangkul anak-anak tersebut?

Apo akui dia goblok kalau bicara di depan publik.

Tidak lulus SMA dulu, efeknya memang mengerikan sekali dalam hidupnya.

[Tararara~]

[Here we go~]

Anehnya, saat diturunkan Apo kagum dengan banyaknya jumlah orang yang menyambut dirinya. Mereka berteriak histeris, menjerit heboh, dan menyebut namanya sambil tertawa. Banner gigantis bahkan dipajang pada atap gedung, padahal hitungannya super tinggi. Tulisannya "Welcome Mr. Nattarylie J Livingstone" yang dihias dengan balon warna-warni.

Tidak ada 1 menit.

Halaman luas tempat itu makin penuh oleh ambrolan anak-anak yang malang. Mereka tidak ber-orangtua, hidup berdesakan, tapi tampak "puas" dengan bendera Livingstone yang digenggam begitu erat.

Apo pun sadar dia beruntung masih memiliki ibu tunggal, meski memang tidak ber-Ayah selama ini.

Ah, sial.

Paling tidak bisa kalau situasinya begini.

Bajingan sekali lombanya. Kalian semua harus bertanggung jawab!

"TUAN NATTARYLIEEEEE!!"

Panggil mereka kencang sekali.

"TUAN NATTAAAAA!!"

"TUAN NATTARYLIEEEE LIHAT KE SINIIIIIIIIIIII!"

"SEMANGAT YAAAAAA!! KAMI SEMUA MENDUKUNG ANDAAAAA LOOOOH!"

"HAAIIIIIIIII TUAAAAANNN!!!"

"TUAN NATTA KAMI CINTA PADAMUUUUUUUU!! LOVE YOUUUUU!"

Refleks Apo segera mengusap air mata jatuh. Dia senyum. Tiada topik lain yang Apo pikirkan saat itu kecuali berbagi dengan mereka. "Baiklah, sistem. Aku mohon bantuanmu kali ini, bisa tidak? Walau permintaanku memang terbilang sedikit rewel."

[Eh? Apa itu?]

[Berkaitan dengan challenge-nya ya, Tuan? Kok tiba-tiba sekali]

"Benar. Aku ingin kau sediakan apron untuk semua orang di sini. Mesin baking, bahan-bahan roti, selai dan cokelat, juga kotak jajan yang cukup untuk dibagikan nantinya."

[Woooooowww]

Sistem sampai terpana-pana untuk pertama kalinya.

[Tuan Nattarylie? Jangan bilang Anda mau mengadakan masak massal bersama mereka? Ini sungguh ide yang segar sekali! Saya yakin semuanya akan senang loh! Asyiiiiikk!!!!]

"Ha ha ha! Tentu saja. Kan memang itu keahlianku," cengir Apo, yang selama hidup sudah melihat proses pembuatan roti dalam pabrik. "Ayo lah! Gassssss. Jangan sampai waktunya terbuang banyak. Kita punya pekerjaan besar di sini."