Chereads / Aku Tidak Mau Obsesi Pemeran Utama / Chapter 23 - Calon Suami

Chapter 23 - Calon Suami

Jantungku sempat berhenti tatkala Luke memamerkan telapak tangannya yang kekar oleh pembuluh nadi. Kedatangannya yang mendadak membuatku terkesiap. Dengan kharismanya yang memikat, ia mengajakku berdansa dengannya.

Bagaimana ini?

Bagaimana?

Aku harus bagaimana?

Aku menelan ludah. Dari luar, mungkin saja raut mukaku datar tanpa perubahan. Sebisa mungkin, kutahan otot-ototku agar tidak tegang. Namun, aku tak bisa mengontrol fisiologis tubuhku.

Saat ini, pupil mataku bergetar hebat karenanya. Kepanikan terus berlangsung, bersatu dengan kebimbangan dan kegelisahan. Napas panjang berlalu dari hidungku. Sementara Luke masih menunggu jawabanku.

Mari kita temukan jalan keluarnya. Bila aku menerima ajakan Luke, itu akan menjadi awal dari hubungan kami. Pergaulan kelas atas akan dipenuhi oleh gosip panas tentangku dan Luke, mengingat pria sehebat ini menepikan diri hanya untuk menawarkanku berdansa.

Ini tidak bagus. Aku tidak ingin kedekatan itu terjadi.

Namun seandainya aku menolaknya, maka hal itu akan berimbas pada reputasi keluarga Chester. Para bangsawan akan berpikir kalau aku terlalu angkuh untuk menolak Putra Mahkota setinggi dirinya.

Jalan tengah ... jalan tengahnya adalah ....

"Ehm, terimakasih, Yang Mulia, atas permintaannya. Saya tersentuh sekaligus terharu," balasku menggantung.

Aku melirik Serena yang berada di antara teman-temannya. Kemudian melontarkan alasan, "Tapi, saya sedang tidak enak badan. Sedari tadi saya berada di pinggiran karena kelelahan. Sebenarnya, sejak kecil tubuh saya ini lemah. Oleh karena itu, saya mohon maaf dengan sangat. Saya akan mengiakannya untuk lain kali."

Gunjingan orang-orang terlontar semu dari bisikan mereka. Luke pun sedikit gusar karena dipermalukan.

Mungkin, orang lain tak dapat memahaminya karena tameng senyuman palsunya. Namun, aku dapat membaca perasaannya, bahwa saat ini, mood-nya sedang memburuk.

Aku hanya mampu menutup mataku. Tubuhku sudah lemas sedaritadi.

Luke lantas mengembalikan posisi tangannya. Sambil memasang tampang kecewa, ia bertutur, "Baiklah, Lady Chester. Mau bagaimana lagi kalau kondisimu sedang tidak sehat."

Anehnya, Luke tak kunjung membiarkanku lolos. Setelahnya, ia mengutaskan senyuman lembut. "Jadi, izinkan aku mengantarkanmu sekiranya kau berkenan."

Meski terdengar lembut, aku tahu bahwa ia melakukannya dengan setengah memaksa.

Netra kami pun beradu. Detik itu, ia mengembangkan bibir merah mudanya.

Dengan sisa energi, aku memaksa berkilah,"Terimakasih atas perhatiannya, Yang Mulia. Tapi, saya terlalu takut membebani Anda. Jadi ...."

"Benar, saya lah yang akan mengantarkan adik saya pulang," potong Serena, yang tanpa kusadari sudah berdiri menengahi kami.

Aku menghembuskan napas lega. Beruntungnya, Serena peka dengan kesulitanku.

"Baiklah kalau begitu, jaga adikmu baik-baik, ya? Semoga ia lekas sehat," ujar Luke tulus, seraya memamerkan deretan giginya. Kalimatnya itu terdengar ambigu, seolah ia menitipkanku pada kakakku sendiri.

"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia," tandas Serena. Ia menyembunyikan ketidaksukaannya dengan tarikan bibir.

Tanpa aba-aba, Serena menghindarkanku dari hiruk-piruk. Ia menemaniku keluar dari aula sampai ke kereta kuda. Disusul oleh ayah, kami melewati kegelapan malam dari gemerlap pesta di istana.

***

Gawat, Luke sudah menandaiku!

Di kasur ini aku telah berbaring nyaman, lengkap dengan selimut dan gaun tidurku. Tinggal memejamkan mata saja agar jiwaku berpindah ke alam mimpi. Namun, berapa kalipun aku berusaha, aku tetap tidak bisa menenangkan diri. Luke, hanya dia yang terus mengganggu pikiranku.

Malam ini, pertama kalinya aku bertemu dengannya. Sesaat, kehadirannya membuatku kehilangan rasionalitas. Hampir saja aku melupakan tujuanku. Hatiku melemah terhadap makhluk seindah dirinya. Prinsipku hampir goyah sampai aku mengingat kembali isi novelku.

Di dalam novel, Luke bertemu dengan Senika saat pesta perayaan 1000 tahun berdirinya Kekaisaran Dawnell. Luke dan Senika jatuh cinta pada pandangan pertama. Luke pun secara bertahap mendekati Senika. Sejak itu, mereka saling berhubungan.

Sedangkan sekarang, masih ada dua tahun lagi agar kejadian itu berlangsung. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Luke akan muncul di depan mataku. Alurnya berubah karena kemenangan perang melawan Alberian.

Aku berguling ke kanan. Masih dengan kekalutan yang sama, aku memutar otak untuk mencari cara.

Bisnisku masih berproses. Aku perlu setengah dari pendapatanku yang sekarang agar aku bisa bermegah-megahan seumur hidup di negeri lain.

Ini sudah menjadi tujuan utamaku sejak lama, bahwasannya, aku akan kabur ke negeri lain setelah bisnisku berkembang pesat. Akan kuserahkan aset milikku kepada orang-orangku. Setelah itu, aku akan pergi membawa bagianku sendiri. Dengan begitu, hidupku akan terjamin tentram selamanya.

Tapi, rencana itu sepertinya belum bisa berhasil dalam waktu dekat. Target kekayaanku masih belum cukup untuk kugunakan kabur.

"Apa ya ...."

Oh, ya, kertas itu! Aku sungguh malas untuk mengambilnya.

Kuingat kembali daftar rencanaku lima tahunan lalu yang tertulis di secarik kertas.

____________________________________

DAFTAR RENCANA "MISI MENGUBAH HIDUP SENIKA."

DIRI SENDIRI

1. Merancang teori dengan matang.

2. Membaca buku-buku relevan yang membantu.

3. Mengumpulkan uang yang diberikan.

MENGUBAH KELUARGA

1. Mendekati Serena, membangun kepercayaannya.

2. Merubah sifat buruknya, mengajarinya dengan benar.

3. Memahami Orwen Chester dan Solelia Chester.

4. Menyatukan keluarga.

Catatan: Harus berhasil. Buat kondisi agar orang tua Senika tidak pilih kasih!

PERANG ALBERIAN

Memberitahukannya pada pihak yang bersangkutan. Cegah peristiwa penyerangan!

BISNIS

Bisnis dan investasi adalah cara menggandakan uang yang paling efektif. Dapatkan uang sebanyak-banyaknya!

Target: xxxx koin emas.

Limit waktu: maksimal 6 tahun dari sekarang!

.

.

.

(Bagian paling bawah kertas)

OPSI RENCANA ALTERNATIF

- Cari calon suami secepat mungkin!

_______________________________

"Aha! Itu dia!"

Calon suami.

Teman hidup.

Kata-kata itu ....

Membuatku terbayang oleh seorang lelaki misterius. Lelaki itu merupakan seorang teman yang mendengarkan keluh kesahku. Teman yang memberiku solusi cerdik di luar ekspektasiku. Teman yang membelikanku boneka lucu yang sedang kupeluk. Teman yang mengetahuiku apa adanya.

Orang itu ... entah kemana perginya sekarang.

Aku rindu dengan ....

"Tidak!"

Ini bukanlah saatnya mengungkit pria yang menghilang itu. Perang dengan Alberan telah usai, namun aku tak kunjung berjumpa dengannya.

Kenapa aku jadi mengingatnya?

Ah, sudahlah. Aku tak peduli. Gila, sepertinya aku kelelahan karena bekerja terlalu berat dan menggalaukan Luke. Saking lelahnya, aku jadi bernostalgia dengan teman lamaku.

Baiklah, calon yang lain.

Orang yang cukup baik, yang tidak ada di deretan daftar merah.

Sembari melirik sehelai jas di kursi, aku menyatukan alis.

Sesaat, terbayang olehku sesosok manusia yang menemaniku di taman. Pria yang tidak terlalu menonjol, tidak terlalu kaya maupun miskin. Pemuda dengan rupa manis yang enak dilihat, memiliki reputasi baik, dan cukup bisa diandalkan.

Dia adalah ....

"Mazden Swott!"

***

"Erthen, kau sudah menemukan info mengenai Mazden Swott?" tanyaku kepada Erthen suatu pagi.

"Saya menemukan beberapa informasi. Anda bisa menyimaknya bila ingin," lapor Erthen. Lantas, ia menyodorkan lembaran kertas ke arahku.

Kuteliti isi laporan kinerja dari anak-anak Erthen. Black Panther tidak main-main dalam melayani kliennya. Selain cekatan, mereka juga memaparkan informasi dengan jelas dan lengkap. Entah darimana mereka mendapatkan informasi tersebut.

"Viscount Mazden Swott. Ia adalah Viscount yang dua tahunan ini menggantikan ayahnya. Selain meneruskan gelar, ia juga menjadi hakim di pengadilan. Ia terkenal dengan kekritisannya dalam hal apapun."

Aku mengangguk pelan, tanpa mengalihkan diri dari biodata tentang Mazden.

"Viscount suka dipuji, tapi ia bersikap rendah hati. Pelayan-pelayannya bilang bahwa Viscount merupakan lelaki yang bertanggung jawab. Namun kelemahannya, Viscount Swott suka melontarkan sindiran sarkas jika ia tidak suka dengan orang itu. Ia juga terlalu tegas kalau soal hukum yang berlaku," terang Erthen panjang.

Kubalikkan lembaran yang sedari awal kupegang. "Apa yang tidak ia sukai?" tanyaku, yang sedang berkonsentrasi dengan itu.

"Yang tidak ia sukai adalah kriminal. Kemudian orang yang melakukan kecurangan, korupsi, dan lain sebagainya."

"Begitu. Baiklah."

Kualihkan pandangan ke jendela kamarku. Di bawah langit biru, daratannya merebakkan udara musim semi. Bunga-bunga yang bermekaran masih harum mewangi, dihinggapi oleh beragam spesies kupu-kupu.

Targetku, sebelum musim gugur mendatang, aku harus mendapatkan tunangan. Dan tunangan itu tidak boleh Luke Carlyle, juga laki-laki menyeramkan yang menginginkanku.

***

"Tuan, Anda mendapat surat."

Seorang pelayan di sebuah ruangan membawa secarik amplop putih. Amplop dengan lambang garuda keemasan.

"Dari siapa?" tanya seorang pria, yang disibukkan dengan rekapan dokumentasi persidangan.

"Lady Senika, putri dari Duke Chester."

Seketika, pria berkemeja cokelat itupun mengalihkan pandangannya. Ia memperhatikan amplop yang terlentang di nampan.

Biasanya, pria itu tak akan peduli dengan sepucuk surat di luar pekerjaannya. Di saat sibuk begini, ia akan menyuruh pelayannya untuk langsung membakar amplop tersebut. Namun, perilakunya berbeda pagi ini.

"Bagaimana, Tuan?"

Pria itu menarik kursinya. Ia bangkit meninggalkan pekerjaannya. Kemudian, didekatinya pelayan tua itu.

"Coba kulihat dulu," ucapnya, memungut dan membuka segel amplop.

__________________________________

Teruntuk Viscount Mazden Swott.

Apa kabar, Tuan?

Saya Senika Chester dari Dukedom Chester, yang tempo hari sempat berjalan di taman istana bersama Anda. Apakah Anda masih mengingat saya? Saya harap begitu.

Tuan, saya mengundang Anda secara khusus ke kediaman keluarga Chester. Saya berencana membicarakan sesuatu dengan Anda. Saya ingin melakukan kerjasama dan meminta bantuan.

Saya harap, pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei pukul 11. 00 A.M, Anda bisa datang ke mansion keluarga Chester. Tentu saja tidak masalah bila Anda memiliki kesibukan. Saya tidak memaksa.

Namun saya berharap semoga Anda bisa memenuhi undangan saya.

Itu saja yang bisa saya sampaikan. Semoga Anda membaca surat saya.

Tertanda

Senika Chester

___________________________________________

Pria berkulit tan itu melipat kembali lembaran kertas yang ia baca. Dengan misterius, terutas senyum di sudut bibirnya.

***