Suasana sekolah begitu ramai dengan hal-hal dan segala macam aktivitas nya, bercanda bersama teman-teman, mengobrol banyak hal, belajar, membaca buku dan berbagai hal yang kita ketahui sebagai kewajiban seorang pelajar.
Namun, mereka semua tetaplah seorang manusia dengan segala macam sisi, baik itu jahat, tercela, hina, bermuka dua ataupun terpuji.
Biarkan aku memikirkan hal yang terjadi sekarang. Namaku adalah Youth, aku adalah seorang murid SMA laki-laki biasa dengan kecerdasan yang biasa saja.
Bisa dikatqkan aku tidak bodoh namun tidak juga terlalu pintar, namun bisakah aku menjelaskan hal yang sedang terjadi padaku saat ini?
SUPERIORITAS.
Kesan apa yang kalian dapat jelaskan mengenai hal ini?
Tentu saja adalah rasa bangga ketika kalian melihat yang lemah berada tepat di bawah kaki kalian?
Hal itu benar, namun tidak tepat. Itu hanyalah salah satu dari sifat superioritas yang artinya bahkan lebih luas dari yang kita ketahui.
Namun, superioritas macam apa yang ada di lingkungan sekolah?
Apakah kalian dapat menebaknya? Tentu, aku sudah mengetahuinya, kalian cukup cerdas untuk menebaknya.
Hal itu adalah PERUNDUNGAN.
Benar. Ini adalah hal yang buruk, mereka melakukan pemalakan, pemerasan bahkan kekerasan tanpa sebab.
Mereka adalah Iblis hina yang berwujud remaja. Mereka tidak akan ragu untuk memukul, menendang bahkan melakukan teror secara terus menerus pada korbannya yang lemah dan tak dapat melakukan perlawanan.
Entah bagaimana mereka begitu senang ketika korbannya meringis kesakitan, atau menangis memohon ampun pada mereka.
Mereka tertawa begitu lepas, mereka melepas emosinya pada yang lemah, namun aku ingin bertanya apakah hal ini dapat memberikan mereka rasa lega?
Ataukah ini hanyalah perasaan superior ketika yang lemah tunduk dan takut padanya?
Luka lebam yang diterima korban, trauma, kesedihan dan rasa sakit, apakah para pelaku perundungan itu tidak tahu rasanya?
Mengapa Tuhan menciptakan makhluk brengsek dan bajingan yang tak layak hidup seperti mereka?
Mana keadilan Tuhan? Dimana semua itu?
Kehidupan ini bahkan tidak bisa memberikan rasa tenang sedikitpun, mengapa kami harus menangis, merasakan trauma, merasakan sakit padahal kami tidak pernah melakukan perbuatan jahat pada makhluk Tuhan.
Padahal bajingan seperti mereka menghina makhluk mu! Menyakiti makhluk mu! Melakukan hal yang tidak baik pada makhluk mu!
Para bajingan sialan itu! Mereka menghajar kami, menindas kami seolah mereka adalah puncak! Menindas kami layaknya hewan, mereka tidak memanusiakan kami para korban perundungan! Hanya untuk hasrat sialan yang mereka sebut SUPERIORITAS!
Dimana karma untuk bajingan brengsek seperti mereka? Dimana!?
Jika bahkan engkau Yang Kuasa tak menurunkan karma untuk mereka, biar aku yang akan menghajar para bajingan brengsek itu!
_____________________
[Wendeth School]
Ini adalah sebuah sekolah akademi yang cukup terkemuka di Kota ini, prestasi para siswa dan siswinya di bidang akademik maupun non akademik nya cukup terkenal dengan kehebatannya.
Posisi sekolah ini berdekatan dengan sekolah akademi khusus wanita yaitu akademi Han-yu.
Kedua sekolah ini awalnya adalah sekolah favorit dan paling diminati oleh para siswa dan siswi yang baru lulus dari jenjang SMP untuk mendaftar ke jenjang SMA.
Namun, prestasi di sekolah Wendeth lama-lama mengalami kemerosotan yang signifikan.
Hingga pada akhirnya kualitas murid yang masuk ke sekolah ini, makin lama makin rendah.
Tidak ada yang berubah pada metode belajar sekolah ini. Namun, kualitas sekolah ini makin lama makin buruk karena yang masuk ke sekolah ini rata-rata adalah berandalan nakal yang suka merundung.
Youth, ia adalah seorang anak murid kelas 11 yang dirundung oleh teman-temannya.
"Rasakan ini brengsek!" Buk!
Sebuah pukulan keras mendarat tepat pada pipi bagian kanan Youth dengan sangat keras.
"Hahaha! Sial, lucu banget tahu." para perundung itu tertawa dengan geli melihat Youth yang meringis kesakitan.
Para perundung ini berasal dari kelas yang sama dengan Youth. Mereka bernama Gema, Ropa, Satya.
Gema dengan tubuh gemuk dan besar seperti seekor gajah tampak begitu menakutkan di mata teman sekelasnya.
Tenaga dari Gema tidak perlu diragukan lagi, dengan tubuh besarnya itu, Tanpa ragu ia selalu bertarung dengan banyak anak sekolah rival yang berpapasan dengannya.
Ropa, Ia memiliki tampang layaknya pecundang. Rambut dan wajahnya benar-benar seperti orang idiot.
Sebenarnya anak itu tidak memiliki kekuatan yang sama kuatnya seperti Gema, hanya saja ia adalah sahabat Gema sejak kecil, maka dari itulah ia selalu ikut merundung bersama dengan Gema.
Sementara Satya adalah seorang anak dari artis cantik papan atas, ia memiliki paras yang tampan dan tinggi badan yang mencapai 182 centimeter
Ia adalah seorang narsis yang suka berkumpul dengan perempuan, Satya berteman dengan Gema karena ia menjanjikan Gema agar bisa bermain dengan perempuan-perempuan cantik.
Tentu saja Gema tak keberatan, dan akhirnya mereka bertiga pun berteman dan merundung anak-anak lemah.
"arghh..." Youth berguling memegangi wajahnya yang habis di tinju oleh Gema.
Erangannya sangat berisik dan membuat Gema menjadi emosi mendengarnya.
"Kauu berisik!" Gema berteriak dengan tinju kencang yang melayang kearah Youth yang masih mengerang kesakitan.
Namun seseorang berteriak dengan keras. "Hentikan itu!" itu adalah suara Eci yang merupakan sahabat masa kecil Youth.
Gema dan kawan-kawannya tentu saja terkejut dengan kedatangan Eci yang entah datang darimana.
Satya terkekeh melihat Eci yang berdiri menatap tajam kearah mereka bertiga dengan ekspresi marah serta gugup dan nafas yang tersengal-sengal
"Kekeke... Pacarnya dateng tuh," celetuk Satya
Gema tak mau hal merepotkan seperti Eci mengganggu dirinya. Ia pun membanting Youth ke tanah dan bersungut. "Sialan! Ingat ini kau brengsek, hari ini kau selamat," ucap Gema dengan wajah cemberut tak puas, yang kemudian langsung beranjak pergi.
Cuih Satya meludah pada wajah Youth sebelum akhirnya ia pergi bersama dengan Gema dan Ropa kedalam kelasnya.
Melihat Youth yang terbaring menahan sakit. Eci langsung berlari menghampiri Youth dengan mata berkaca-kaca.
"Youth ... Mengapa kamu tidak mengadukan mereka pada para guru?" tanya Eci dengan mata berkaca-kaca.
Ia tak tahan melihat luka lebam di wajah sahabat kecilnya.
Eci membuka kotak p3k yang sudah sedari awal ia siapkan begitu tahu sahabatnya tengah dirundung.
Eci mulai meneteskan air matanya sambil tetap mengobati luka di wajah Youth yang mulai menunjukkan tanda-tanda membengkak.
"Untuk apa... sebenarnya untuk apa kamu menangis, Eci?"
Dengan tersedu-sedu Eci berkata, "hiks... hiks... b-bagaimana Eci tidak menangis... hiks... i-ini semua kan karena salah Eci.
K-kalau saja... E-Eci memberikan contekan pada Satya waktu itu, p-pasti Youth ti-tidak a-akan dipukuli seperti ini... hiks...."
Youth mengusap air mata yang mengalir di wajah Eci dengan lembut.
Kemudian Youth berkata, "Eci, dengarkan aku, mereka memang pada dasarnya adalah anak nakal...
Eci tahu kan, kalau Wendeth School itu adalah salah satu sekolah favorit di kota ini?"
Youth terkekeh sedikit sebelum melanjutkan kata-katanya. "Jadi... anak nakal dan gak berprestasi kayak mereka ngapain disekolah bagus kayak gini, iya kan?"
Eci tersentak, yang dikatakan oleh Youth ada benarnya. Untuk apa sekolah di sekolah yang bagus apabila hanya bisa mencontek, lagipula sepertinya yang bodoh di kelas Youth hanya mereka bertiga.
Youth tersenyum kemudian bangkit berdiri kemudian mengajak Eci untuk pergi masuk ke dalam kelas karena bel istirahat sudah berbunyi.
"Youth semangat belajarnya ya, agar kita bisa masuk kampus yang bagus juga." Eci melambaikan tangannya kearah Youth kemudian pergi ke kelasnya.
Youth tersenyum menatap Eci, kemudian ia masuk ke dalam kelasnya.
Namun, suasana kelas saat ini sedang sangat buruk.
Guru matematika yang akan mengajar kelas Youth dihajar oleh Gema dengan sangat brutal.
Buk! Buk! Buk! Buk!
Hal ini membuat semua murid takut, namun Gema sudah berpesan pada mereka untuk jangan banyak omong dan berani-beraninya untuk mengadu pada guru kalau tidak ingin dihajar.
Dengan suara berat dan sorot mata tajam yang begitu mengintimidasi. Gema berkata, "Kalian dengar, jika ada dari kalian yang mengadu. Maka satu kelas ini akan ku tampar semua, tidak terkecuali!"
Bersambung....