Bayangan hitam menghalangi jalan. Berputar-putar seperti tak memiliki akal, menatap dengan penuh maksud dan tujuan yang ingin disampaikan.
Mata merahnya menyala mengindikasikan kalau dirinya bukanlah makhluk sembarangan, ekspresi senyumnya penuh dengan keangkuhan dan arogansi yang membuatnya memiliki kharisma tersendiri.
Ia tertawa dengan ekspresi ceria yang terlihat seperti menyeramkan. "Kekekeke... Kau masih berfikir dirimu bisa kembali normal kah? Yu— san."
Bayangan hitam itu berputar-putar disekitar Yuto dengan senyum lebar tersungging di wajahnya.
Yuto saat ini belum tersadar dan masih berada di dalam alam bawah sadarnya.
"Diamlah !" Jawab Yuto dengan ketus.
"Narasi yang sangat tidak cocok. Lagipula Yuto adalah Aku, dan Aku adalah Yuto."
Yuto mencengkram mulut si bayangan hitam dengan sekuat tenaga. "Tutup mulutmu! Jangan samakan aku denganmu!"
Bayangan hitam itu secara ajaib berubah seketika menyerupai Yuto. Kemudian ia terbang mendekat dan mengelilingi sekitar Yuto. "Meskipun kau menolak keberadaan-ku, kau tetap tak akan dapat menghindari keberadaan-ku... Kau yang paling tahu akan hal itu kan? Yu— san." tukas bayangan hitam itu dengan senyum yang tersungging di wajahnya.
Bayangan hitam itu menyeringai melihat Yuto yang gusar dan geram dengan apa yang dikatakan olehnya.
Bayangan hitam itu terkekeh pelan melihat ekspresi Yuto. "Kehehe... Hahaha... Kau kalah dalam bertarung kan? Yu— san... Seharusnya kau mengandalkan diriku saat itu," tukasnya.
Yuto tak menghiraukannya dan terlelap di dalam alam bawah sadarnya. "Yu— san... Kau tidak seharusnya menyelam terlalu dalam ke alam bawah sadar-mu kan?
Lagipula, kau tetap tak akan dapat membuat diriku hilang.
Terserah kalau kau mau menganggap diriku sebagai Alter-Ego, namun faktanya seharusnya tak begitu kan? Yu— san!" Dengan nada menekan. Semua provokasi yang bayangan hitam lakukan akhirnya berhasil membuat Yuto naik pitam, Yuto yang awalnya duduk bersila dengan santai langsung melesat kearah bayangan itu dengan tinju yang mengepal keras.
BUMMM!
Dengan amarah yang memuncak. Yuto berteriak dengan keras kemudian dengan kepalan tangan yang kuat, ia layangkan kearah bayangan hitam tersebut. "Kubilang diam brengsek!" Wajah geram Yuto tak dapat disembunyikan lagi olehnya.
Pukulan Yuto menembus sosok bayangan hitam tak memiliki raga itu. Hal itu membuat sosok bayangan hitam itu tertawa.
Bayangan hitam itu terlihat begitu senang dengan kemarahan Yuto. "kyahahahaha! Yu— san, kau marah... Yu— san... kau lelah kan? biarkan aku menggantikan dirimu, akan ku selesaikan bajingan yang bertarung denganmu tanpa ampun." Bayangan hitam itu tertawa dan melakukan penawaran pada Yuto.
Yuto terus menerus menekan emosinya yang mulai tak terkontrol. "Diam!" Teriak Yuto dengan mata melotot.
Mata merah bayangan itu menyipit dan kembali terkekeh-kekeh dengan wajah liciknya. "Pfftt... Kekekeke, Apakah kamu masih belum juga menyadarinya? Yu— san.
Kau pasti ingin tahu kan, alasan mengapa pukulan-mu tak bisa melukai diriku."
Yuto menggertakkan giginya dan mengepal kedua telapak tangannya dengan sangat erat. "Diam!"
"Kehahaha... Itu karena, kau. Juga ragu pada dirimu sendiri," Tukas bayangan hitam tersebut dengan senyum licik yang begitu lebar.
Yuto sudah tak dapat mengontrol emosinya lagi. Provokasi demi provokasi dilontarkan begitu saja. Yuto tak dapat menahannya lagi.
Sontak Yuto berteriak dengan wajah marah. "Kuze! Kubilang diam kau sialan!"
----------------
Yuto membuka matanya secara tiba-tiba, ia telah sadar setelah pingsan selama 2 hari penuh.
"Keh... apa yang terjadi? Aku seperti bermimpi. Tunggu, sudah jam berapa ini? Langit nampak sudah gelap."
Yuto berusaha turun dari ranjang tempatnya di rawat, namun luka tusukannya kembali bereaksi.
"Ah.. aduh-aduh..." Yuto memegangi luka tusukan pada perutnya dengan posisi tertunduk.
Yuto merasakan ranjang yang ia sentuh berbeda dengan ranjang rumahnya yang lebar. "Tunggu, ini ranjang rumah sakit. Jadi aku di rumah sakit?"
Seluruh tubuhnya merasakan rasa sakit yang hebat dalam satu waktu, membuat Yuto memutuskan untuk kembali berbaring ke ranjangnya daripada harus mati konyol.
'Apakah anak sekolah Han-Yu yang membawaku ke rumah sakit ini? baguslah, namun... bagaimana dengan si Crow itu ya...'
Yuto memikirkan semua itu di dalam otaknya. Meskipun begitu, Yuto hanya penasaran saja. Ia tak ada niatan untuk ikut dalam permasalahan yang merepotkan itu.
Jam di dinding yang berada tepat di depan Yuto menunjukkan pukul 00.18 malam. Malam hari yang begitu sunyi membuat Yuto mulai mengantuk.
"Yah... Masalah itu merepotkan, aku tak mau ikut andil ke sana." Yuto pun terlelap dalam tidurnya.
----------------
Seorang pria dengan rambut pirang acak-acakan terlihat sedang merokok sambil menatap tiga orang pria berbadan besar di hadapannya.
Mereka terlihat terlibat cekcok yang sangat sengit, hingga salah satu pria berotot itu melayangkan tinjunya kearah pria kecil tersebut.
"Kau pikir... Kalau aku masih SMP aku akan takut terhadapmu gitu?" Tukasnya dengan nada dan ekspresi menantang.
Pria kecil yang tak lain adalah Yuto itu menangkap pukulan yang diarahkan padanya itu. "Sudah kubilang kan? Orang tua seperti kalian itu gausah sok menasihatiku bangsat!"
Yuto dengan cepat menendang kaki pria besar itu hingga membuatnya tertunduk ke tanah.
"Kamu anak nakal!"
Sebuah pukulan mengarah padanya, namun terlihat dengan jelas bahwa tak ada ekspresi takut sedikitpun yang terukir di wajah Yuto.
"Aih... — Kalau kalian mau merokok, ya beli lah pakai uang kalian sendiri brengsek!" Senyum Yuto dengan lebar.
Pria besar yang datang dengan serangan ke arahnya itu, secara tiba-tiba langsung terpental begitu saja.
'Serangan macam apa itu?' batin-nya terkejut dengan serangan Yuto yang tak dapat ia lihat pergerakannya.
Ketiga pria besar itu semuanya tumbang oleh Yuto sendiri. Yuto menatap mereka yang terbaring tak sadarkan sambil menghisap rokoknya di jemarinya kemudian meniup asapnya keluar.
"Sialan, makanya kalau mau merokok punya duit dong sialan," Ucap Yuto bersungut, lalu ia pun melemparkan sisa batang rokok yang tersisa.
"Dasar bodoh, ambil tuh rokoknya. Kalian ini bego ya? Emangnya kalian gak tau kalau rokok itu berbahaya bagi tubuh?" Setelah mengoceh seperti itu Yuto kemudian pergi begitu saja.
----------------
Mata Yuto kembali terbuka, meskipun ia sudah berusaha untuk memejamkan matanya namun, ia tetap tak bisa untuk tidur
"Kacau sekali... Aku ingin pulang," Gumam Yuto.
Yuto turun dari ranjangnya dengan hati-hati dan berjalan kearah tirai yang dibaliknya ada sebuah jendela.
Yuto menyibakkan tirai tersebut kemudian sebuah pemandangan lampu yang menerangi malam terlihat di berbagai penjuru.
Pemandangan yang sangat indah, tak bosan-bosannya Yuto mengamati keramaian lalu lalang kendaraan, serta gedung-gedung tinggi yang ada di hadapannya.
Seolah semua rasa malas dan rasa stress-nya seolah telah hilang sepenuhnya dari tubuhnya.
Semua prestasi, kantuk dan banyak hal lainnya. Itu semua untuk menekan Kepribadian lain dari Yuto.
Ya, itu adalah rahasia yang ia ketahui dan Yuto pun tak memberitahukan kepada siapapun.
Yuto tidak mau sampai membunuh, dan menghajar banyak orang karena kepribadian lainnya yang tak dapat ia kendalikan.
'Aku sangat bersyukur lahir seperti ini...'
Bersambung....