Pembicaraan malam itu tidak berhenti disinggung. Hal yang selama ini selalu dirahasiakan oleh Youth tidak bisa ditutupi lagi.
Seraphine bersama dengan Maya duduk berhadap-hadapan di sofa ruang tamu. Seraphine mulai memantik kan korek api di tangannya untuk membakar rokoknya.
fuhhhh...
Seraphine meletakkan batang rokoknya di dalam asbak rokok kemudian berkata, "Perundungan... Tindakan kriminalitas ini memang sangat sulit masuk ke ranah hukum. Hanya aturan sekolah yang dapat mengekang kegiatan anak-anak nakal tersebut."
"Mama sebenarnya sudah mengetahui hal ini. Dan juga sekolah sudah mengatakan kalau perundung itu telah di keluarkan dari sekolah," ucap Maya pelan.
Seraphine kembali mengambil batang rokok di asbaknya dan kembali menghisap rokok tersebut. Fuhhh...
Seraphine memutar batang rokok di antara jari jemari tangan kanannya. Dengan posisi duduk sambil menyilangkan kaki kanan ke atas kaki kirinya, Seraphine menyenderkan diri ke bagian kanan sofa dengan mata terpejam sambil menggelengkan kepalanya.
Dengan nada sedikit rendah Seraphine berkata, "Tidak... Tidak... Inilah masalahnya. Sekolah tidak akan mengeluarkan anak murid yang terlibat perundungan. Apalagi Wendeth merupakan sekolah swasta, alasan dari pelaku perundungan itu tak di drop out adalah karena orang tua mereka juga memiliki pengaruh."
Mendengar ucapan Seraphine barusan, membuat Maya bungkam seribu bahasa. Ia sangat tidak suka jika hal-hal tentang kekuasaan digunakan tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Melihat Ibundanya terdiam, Seraphine hanya menghela nafas panjang. "Mah... Kepolisian tidak dapat menangkap pelaku perundungan kecuali dalam beberapa syarat.
1. Ancaman pembunuhan
2. Pembunuhan
atau dalam beberapa kasus mereka akan benar-benar di klaim sebagai kriminal."
Dengan wajah ragu dan canggung Maya berkata, "Percuma saja Seraphine... Mama tetap tak akan pernah mau menggunakan kekuasaan mama untuk hal seperti ini..."
Seraphine mengangguk pelan, batang rokok yang terbakar di jemarinya ia tempelkan dan tekan di atas asbak. Kemudian dengan pandangan kosong dan senyum misterius Seraphine berkata, "Iya... Biarkan saja anakmu itu mati," ucap Seraphine dengan nada dingin.
Maya tersentak beberapa saat ketika mendengar ucapan Seraphine yang tak pernah ia duga. "Jangan terlalu terkejut seperti itu, itu hanya candaan anak zaman sekarang kok... Oh ya, apakah mama pernah dengar kasus yang belakangan ini sedang ramai dibicarakan?
Tentang organisasi yang menyebut diri mereka dengan sebutan Crow. Mereka adalah kriminal yang menyerang para pembully lewat aduan dari korban perundungan yang diterima melalui website.
Kasus ini telah di selidiki oleh pihak kepolisian selama 1 tahun, namun tidak ada titik terang dan kegiatan mereka, sampai saat ini masih eksis."
Dengan ekspresi bingung Maya hanya bisa diam dipenuhi tanda tanya. "Crow?"
Seraphine mengangguk. "Apakah mama tak mengetahui siapa mereka? Biar ku jelaskan secara singkat. Crow membuat diri mereka seolah pahlawan yang membantu anak-anak yang dirundung. Mereka adalah pahlawan palsu. Karena, mereka lebih berbahaya dari yang di pikirkan."
Seraphine berdiri dari tempat duduknya kemudian mengambil handuk dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya.
Maya dibuat pusing malam itu. Youth yang dibully benar-benar membuatnya tak tenang sedikitpun. 'Haruskah aku menyewa seorang ahli beladiri untuk mengajarkannya? Agar paling tidak ia bisa melawan...'
----------------
Di hari minggu pagi yang cerah ini Youth terbangun diatas kasurnya. Ia terbaring dengan benar dan ketika menengok kearah bawah lantai terlihat bahwa kekacauan kemarin malam yang dilakukan olehnya telah dirapihkan.
Ding!
Jendela System muncul secara tiba-tiba di hadapan Youth secara mengejutkan.
----------------
Quest: Manusia yang putus asa.
Kamu adalah orang yang sangat lemah, kamu menyadarinya sendiri. Bagaimana putus asanya dirimu, apakah kamu mau menjadi lebih kuat? Tidak ada yang tidak memiliki harga di dunia ini!
Mission:
-Lari dengan total 300 Km.
-Push-Up sebanyak 17.000×
-Pull-Up sebanyak 17.000×
-Sit-Up sebanyak 17.000×
-Lakukan senam aerobik 30 menit sehari.
-Berlari diatas pasir
-Meditasi setiap malam sebelum tidur.
Time limit: 3 Bulan.
Rewards:
-> Membuka status baru. (Hidden)
-> Buff statistik. (Hidden)
-> Memilih kemampuan baru. (Hidden)
----------------
"Astaga..." gumam Youth dengan nada lirih. Entah ekspresi apa yang muncul di wajahnya kala itu.
Namun secara mengejutkan Youth menyeringai dan mulai terkekeh-kekeh seperti orang tak waras di pagi hari.
"Kekekekekeke... Ini yang kutunggu selama ini, mission!"
Youth bergegas bangun dari tempat tidurnya dan pergi mandi, ini adalah hari minggu sehingga ia bisa fokus dalam misinya.
"Kalau dilihat lagi target latihannya memang bermasalah... Namun ini bisa di cicil karena ada time limit 3 bulan," gumam Youth.
Ketika Youth ingin pergi ke kamar mandi, tanpa sengaja ia melihat sebuah tas yang asing baginya. "Mah?"
"Iya..." sahut Maya begitu mendengar anaknya memanggil dirinya.
"Ini tas siapa mah?" tanya Youth lagi sambil mengamati tas tersebut.
"Owh... Itu tas kakakmu. Biarkan saja diletakkan disana dulu, mama belum sempat merapihkannya," sahut Maya yang sedang menyapu di lantai 2.
"Kakak? Sejak kapan aku punya yang seperti itu?"
Youth langsung pergi ke kamar mandi, ia pun membasuh badannya agar tidak lengket dan tidak lupa untuk menyikat giginya.
Setelah Youth selesai. Ia mengelap tubuhnya menggunakan handuk kemudian berkaca di cermin.
'Tubuh yang terlihat sangat buruk... Hampir mendekati kurus, tanpa otot, penuh luka, tampang pecundang. Aku tak mau seperti ini lagi... Aku bertekad untuk berubah!' batin Youth dengan semangat berapi-api.
Setelah mandi Youth pun segera mengenakan pakaiannya kemudian pergi untuk berlari-lari/ joging di pagi hari.
"Huff... Hufff... Hufff.... Huffftt... Huffft..." belum sampai 1 km, stamina Youth sudah mulai habis, nafasnya sudah mulai memburu dan juga pandangan matanya mulai kabur.
"Aduh... Masa aku pingsan," gumam Youth yang terduduk di tanah dengan nafas terengah-engah sembari menenggak air minum di botolnya.
"Ah... Segarnya..." Youth bersender ke sebuah pohon yang cukup rindang di kompleknya. Kepala belakangnya terasa begitu berat karena staminanya kurang kuat.
"Yaampun... Aku memang selemah ini ya? Kukira misi kemarin itu sudah meningkatkan kemampuanku rupanya tidak sama sekali."
Saat ini Youth telah menyadari, bahwa ia sangatlah lemah. Ia dapat dengan mudah dihancurkan oleh siapapun yang lebih kuat darinya.
Di tangah pikirannya yang kalut Youth kembali berdiri untuk segera bangkit dan kembali berlari sebelum pukul 9.00
"Aku masih punya waktu 12 Menit untuk lari lagi," ucapnya dengan wajah antusias.
Setelah jam menunjukkan pukul 9 pagi, Youth segera bergegas untuk pulang ke rumah dan mandi kembali untuk menghilangkan keringat di tubuhnya.
"Baiklah... Ayo kembali berlatih!"
Kali ini Youth melakukan push-up, sit-up, dan pull up. dengan set masing-masing 15× untuk saat ini.
Dan hasilnya adalah wajah pucat serta keringat dingin yang muncul membasahi seluruh bagian tubuhnya.
Youth terkapar hampir mampus setelah melakukan 3 latihan tersebut. Otot dan staminanya mampus semua.
"Hoshh... Hosh... Hoshh... Brengsek aku tak boleh menyerah." Youth bangun kembali kemudian pergi ke luar lagi.
Kali ini tempat yang di tujunya ialah taman bermain anak-anak.
Dengan badan gemetaran dan ekspresi tak percaya Youth menggumam kesal dalam hatinya. 'Sial! Sial! Sial! Sialan!'
Youth pergi ke taman pasir anak-anak, disana ia terlihat sangat mencolok. Apalagi kala itu anak-anak yang bermain sedang ramai.
Melihat Youth yang berlari di tempat di atas pasir itu membuat para anak-anak kecil merasa terganggu.
"Ahh! Mama mataku kelilipan... Huaaa!"
"Unghhh... Mama pasir istanaku hancur... Huaaa!"
Banyak balita menangis akibat kelakuan Youth, ia pun dimarahi oleh beberapa orang tua dari anak-anak tersebut.
Ketika makin banyak orang tua para anak-anak yang datang mendekati Youth dengan tatapan marah Youth langsung lari layaknya kilat.
'sial! sial! sial! sial! Uwooooooghh!'
Bersambung....