Semua mata di dalam ruangan kepala sekolah hanya tertuju pada satu orang saat ini. Zagi, yang kondisinya terlihat acak-acakan.
"—Kedatangan polisi kesini akan mempercepat permasalahan ini dapat ditangani." tak lama kemudian seseorang datang sambil menyeret tubuh seorang anak laki-laki sepantaran dengan Jehan.
Bernard adalah bawahan langsung Zagi. Ia menyeret seseorang yang tidak di kenal ke dalam ruangan kepala sekolah.
Zagi kemudian menjelaskan pada semua orang siapa orang tak dikenal yang babak belur ini. "Ia mengaku seorang anggota dari organisasi bernama Crow. Mereka bisa dihubungi lewat official website milik mereka. Dari sana ada sebuah kolom yang berisikan request untuk menyewa jasa mereka untuk menyerang pembully.
Dan tindakan organisasi ini tidak memiliki legalitas. Artinya mereka ilegal dan merupakan seorang kriminal," ucap Zagi. Di akhir kalimatnya, Zagi menekan nada kalimat tersebut hingga membuat Jehan kesulitan menelan ludahnya.
'Tamat sudah... Ketua OSIS datang langsung kesini....' batin Jehan dengan tubuh sedikit gemetaran.
Dengan wajah tertunduk. Jehan berkata dengan nada tinggi sambil mengepal tangannya erat-erat. "Bohong! Itu semua tidak benar! Aku tidak pernah melakukan hal yang namanya menyewa jasa mereka untuk menyerang Shinu!" Jehan mengatakan hal tersebut dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sungguh akting yang luar biasa."
Namun... Itu semua adalah masa lalu, aku menyesal saat itu membiarkan Polisi yang menyelesaikan masalahnya.
Ternyata mereka tidak menyelidiki lebih jauh tentang Crow dan menganggap kalau itu adalah Organisasi yang lebih mirip Geng-geng yang trend di kalangan anak nakal. Aku... Tidak kami semua, telah tertipu dengan bencana besar itu.
Seandainya saja dulu aku tidak menganggap remeh eksistensi Crow, mungkin semua murid sekolah tidak akan ada yang berada dalam bahaya kemunafikan mereka.
Flashback End.
----------------
Pistol revolver tersimpan secara tersembunyi dan tak terlihat di dalam saku bagian dalam pakaian. Seseorang mencoba untuk secara perlahan mengeluarkan revolver tersebut dari dalam sakunya.
Target tidak menyadari pergerakan pengkhianat dari belakang punggungnya. Punggung yang berdiri tegak itu akhirnya harus rubuh setelah sebuah bunyi keras menderu dengan kencang.
Dor!
Bernard yang tak lain adalah salah satu orang yang paling dipercayai oleh Zagi telah mengkhianati dirinya.
Zagi terbaring lemas, darah merembes keluar dari tubuhnya dengan deras. Nafasnya mulai tak teratur dan matanya mulai kehilangan cahaya.
Zagi menggumam lirih dan mencoba untuk menengok kearah belakang namun tak mampu. Ia hanya bisa mendengar suara ribut dan bisik serta erangan dari belakangnya.
Tak butuh waktu lama, 4 orang anggota Osis yang dibawa oleh Zagi semuanya tumbang hanya karena Bernard.
Bernard rupanya adalah seorang anggota Crow yang selama ini menyamar sebagai anggota Kostah. Ia berhasil mengorek informasi dari Sekolah Gundong maupun dari Kostah dan sekolah-sekolah lainnya selama ini ia dapatkan dari Zagi.
Namun Bernard menerima tugas dari atasan untuk menyingkirkan Zagi karena dirinya terlalu berbahaya saat ini. Pihak Crow sendiri mengatakan bahwa Zagi sendiri saja saat ini cukup untuk menghancurkan 3/4 nya Crow sendirian.
Jadi pada akhirnya mereka memutuskan untuk menyingkirkan Zagi.
—"Maafkan aku Zagi...." suara lirih dengan nada yang sedih itu terucap dari mulut Bernard. Mata yang sayu perlahan-lahan mulai menutup.
Bernard kemudian pergi meninggalkan Zagi dan 4 orang lainnya tergeletak begitu saja. Pembunuhan itu pun tak lama kemudian langsung di selidiki oleh pihak Kepolisian.
Keempat anggota osis yang tak sadarkan diri pun diinterogasi oleh kepolisian untuk mencari informasi. Sementara Zagi yang sudah tak bernyawa dimakamkan di TPU dekat rumahnya.
Keluarga Zagi menangisi kepergiannya di depan makamnya mereka tak percaya Zagi telah tiada dan dibunuh dengan keji.
Ayah Zagi hanya bisa menangis di dalam hatinya. Sementara ia terus bekerja sama dengan kepolisian untuk meringkus pelaku pembunuhan anaknya.
Dengan nada geram dan tangan mengepal ayah Zagi berkata dengan lantang. "Malam ini juga tak akan kubiarkan pelakunya masih bisa melihat bulan!"
Seorang Kepala investigasi datang menghampiri ayah Zagi dan para polisi yang sedang melakukan upaya peringkusan.
Orang tersebut tak lain adalah Maya kakak dari Youth. "Selamat malam Tuan, saya Kepala investigasi dalam kasus ini. Perkenalkan nama saya adalah Seraphine Ezia." ucap Seraphine dengan nada ramah.
Namun ayah Zagi yang bernama Mario hanya mengangguk pelan dengan wajah datar dan pergi ke ruangan interogasi. Keempat anggota OSIS yang bersama Zagi sejak sore hari tadi sedang menjawab beberapa pertanyaan.
"Jadi... Kalian bersama Zagi sejak pukul berapa?" tanya polisi tersebut yang melakukan interogasi.
"Seingat ku pukul 12.27 saat itu, kami dan Zagi sudah pergi bersama sampai pukul 5 sore? mungkin... Aku tak begitu ingat."
Polisi tersebut seakan menulis sesuatu di catatannya kemudian mengangguk-angguk. "Anggaplah Jam 5 sore adalah jam terakhir kamu bersama Zagi, kemana kalian semua pergi selama itu?"
"I-Itu..."
Polisi tersebut mengernyitkan dahinya, kemudian bertanya dengan nada menekan dan melotot kearah siswa tersebut. "Ada apa? Kenapa kau terbata-bata?"
Namun seseorang membelanya. Ia adalah salah satu anggota OSIS juga. "Tunggu pak polisi! Aku bisa jamin kemana kami pergi tidak ada hubungannya dengan kematian Zagi."
Polisi tersebut makin tak percaya, ia kemudian berkata, "Oh... Begitu? Lalu kenapa aku harus percaya padamu?" ucapnya dengan ekspresi mengancam.
"Ya! Karena kami di serang oleh anggota OSIS juga. Bolehkah kalian membiarkan Tuan Mario masuk kesini? Aku ingin dia langsung mendengar siapa orang yang menghabisi nyawa anaknya."
Polisi tersebut menatap sebentar siswa itu. 'Eden Zya... Dia pria yang tak mau mundur, nampaknya dia juga memang tahu siapa pelakunya."
Polisi tersebut melirik kearah temannya yang berada di samping Mario dan menyuruhnya untuk membawa Mario masuk kedalam ruangan.
Setelah Tuan Mario masuk Eden memberi salam dengan menundukkan kepalanya pada Mario kemudian ia berkata, "Orang yang membunuh Zagi adalah Bernard tuan..."
Mendengar hal tersebut Mario begitu shock mendengarnya. Wajah Mario menjadi merah padam kemudian secara tiba-tiba langsung menggebrak meja di hadapannya.
BRAKKK!
"MUSTAHIL! Eden jangan bermain-main denganku!" bentak Mario.
Namun Eden menggelengkan kepalanya. "T-Tuan Mario... Sa-Saya tidaklah berbohong..." ucap Eden lirih. Karena apa yang dikatakan olehnya saat ini semuanya adalah fakta yang terjadi. Namun meski begitu baik Mario maupun Eden dan ketiga saksi lainnya bahkan tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Bahkan Eden pun tak dapat membedakan apakah ini mimpi atau realita. Saking tidak masuk akalnya pengkhianatan dari Bernard.
Salah satu saksi bernama Wangs membuka mulutnya. "Tuan Mario... Jika anda tidak percaya dengan yang dikatakan Eden itu tak masalah. Namun apakah anda tidak sadar bahwa Bernard yang merupakan orang kepercayaan Zagi bahkan tidak ada disini untuk menjadi saksi," ucapnya dengan sedikit takut-takut.
Mario tidak dapat berkata-kata. Namun tanpa membuang-buang waktu, pihak kepolisian langsung pergi untuk meringkus Bernard.
Seraphine memimpin penangkapan Bernard, menurut informan Bernard tak pergi kemanapun sejak pukul enam sore. Seakan sudah tahu, ketika penggrebekan kediamannya dilakukan ditemukan bahwa Bernard hanya duduk di sofa ruang tamu sambil melamun dalam kegelapan.
"Tuan Bernard! Atas nama kepolisian kami akan menangkap dirimu atas dugaan pembunuhan terhadap Tuan Philip Zagi." teriak Seraphine sambil menodongkan pistol kearahnya.
Bernard tidak menengok kearahnya ataupun terkejut dan bereaksi. Ia hanya duduk diam diatas sofa. Yang kemudian langsung diringkus oleh para polisi.
Bersambung....