[Ruang Osis]
Brak—!!
Aoka terlihat begitu marah dan geram melihat Gema. Dengan kekuatan penuh. Aoka dengan kencang membenturkan wajah Gema ke meja dengan sangat keras.
Gema tak bisa melakukan apa-apa begitu melihat wajah Aoka yang sangat murka. Aoka menarik rambut Gema kembali kemudian dengan nada yang keras dan menggelegar Aoka mengatakan. "Dasar tolol! Gara-gara kau, sekolah ini di incar oleh Crow!"
Gema melakukan pembelaan, ia mengatakan kalau tadi di kantin sebenarnya sedang melakukan interogasi pada Youth.
Dengan terbatuk-batuk Gema berkata dengan ekspresi menyalahkan Aoka. "Kuh.. uhuk! Cih, jika kau tak mengganggu-ku tadi, aku yakin Youth akan mengaku, kemarin malam aku diserang oleh bajingan Crow itu. Aku mendapatkan wajahnya... Namun aku tak sempat mengambil foto dirinya karena sirine polisi."
Aoka menghempaskan Gema ke lantai. "Sial kau! Gunakan otakmu itu jika kau mencurigai Youth. Gara-gara kelakuanmu itu 2 hari yang lalu seorang murid dari kelas yang sama denganmu masuk ke rumah sakit."
Gema mengernyitkan dahinya kemudian bertanya, apa maksud Aoka. "Hah? — Apa maksudmu? Kenapa karena kelakuanku?"
"Dasar dungu! Crow lah penyebabnya! Asal kau tau saja, Crow sudah bergerak dari 2 hari yang lalu. Entah apa yang terjadi dengannya, kemungkinan orang itu terlibat perkelahian dengan Crow yang datang ke sekolah ini," Jelas Aoka panjang lebar. Aoka kemudian berjalan kearah kursinya dan duduk diatasnya.
Aoka merogoh laci di mejanya dan mengeluarkan sebuah dokumen. "Lihat ini, aku tak bisa mentolerir adanya perundungan di dalam sekolah ini. Namun ini akan berlaku di lingkungan sekolah saja." Aoka kemudian menyerahkan dokumen tersebut ke Gema.
Sebuah dokumen bertuliskan pengajuan peraturan sekolah yang di revisi oleh Aoka bersama para eksekutif Kostah, setelah rapat kemarin.
Gema membaca peraturan yang direvisi oleh Aoka, namun dibaca dari atas. Melihat hal itu Aoka sontak mengatakan. "Kau tidak perlu membaca semuanya Gema, otak sekecil processor pentium dengan ukuran ram 50 mb sepertimu tidak akan bisa mengingat semuanya... Cukup lihat peraturan nomor 11 dan juga 27." Aoka berkata dengan nada merendahkan.
Gema menatap Aoka dengan tatapan kesal dan sangat dendam. "Bangsat kau!" balas Gema sewot.
Tertulis di peraturan sekolah nomor 11 yang bertuliskan: "Sekolah berhak, melindungi, mengayomi terhadap masalah, maupun masa depan siswa nya. Sepenuhnya adalah tanggung jawab sekolah."
Peraturan tersebut menurut Aoka akan menjadi bumerang serta celah yang akan memiliki akibat yang fatal terhadap sekolah apabila dibiarkan.
Sehingga peraturannya direvisi oleh Aoka. Aoka menambahkan peraturan di bawah aturan ke 11, yang bertuliskan nomor 11. A
yang berisi: "Bagi siswa bermasalah yang menyebabkan perkara ataupun keributan di luar lingkungan sekolah, dan menyulut perkaranya dan berakhir merembet ke dalam lingkungan sekolah dan menjadi ancaman bagi banyak siswa. Maka sekolah tidak berkewajiban melindungi siswa tersebut, dan tidak berhak melakukan mediasi ataupun ikut terlibat dengan pihak terkait."
Sementara di peraturan nomor 27 tertulis: "Siswa bermasalah akan dikeluarkan apabila telah keluar 3 surat peringatan, pengeluaran akan dilakukan saat itu juga tanpa negosiasi."
Namun Aoka merevisi peraturan nomor 27, berbeda dengan aturan nomor sebelas yang menambah peraturannya, namun aturan nomor 27 di revisi menjadi : "Pelanggaran berat, ringan tidak akan diberikan surat peringatan, melainkan membayar denda yang setara dengan pelanggaran yang dilakukan.
Namun jika pelanggaran berat di dalam sekolah yang menjerat siswa, maka siswa harus menulis surat jaminan bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi dengan denda yang setara dengan pelanggaran.
Jika suatu masalah menjerat Siswa saat berada di lingkungan sekolah, maka sekolah berhak mengetahui dan menjadi penengah bagi kedua belah pihak."
Mata Gema terlihat sayup-sayup dan pusing menelaah banyaknya tulisan yang tertulis pada peraturan tersebut.
"Gila, panjang banget," Gumam Gema dengan ekspresi pusing.
Meski begitu Gema tetap mengerti poin dari peraturan tersebut. "Jadi kau ingin memutus hubunganku dengan sekolah kan? Karena aku diincar oleh Crow, aku sangat paham peraturan 11. A dibuat khusus untukku dan revisi peraturan nomor 27 itu untuk siswa yang menjadi korban Crow."
Aoka tersenyum lebar mendengar hal tersebut. Aoka kemudian menjentikkan jarinya dan berkata. "Benar! akan tetapi, kau tak akan dibiarkan mati di tengah hutan Gema... Kau tak perlu khawatir, kau juga tak akan di keluarkan dari sekolah ini.
Maka dari itu, kau harus bergabung dengan Kostah. Kau akan bertanggung jawab dengan masalah yang kau buat dengan mereka.
Sementara sekolah akan melakukan negosiasi dengan Crow untuk menghentikan melakukan perbuatan spionase pada sekolah ini."
Gema mengangguk, namun ia tidak puas. Gema masih ingin menghajar wajah Youth karena menurutnya, seorang pecundang sangat menyebalkan di matanya.
"Sial! Baiklah, aku akan bergabung. Namun jadikan aku petinggi yang bertugas untuk memukuli bajingan Crow itu! Kau bisa kan?"
Aoka tersenyum dengan ramah kemudian berkata, "Tentu."
----------------
Di sebuah ruangan latihan yang luas. Terlihat seorang perempuan berambut panjang yang rambutnya dikuncir belakang sedang berlatih Kendo.
Dengan sangat cermat, perempuan itu memainkan gerakan-gerakan yang stabil dan kuat, kuda-kudanya menunjukkan banyaknya pengalaman yang telah banyak dilaluinya.
"Hah... Hah... Hah...." Nafasnya tersengal-sengal karena letih. Namun ia tetap melanjutkannya.
Yurumi sangatlah gigih, meskipun ia adalah genius dalam kendo. Ia tak pernah melewatkan latihan ataupun bermalas-malasan, karena baginya, kendo adalah tempatnya menuangkan bakatnya.
Selvi menghampiri Yurumi yang sedang duduk di bangku sambil meneguk air putih di botol minumnya.
"Kak? Kamu kelihatan tak sehat, ada apa? Apa kakak sakit?" tanya Selvi dengan ekspresi khawatir.
Yurumi menggeleng pelan. "emmmhh... tidak kok, aku baik-baik saja."
Yurumi memikirkan hal yang terjadi 2 hari yang lalu, dimana ia melihat Yuto yang saat itu tertusuk sebuah pisau dan mengeluarkan banyak sekali darah.
Melihat hal itu, mengingatkan Yurumi dengan sebuah kejadian di masa lalu, yang kala itu tepat di depan matanya. Seseorang ditusuk untuk melindungi dirinya.
Tiba-tiba kepala Yurumi sakit dan membuatnya oleng dan terjatuh. Selvi yang melihatnya sontak berlari kearahnya "Kak!"
Wajah Yurumi memucat dan sekujur tubuhnya mulai berkeringat. Selvi langsung mengecek suhu tubuh Yurumi.
'Panas...'
Yurumi pun segera diantar oleh Selvi ke UKS untuk beristirahat. "Ayo kak kita ke uks, pegang pundakku ya..."
Setelah sampai di ruang UKS Yurumi di baringkan dan dibiarkan untuk beristirahat untuk meringankan panasnya.
Yurumi membuatkan teh hangat dengan handuk untuk mengelap keringat di dahi maupun badan Yurumi.
'Apa yang sebenarnya terjadi padamu kak?"
Bersambung....