Di sebuah gang sempit yang kotor saat ini sedang terjadi sebuah pertarungan hebat antara Gema, Ropa, serta Satya.
Mereka bertiga bertarung melawan seorang Pria misterius yang mirip seperti pelaku yang menyerang Yuto sebelumnya.
Gema menoleh kearah Satya dan Ropa yang terguling lemas setelah bertarung sengit dengan pria misterius lainnya. "Kau bajingan! bagaimana bisa kau membuat Satya dan Ropa seperti itu?!" Ungkap Gema sangat marah.
Ketiga pria tersebut adalah seorang eksekutor utusan Crow. Yang mendapatkan perintah untuk melakukan penyerangan terhadap Gema.
"Babi gemuk ini benar-benar kuat," Gumam pria misterius dengan tubuh yang lebih pendek dari Gema namun sangat lincah.
Sementara kedua eksekutor yang bersamanya memiliki tubuh yang bidang dengan otot-otot yang menghiasi tubuhnya dengan luar biasa.
"—Kalian ini kah yang disebut Crow? Dasar bajingan! Pecundang yang bersembunyi di balik topeng? Beraninya kalian bertindak layaknya pahlawan!" Bentak Gema tanpa rasa takut sedikitpun.
Ketiga eksekutor itu langsung melesat menyerang Gema dengan kekuatan penuh.
Dua eksekutor yang memiliki otot yang sangat kuat melayangkan tinju kerasnya pada Gema dengan kekuatan penuh.
Buk!
Gema menahan kedua serangan tersebut dengan kedua tangannya. —"Heerrggghh!!"
Gema mengerang dengan suara yang keras, dengan mata melotot.
Telapak tangan Gema meraih lengan kedua pria tersebut dan dengan seluruh tenaganya. Gema langsung membanting mereka berdua ke tanah dengan sangat keras.
—Bruk!
—Bruk!
Bantingan yang keras membuat kedua orang itu mengerang kesakitan. "Herghh!"
Dari belakang Gema, seseorang berlari dengan sangat kencang kemudian menusuknya menggunakan sebilah pisau yang terhunus.
Stab—!
"!!"
Gema menyeringai. "Bagus! BAGUS!" Teriaknya kencang, Gema membalikkan tubuhnya kemudian dengan sikunya ia menyerang wajah bajingan Crow di belakangnya itu.
Duagh! Dengan sikunya, bajingan yang menusuk Gema langsung tersungkur ke tanah. Terguling tak berdaya begitu melihat Gema yang berdiri di hadapannya, bajingan Crow itu mulai gemetar takut.
brrr—!! brrr—!!
Rasa takut dari lawan yang tak dapat menatap wajahnya, rasa tinggi ketika melihat seseorang berada di bawah yang perlu mendongakkan kepalanya. Hanya untuk menatap dirimu sambil ketakutan.
Ekspresi Gema benar-benar terlihat jelas di malam yang sunyi itu. Seringai serigala yang siap memangsa membuat orang itu ngeri. Dengan cepat ia menjatuhkan pria tersebut dan mulai memukulinya seperti anjing. "Hahahaha! Crow?! CROW?! CROW!? BAWA SEMUANYA KEPADAKU! AKAN KUHANCURKAN KALIAN SEMUA!" Malam itu ia tertawa dengan sangat keras.
----------------
"Gema bukanlah bajingan biasa. Ia membully murid yang lemah bukan untuk terlihat kuat, akan tetapi mencari orang yang kuat atau Pahlawan yang mau menyelamatkan pecundang yang ia bully.
Ia memiliki sifat yang aneh, saking sukanya pada serial pahlawan ia ingin menghancurkan pahlawan itu sendiri."
----------------
Ketiga eksekutor Crow yang mengincarnya sudah dibuat tumbang olehnya sendirian. Gema menghela nafasnya kemudian mencabut pisau yang menusuk pada belakang tubuhnya.
"Dasar pecundang sialan ini... Siapa mereka sebenarnya, biar kulihat wajah kalian bajingan Crow!"
Gema membuka penutup wajah milik salah satu orang yang menyerang dirinya. "Siapa mereka? Sial! handphoneku hancur? Brengsek!"
Dengan tidak senang dan emosi Gema hanya menginjak wajah pria tersebut dengan kakinya dengan sangat brutal.
"cih! Akan kuingat wajah kau brengsek!" Gema kemudian membopong Satya dan Ropa di pundaknya kemudian berjalan pergi menyelamatkan diri dari gang tersebut.
----------------
Keesokan harinya.
Seorang perempuan pendek dan feminim duduk di bangku kantin sendirian tanpa ditemani siapapun. Menyadari hal itu Youth menghampiri meja Eci yang kosong. "Eci? kamu kenapa melamun?"
Eci menoleh kearah Youth yang menegurnya dengan lembut, namun hanya membalasnya dengan senyum. Melihat tingkah Eci yang tidak ceria seperti biasanya membuat Youth heran. 'Apa yang terjadi pada Eci? apakah ini masih karena ayahnya?' Batin Youth mencoba memahami.
Youth kemudian duduk di samping Eci. "Apakah kamu masih sedih... —Ah! Em... Maksudku.. Eeehh..." Youth bingung sendiri dengan perkataannya.
Akan tetapi perusak suasana datang dari belakang Youth membawa sebuah nampan alumunium yang biasa digunakan untuk membawa makanan atau kopi panas.
Nampan tersebut dipukulkan tepat pada kepala Youth berkali-kali. Duagh! Duagh!
Suara keras itu membuat semua murid menoleh kearah Gema yang memukuli Youth tanpa alasan.
Eci yang kaget dengan hal itu kemudian langsung berteriak agar Gema berhenti. Namun Gema sudah seperti orang kesetanan.
Tak ada seorangpun yang berani menghentikan Gema yang sudah mengamuk, mereka semua hanya menonton Youth yang dipukuli.
Gema kemudian berteriak sambil menuduh Youth lah yang sudah menyewa Crow untuk menyerang dirinya. "Bajingan! Bajingan! Bangsat! Bangsat! KAU!!! — KAU KAN! ORANG YANG MENYEWA BRENGSEK YANG DISEBUT CROW!"
Eci berusaha menarik Gema agar pergi dari atas badan Youth, namun Gema terus menghajar Youth hingga wajahnya babak belur. "Gema! Hentikan! Hentikan! Kamu sangat jahat!!"
"H-hei... bukannya kita harus panggilkan guru?"
psst... psst... pstt... psst... psssttt...
Dalam kericuhan itu tak ada yang membantu Eci dan Youth yang dipukuli Gema. Mereka hanya saling berbisik.
Mengapa dunia sangat kejam... "GEMA! JANGAN PUKULI YOUTH LAGI!" Eci berteriak dengan sangat keras. Suaranya sangat lantang dan memekakkan telinga.
Gema yang terganggu tanpa ragu langsung mencekik leher Eci. Grab!
"Kau berisik sekali cewek jalang!" Ucap Gema dengan sorot mata melotot dan mengintimidasi pada Eci.
Eci gemetaran ketakutan melihat Gema. Ia meronta-ronta agar Gema melepas cekikannya, namun cekikan Gema sangatlah luar-biasa kuat.
Eci hampir kehilangan kesadarannya, nyawanya terancam karena Gema. Iblis ini tidak boleh hidup, psikopat gila! bahkan dia tak puas dengan menyaksikan murid-murid menundukkan wajahnya jika berpapasan dengannya.
Kali ini, Gema mau membunuh orang-orang dengan keganasannya. "Kalian bajingan! Akuilah Youth kalau kau yang menyewa bajingan Crow itu. Jika kau mengaku... Aku akan melepaskan pacar jalang mu ini," Ucap Gema dengan wajah berbinar.
Youth dengan memar dan darah yang memenuhi wajahnya, menatap Gema dengan ekspresi kesal, marah dan sangat dendam padanya.
Gema terlihat sangat frustasi dengan apa yang ia lihat. Ia tak bisa melakukan apapun selain melihat Eci kesakitan tersiksa. 'Kalau saja... Kalau saja... KALAU SAJA AKU MENGAMBIL MISI YANG DIBERIKAN SISTEM KEMARIN, AKU PASTI BISA MEMBUNUH BAJINGAN INI!'
Swusshh...
Sebuah suara terdengar dari samping telinga Gema yang membuatnya sangat-sangat terkejut. "Untuk kali ini cukup Gema. Kelakuan tolol mu ini tak dapat ditolelir lagi, psikopat gila!"
Dengan sangat cepat seseorang melesat dari belakang Gema tanpa disadari dan terdengar oleh orang-orang di sekitarnya. Orang itu langsung melayangkan tendangannya pada kepala belakang Gema hingga membuatnya tersungkur ke lantai kantin.
Seorang Pria dengan tinggi 179 centimeter dengan rambut hitam legam dan tebal dengan baju sekolah yang dikeluarkan dari dalam celananya memberi kesan anak nakal, dengan sebuah logo OSIS di lengan kanan yang tertempel pada bajunya.
Aoka datang dengan wajah sangat marah. Aoka meraih kerah Gema yang tersungkur ke tanah kemudian dengan emosi yang memuncak Aoka langsung menyeretnya menuju ruang guru.
Satya yang terkejut melihat hal itu kemudian berteriak seolah menantang Aoka dengan arogan. "Beraninya kau pada Gema!"
Aoka melirik kearah Satya dengan ekspresi dingin dan mengintimidasi, seolah mengatakan beraninya rendahan berbicara tidak sopan.
Satya dan Ropa ketakutan setengah mati mereka sangat takut dan ingin lari dari kantin sekolah.
Gema yang masih sadar dan melihat kalau Gema sudah tak ada. Langsung membawa Eci ke UKS.
'MAAF—! MAAF—!'
Youth berlari sambil menggendong Eci di punggungnya.
"halo... Namaku Eci, aku tinggal di apartemen seberang Tk."
"hmm? O-oh.. Ya... N-namaku Youth.."
"Hee..."
"K-ke-kenapa?"
"Itu nama yang bagus! Ayo berteman!"
Air mata Youth tak dapat dibendung lagi, dalam jauh di lubuk hatinya. Youth bersumpah akan satu hal. "Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi... Maka dari itu, kuharap kamu jangan pergi meninggalkanku... Kumohon."
Seorang dokter keluar dari ruang perawatan sambil melepaskan kacamata yang ia kenakan. Kemudian bertanya pada Youth.
"Apakah kamu orang yang membawa gadis itu tadi?" tanya dokter itu dengan nada lembut.
Youth mengangguk, dengan kaku dan ekspresi panik yang terpampang jelas di wajahnya.
"Tenang saja, tidak perlu khawatir. Gadis itu masih selamat... tidak ada luka serius, namun lukamu lebih parah dari yang dialami oleh gadis itu, apa yang terjadi?
Apa kamu korban perampokan?"
Youth menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sedikit. "Ah... tidak, ini saya hanya terjatuh dari motor kok, ahahaha..."
Mata dokter itu tiba-tiba menatap Youth dengan serius. "Kamu pikir kamu dapat membohongi saya? Luka cekikan yang ada di leher gadis itu, mana mungkin kalian jatuh dari motor.
Apakah, kalian berdua korban perundungan?"
Youth tertegun mendengar pertanyaan yang ditanyakan dokter tersebut.
"B-bagaimana... anda tahu?"
Bersambung....