Fai punya senyum yang mampu melumpuhkan otot egois Afi yang tidak pernah kendur. Jika harus menggambarkan fisik Fai maka akan terlihat seorang cewek berwajah Oriental lebih mudahnya berwajah seperti orang Cina. Fai tingginya cuma 153 cm, tergolong pendek karena tidak sampai 160 cm, dan berat bedan mungkin sekitar 45 kg. Bermata coklat pekat dengan tatapan sendu nan tajam, berwajah mungil selaras dengan tubuhnya, kulitnya kuning langsat, hidung kecil yang cocok dengan bibir penuh berwarna merah muda. Tidak pernah terlihat di wajah Fai polesan make up tebal, wajahnya cantik alami meski alis terlihat tipis, namun tetap tidak membuatnya menggunakan pencil alis untuk menyempurnakan penampilannya. Dia terlihat percaya diri dengan penampilan natural, ini kelebihan yang jarang ditemukan. Jika digambarkan dengan artis Korea kesukaan Afi, maka wajahnya akan terlihat 70% mirip artis Park Eun Bin yang tahun 2022 membintangi Drama Extraordinary Attorney Woo. Hanya tone warna kulit yang berbeda dan lesung pipi yang tidak dimiliki Fai.
"Mbak Fai keturunan Cina ya?" Tanya Selly yang sedari tadi memandangi Fai mengetik makalah kelompok
"Bukan Sel, kenapa?" Senyum Fai diikuti tangan yang berhenti mengetik dan menatap Selly
"Mirip orang Cina Mbak. Mbak Fai cantik deh, matanya juga bulat tapi kecil persis keturunan Cina" Timpal Selly menjelaskan
"Hiihiiii… kamu bisa saja Selly, memang kita orang Indonesia, karena jadi jalur perdagangan. Mungkin terjadi pencampuran Gen Asia Timur seperti Jepang, Cina, Vietnam, Kamboja, Thailand. Mungkin kamu benar, bisa saja nenek moyang kita ada Gen China" Serius memikirkan kemungkinan pertanyaan Selly benar
"Selly emang suka ngarang Mbak, Hhhh…. Kamu sendiri keturunan mana Sel? Tanya-tanya bikin tidak fokus aja. Kamu giliran yang ngetik, daripada mengganggu orang" Afi menyodorkan buku referensi makalah. Mata Afi memandang Fai berharap balasan, tapi Fai tidak merespon
"Ihh…Afi ikut-ikutan aja. Aku juga bingung Fi, mungkin Afrika, haha... Soalnya nih kulit gelap banget" Tawa renyah Selly dan wajah manyun, meletakkan buku yang diberi Afi lalu memperlihatkan punggung tangan kearah Afi
"Udah jangan curhat. Nih kamu terusin masih banyak nih yang harus di ketik" Jawab Afi dengan tangan membuka halaman buku dan menghadapkan dekat wajah Selly
"Iya iya. Sini gantian Aku yang ngetik Mbak Fai" Jawab Selly dengan tangan memegang buku dan menatap Fai dengan senyuman
"Iya Selly, langsung halaman 145 ya. Yang baliknya sudah selesai" Jawaban Fai sambal menyodorkan laptop didepanya
Afi sedikit sedih, meski dia mencoba membantu mengondisikan suasana. Tapi beberapa minggu ini selalu saja tidak mendapat respons balik dari Fai. Seperti sengaja menghindari obrolan dengan Afi, menganggap Afi tidak ada didekatinya. Hingga Afi membuat rencana supaya bisa kembali akrab dengan Fai.
Basecamp/markas PMII…
Tampak ruangan kecil bercat coklat muda, dengan banyak barang bertumpuk disudut ruangan. Ruangan nampak berantakan tapi tidak berdebu ataupun kotor, pemandangan itu biasa karena memang tempat itu lebih banyak dihuni oleh cowok, kalaupun ada cewek masuk organisasi PMII. Mereka hanya akan datang saat rapat saja
"Kak Fer, minta saran biar bisa mengobrol lagi sama teman cewek, ada solusi gak Kak?" Tanya Afi pada kakak senior dengan tangan menyingkirkan barang supaya rapi untuk kegiatan rapat rutinan PMII
"Ya gampang. Ajak ngobrol saja, hahahaa…" Tawa Kak Ferdi mengejek Afi
"Kalau itu Aku tahu Kak, masalahnya dia tidak mau diajak ngobrol" Jawab Afi dengan tatapan bete
"Marah mungkin sama kamu. Coba minta maaf" Serius Kak Ferdi menyarankan dan tangan menyeruput kopi di cangkir kecil berbahan kertas
"Nah itu aneh kak. Aku ngerasa tidak berbuat salah. Kenapa dia marah?' Wajah bingung Afi nampan jelas
"Wah... masalah nih Fi. Kamu dibenci mungkin, hehhehe…" Tawa Kak Ferdi dengan kepala menggeleng
"Kak yang serius dong. Kasih saran gitu, pusing aku" Suara Afi terdengar putus asa dengan tangan mengacak-acak rambut
"Santai Fi. Gini kalau saranku lebih baik kamu bikin rencana, supaya dia tidak bisa mengelak ngobrol sama kamu. Misal kamu buat acara dikelas yang bikin dia harus bicara sama kamu, bikin permainan, acara ultah atau apalah" Serius Kak Ferdi memberi saran dengan berbisik dekat telinga Afi
"Iya kak, ide bagus. Nanti Aku buat acara di kelas. Terus minta dia ngurusi itu bareng aku" Jawab Afi antusias dengan mata berbinar
Afi menjalankan rencana, ketika di kelas Afi membuat pengumuman
"Teman-teman, kita buat acara ulang tahun Bayu yuk. 3 hari lagi ulang tahunnya, masak Komting (komandan tingkat) kita ulang tahun tidak dapat kejutan. Dia banyak bantu overhandle tugas kita lho, coba kita tidak dibantu. Pasti kita kesusahan ngerjain dan lupa, nilai kita ke bantu gara-gara dibantu bikin konsep sama Komting" Jelas Afi Panjang lebar dikelas yang kebetulan Bayu sedang keluar
"Iya sih tapi mau bikin acara apa? Siapa yang mau mengurusi acara?" Kompak riuh banyak pertanyaan teman di kelas
"Stop… biar aku yang atur dan masalah dana bisa dikumpulin sama bendahara. Jadi nanti aku laporan keuangan sama bendahara" Senyum misterius Afi di akhir kalimat, ini tanda kegirangannya karena bendahara kelas adalah Fai
"Iya setuju…" Kompak balasan dari semua penghuni kelas
Rencana Afi berhasil setengah jalan, sekarang waktunya menjalankan lanjutan. Mengobrol dengan Fai.
"Mbak nanti kalau dana sudah terkumpul, kabari ya" Senyum Afi menghampiri Fai dan mengawali obrolan
"Iya Fi. Nanti Aku kabari, sore ini sudah terkumpul" Jawaban Fai datar tidak dihiasi senyum yang sangat ingin dilihat Afi
Sejauh ini rencana ini berjalan mulus, namun respons Fai terasa hambar. Afi rindu senyuman di wajah Fai, situasi ini terus berlanjut ketika penyerahan dana iuran. Buka Fai yang menemui Afi sore itu. Tetapi justru Zia selaku bendahara II kelas yang membantu tugas Fai.
"Afi nih udah kumpul uangnya Rp.500.000.00, kamu aku kasih 300 ribu ya. Nanti kamu kasih perincian, kalau kurang aku tambahi lagi besok" Ucap Zia menyodorkan uang dan menatap Afi yang kebingungan
"Lho, kok kamu Zia? Mbak Fai mana?" Jawab Afi dengan wajah celingukan ke kanan dan kiri
"Fai ada urusan, nih terima. Dia harus pulang cepat jadi titip aku yang kasih ke kamu" Jawab Zia jelas, dengan tangan meletakkan uang ditangan Afi
"Oke Zia. Terima Kasih, nanti aku kabari kalau kurang" Senyum getir Afi karena tidak bisa bertemu dengan Fai
Rencana itu gagal, Afi terus berusaha. Setiap Fai melakukan presentasi materi yang dibawakannya, Afi tidak pernah absen bertanya. Tujuannya hanya satu, bisa terus berbicara dengan Fai meski hanya mendengarnya menjelaskan materi untuk Afi.
"Saya Afiq Adnan Chairi, izin bertanya pada pemateri. Menurut makalah tertulis bahwa terjadi perselisihan setelah Rasulullah SAW wafat. Tolong beri penjelasan perselisihannya itu karena apa? Terima Kasih" Ucap Afi mengawali pertanyaan pembuka dalam kelas
"Baik, saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara Afi. Jadi perselisihan yang terjadi antara kaum muslim setelah Rasulullah SAW wafat yakni disebabkan Nabi belum menunjuk pengganti beliau sebagai pemimpin umat Islam. Kondisi ini menyebabkan dua kaum berselisih yakni kaum Muhajirin dan kaum Anshar, karena keduanya merasa pantas menjadi pemimpin umat Islam. Bagaimana saudara Afi cukup jelas, atau masih ada yang ingin ditanyakan?" Jawab Fai dengan nada tertata rapi bak pembaca berita, namun intonasinya yang tepat menjadikan serasa guru profesional yang menjelaskan
Afi mendengarkan dengan mata fokus pada Fai bukan kata yang ditunjuk Fai di PPT. Jelas terlihat kebengongan Afi dengan mata menatap Fai.
"Bagaimana saudara Afi?" Fai bertanya ulang karena tidak ada jawaban dari Afi
"Eh… Emmm…. Iiiiyaa Mbak. Terima Kasih atas jawabanya" Jawab Afi gelagapan sadar dari bengongnya
Sikap aneh Afi terdeteksi oleh Zia. Jelas sekali ada yang aneh, tingkah Afi nampan ingin terus berbicara dengan Fai. Mulai dari selalu bertanya tiap Fai presentasi padahal saat yang lain presentasi Afi tidak tertarik, bahkan pernah tertidur. Kemudian tingkahnya yang seperti pegawai bagian promosi yang biasa bagi-bagi brosur dijalan. Zia bisa mengibaratkan itu karena Afi selalu menawarkan brosur organisasi di kampus pada Fai, padahal sudah jelas ditolak dari awal kalau Fai tidak tertarik organisasi kampus apa pun.
"Fai, kamu ngerasa Afi aneh gak? Masak tiap hari ketemu kamu selalu bawa brosur organisasi beda-beda tiap hari, padahal udah jelas dari awal kamu bilang tidak tertarik organisasi apa pun kan Fai?" Ucap Zia bernada heran dan jari berputar memainkan kunci motor
"Masak sih Zia? Perasaan kamu saja mungkin. Toh mungkin dia memang belum mau menyerah biar organisasinya banyak anggota" Jawab Fai dengan senyum meredakan keheranan sahabatnya
"Iya juga sih. Tapi tetap aja buat aku dia aneh, ngapain berusaha juga buat organisasi yang tidak dia ikuti. Hampir semua organisasi brosurnya dia punya, cuman buat ditawrin ke kamu. Kan aneh, dia saja cuman ikut 3 organisasi" Celetuk Zia dengan kepala bergeleng
"Sudahlah Zia, biarlah nanti juga bosan sendiri" Jawab Fie meski dihati membenarkan ucapan Zia
Usaha Afi membuahkan hasil, meski hanya bertegur sapa saat membagikan brosur. Setidaknya setiap hari bisa mengobrol dengan Fai, itu sudah cukup.
Tiba-tiba Fai mendatangi Afi ditempat duduknya, saat perkuliahan usai.
"Afi bisa bicara sebentar" Fai memulai pembicaraan pada Afi yang sedang asyik bercanda dengan Bayu
"Eh iya Mbak" Langsung berdiri sigap
"Kita dapat kelompok yang sama, kamu bisa bantu kerjakan bagian akhir? Bagian akhirnya susah banget aku bingung" Tanya Fie dengan wajah kebingungan
"Oh makalah kita kemarin yang pembahasannya membingungkan itu Mbak?" Senyum Afi merekah
"Iya Afi, kamu bisa tidak? Aku sudah kewalahan dari bab awal sampek setengah, udah lelah" Keluh Ara dengan merangkul laptop
"Iya Mbak nanti biar aku yang lanjutkan" Jawab Afi percaya diri, meski setelah ini akan cari Kak Ferdi buat bantu menyelesaikan
"Terima Kasih Afi. Ini pakai aja laptopku biar tidak repot" Senyum Fai menyerahkan laptop biru dongker berhias stiker galaksi
"Oke Mbak, kebetulan laptopku juga masih dipinjam buat acara organisasi" Jawab Afi dengan wajah gembira
Afi bergegas ke markas PMII mencari Kak Ferdi, dan mengerjakan tugas Bersama Kak Ferdi
"Kak udah selesai belum?" Tanya Afi untuk yang ke 5 kali dalam waktu setengah jam
"Bentar Fi. Kamu kenapa buru-buru banget sih? Ini laptop juga bukan punyamu kan? Punya siapa?" Tanya Kak Ferdi
"Iya Kak. Punya temanku, terus aku mau selesaikan cepat biar bisa aku pelajari, terus besok mau bahas sama dia. Biar kelihatan bisa." Jawab Afi serius dengan memandangi layer laptop yang sedang digunakan Kak Ferdi mengetik
"Haaa…ha….oh begitu, kamu mau pura-pura yang mengerjakan ternyata" Tawa Kak Ferdi memecah keheninga sore itu yang hanya ada dua orang di dalam basecamp, karena yang anggota lain ada urusan.
"Iya begitu deh. Udah selesai kan?" Tersenyum malu
"Iya ini udah. Sebenarnya gampang asal kamu bisa bikin ringkasan uraian yang mencakup dari awal sampai akhir tapi tetap semua unsur harus ada" Senyum Kak Ferdi
"Iya kak nanti biar aku baca dirumah. Terima Kasih banyak ya Kak. Best Kating pokonya" Jawab Afi dengan tangan merangkul pundak Kak Ferdi
Malam itu Afi dengan serius mempelajari hasil pekerjaan dari Kak Ferdi. Besok dia akan menjelaskan pada Fai.
Siang hari tepat jam 2, perkuliahan berakhir dan sesuai janji Fai dan Afi akan mengerjakan lanjutan tugas. Afi sudah bersiap membereskan tas dan berjalan menuju Fai di bangkunya.
"Mbak jadi membahas bagian akhir kan?" Tanya Afi
"Iya Afi, Mau di mana bahasnya?" Jawab Fai dengan tangan sibuk memasukkan buku ke tas
"Di taman saja, biar ada cahaya. Bosan di ruangan seharian" Jawab Afi memberi penjelasan
Taman depan Fakultas, suasana rimbun dengan banyaknya pohon dan warna-warni tanaman hias, warna hijau mendominasi di taman menjadi pemandangan menenangkan siapa pun pengunjung taman. Afi memilih tempat mengerjakan di gazebo paling belakang, karena gazebo lain sudah digunakan.
"Afi sebentar ya, masih nunggu Zia. Dia kirim pesan mau ke kamar mandi dulu, kamu ke gazebo duluan saja Afi" Ucap Afi menghentikan jalannya setelah melihat pesan di ponselnya
"Tidak Mbak, tunggu di kursi sini saja. Nanti Mbak Fai sendirian disini" Jawab Afi santai dan duduk di kursi taman
"Nanti gazebonya dipakai orang, kamu duluan nanti aku nyusul. Tidak enak cowok dan cewek berdua saja di gazebo" Pinta Fai dengan muka serius
"Oke aku duluan ya Mbak" Ucap Afi meninggalkan Fai yang masih berdiri di samping kursi taman
Zia sudah sampai, menghampiri Fai dan bersama menuju ke gazebo.
"Hai Afi, maaf ya telat aku ke kamar mandi dulu tadi" Sapa Zia dengan tangan melambai ke arah Afi
"Hai Za, iya kamu ke kamar mandi lamanya udah kayak lari keliling Komplek" Muka masam Afi nampan jelas
"He..he…ya maaf, abis tadi ketemu banyak orang jadi ngobrol dulu depan kamar mandi" Tawa Zia dan tangan menepuk pundak Afi
"Ya sudah, langsung bahas bagian akhir tugas ya?" Ucap Fai melerai Afi dan Zia
"Iya Mbak, sudah aku selesaikan. Coba Mbak lihat ini" Membuka file di laptop Fai
Fai mendekat di samping Afi. Memperhatikan tiap susunan kata dari layar laptop dan memahaminya. Afi tidak bisa mengendalikan diri, wajah Fai yang hanya berjarak 30 cm darinya. Membuat refleks matanya menatap ke arah Fai tanpa berkedip hingga bermenit-menit. Kelakuan Afi dipergoki oleh Zia. Spontan Zia memberi tahu Fai.
"Fai…suttt" Ucap Zia lirih dengan wajah miring menempel pada meja dan menatap kearah Fai
"Iya" Jawab Fai pelan tapi matanya masih menatap layer leptop
Fai melihat tingkah Zia heran, Zia memberi isyarat dengan mata melirik dan berkedip kearah Afi. Namun sepertinya Fai tidak paham maksud isyarat Zia
"Apa Zia?" Ucap Fai dengan suara agak keras
"Eh..he…he… bukan apa-apa. Lanjut saja nugasnya" Senyum zia dibarengi badannya yang kembali tegak
Afi terkejut karena suara Fai dan memalingkan wajahnya. Afi sepertinya sadar Zia memperhatikan tingkahnya.
"Afi sudah bagus, tapi bagian paragraf lima bisa kamu jelaskan aku kurang paham" Ucap Fai dengan wajah menoleh ke kanan ke arah Afi
Baik Fai maupun Zia sangat serius mendengar penjelasan Afi. Tidak biasanya Afi sangat bersemangat menerangkan, biasanya dia tidak terlihat secakap hari itu ketika presentasi didepan kelas. Setelah setengah penjelasan Afi izin ke kantin untuk membeli minum karena haus, maklum cuaca hari itu panas terik. Sedang Fai terbiasa membawa air minum sendiri, dan Zia sudah memesan makanan online yang akan sampai 20 menit lagi. Disela menanti makanan Zia usil menanyai Fai.
"Fai, kamu dikasih isyarat sama sekali gak paham, apa pura-pura sih?" Ucap Zia menanyai Fai yang menutup botol air mineral setelah meminumnya
"Maksudmu mata kamu yang kayak kelilipan tadi?" Jawab Fai dengan wajah mengingat kejadian tadi
"Iya, udah pake tenaga full buat kasih tahu. Eh yang dikode gak ngerti" Balas Zia dengan bibir manyun
"Hehhehh….maaf, kamu ditanya juga tidak jawab kok. Emang mau bilang apa?" Tawa Fai yang ditutup dengan tangan
"Aku mau kamu lihat ke arah Afi. Kamu gak sadar kan dari tadi ditatap terus, bahkan gak kedip matanya. Nih kayak gini" Zia menatap serius muka Fai dengan menunjukkan mata membelalak dan tidak berkedip
"Permisi dengan Mbak Zia?" Suara Abang ojol pengantar makanan pesanan Zia
"Eh iya bang, udah ditungguin" Jawab zia bersamaan membalik badan dan tersenyum ramah
"Iya Mbak semuanya Rp.45.000.00" Jawab Abang ojol
"Iya Bang, ini uangnya." Zia menyodorkan uang pas
"Iya Mbak, Sama-sama" Jawab Abang ojol
Afi kembali dengan membawa banyak makanan, semuanya dia tawarkan kepada Fai dan Zia.
"Hai, yuk makan bareng. Bagi-bagi makanannya Zia, kamu gaya benar online makanan, beli apa?" Tanya Afi dengan langkah kaki kurang 3 langkah sampai gazebo
"Eh Afi. Kamu sendiri beli makanan banyak gitu, kayak mau hajatan. Tapi aku sih siap nampung, hehhe…." Ucapan Zia dengan tawa dan mimik muka matanya menyipit
"Iya nih. Silakan yang mau coba makanan kantin ada sosis, gorengan, batagor, pisang coklat, banyak pokoknya. Nikmat ini, bukan makanan aplikasi" Afi menyindir makanan Zia
"Zia jadi berapa harga siomay ini?" Tanya Fai yang memegang kemasan siomay miliknya yang titip jadi satu dengan pesanan Zia
"Iya cuma 15 ribu Fai, Afi aku minta sosisnya" jangan dihabisin" Senyum Zia tapi sibuk membuka bungkus siomay
"Iya ambil aja. Mbak Fai juga suka apa? Seingatku pisang coklat kan? Silakan Mbak" Tawaran Afi dengan menyodorkan pisang coklat
"Iya Afi. Terima Kasih" Jawab Fai memandang Afi dan menghentikan kesibukan membuka bungkus siomay
"Siomay ini cuma 15 ribu? Minumanmu 15 ribu Zia? Minuman apa?" Tanya Fai
"Kopi lain hati Fai, yang Varian Es Coklat Pak Muh" Jawab zia menyengir
Mereka menghabiskan banyak makan, hampir semuanya dihabiskan oleh Zia. Fai hanya memakan siomay, 1 gorengan bakwan, dan pisang coklat. Hampir semua makanan yang dibeli Afi kesukaan Fai, Cuma memang hanya sedikit dicicipi, sebab terlalu banyak makanan yang dibeli. Semua pengetahuan Afi tentang makanan favorit Fai didapat dari percakapan lewat WA ketika masih dekat.
Tugas akhirnya selesai pukul 4 sore, dan suasana kedekatan lama Fai dan Afi kembali lagi. Mereka meninggalkan kampus dan pulang ke rumah masing-masing.
Rumah Afi…
Rumah bercat hijau, dihiasi ornamen ukiran bunga didindingnya. Pintu kayu gaya klasik, memasuki bagian ruang tamu penuh dengan foto keluarga mulai dari kakek hingga foto masa kecil dan foto wisuda tiap tahapan jenjang sekolah yang dilalui Afi.
"Assalamu'alaikum…" Ucap Afi berjalan memasuki pintu rumah yang terbuka
"Wa'alaikumussalam, eh Afi sudah pulang nak. Masuk ibu diruang TV" Sapa Ibu Afi dari dalam ruang keluarga
"Ibu, Afi ke kamar ya" Senyum Afi berbeda terlihat bahagia ditunjukkan pada Ibunya setelah bersalaman
"Ada apa ini? Anak ibu kelihatan senang banget?" Senyum Ibu Afi menyadari perubahan anak cowoknya
"Tidak ada Bu, aku ke kamar ya" Jawab Afi dengan kaki melangkah menaiki tangga menuju kamarnya
Ibu Afi hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatan menonton TV.
Di kamar Afi kegirangan menari tanpa ritme, nampan rasa senang menjalani rangkaian hari itu. Kemudian menjatuhkan diri ke kasur dengan mata menatap langit-langit. Senyum terus berurutan menghiasi wajahnya.
Keesokan harinya di depan basecamp PMII. Afi sibuk menunggu kedatangan Fai yang baru memberi pesan akan memberikan buku catatan kemarin yang sudah ditambah sedikit detail rinci oleh Fai.
Hampir 5 menit Afi menunggu, membuat Kak Arbani penasaran dan menyapa.
"Ngapain Fi?" Tegur Kak Arbani kakak tingkat semester 7 yang suka usil dan cukup akrab dengan Afi
"Eh Kak Arbani, ini nunggu teman" Afi tersenyum menjawab pertanyaan
"Oh…ayo masuk dulu, pegel berdiri mulu" Ajak Kak Arbani dengan merangkul bahu Afi
Terlihat dari jauh Fai berjalan menuju arah Afi dengan penampilan bertema merah muda berpadu hitam.
"Tidak Kak, sudah datang orangnya" Menolak dan mata fokus melihat jauh ke arah Fai
"Afi ini catatanya, sudah aku tambah detail. Maaf kalau tulisanku kurang jelas, nanti chat saja kalau susah membacanya" Ucap Fai menyodorkan buku berwarna coklat berbahan kulit ke tangan Afi
"Iya Mbak. Tenang aku itu jago baca tulisan model apapun" Senyum Afi berkembang
"Ya sudah aku ke kelas dulu Afi. Mari Kak" Pamit Fai dan juga menyapa Kak Arbani di samping Afi
"Iya hati-hati" Jawab Afi dan Kak Arbani bersamaan
Menatap Fai menjauh berjalan menuju tangga untuk ke lantai 3, tepatnya kelas pertama perkuliahan hari itu tapi dimulai pukul 9 nanti.
Tiba-tiba datang perempuan dari arah belakang mengejutkan Kak Arbani dan Afi
"Sayang… hari ini jadi jalan-jalan kan? Aku pengen beli tas baru, habis itu kita nonton film. Ada film bagus judulnya "Kamu Tidak Sendirian". Pokoknya seru deh sayang, jadikan?" Suara manja cewek dari arah punggung Kak Arbani dengan tangan memeluk dari belakang
"Ehhh kaaamumu Des. Jangan begini ini di kampus. Iya tapi jangan hari ini ya, besok bisa aja ya?" Jawab Kak Arbani terkejut dan gugup melepaskan rangkulan Desy
"Gak bisa sayang harus hari ini. Ini kan hari Anniversary kita" Desak Desy dengan suara mengeras
"Oke, aku selesaikan tugas dulu nanti sore kita ketemu ya" Bujuk Kak Arbani menenangkan kehisterisan Desy
Penampilan Desy cantik dan penuh semangat, pakaian berwarna oranye cerah mendominasi penampilannya. Afi yang sedari tadi di samping Kak Arbani izin masuk ke bascamp.
"Kak aku masuk dulu ya" Menepuk punggung Kak Arbani dan berlalu meninggalkan Kak Arbani dan Dasy
Didalam bascamp ada banyak anak lain yang sibuk merapikan perlengkapan organisasi. Afi duduk dan membuka buku catatan Fai, benar tulisan Fai tidak bagus tapi masih bisa dibaca. Namun ada sebagian yang sulit dibaca. Senyum-senyum sendiri Afi memandangi bentuk tulisan Fai yang berukuran kecil dan tampak terlalu cepat ditulis itu.
"Afi tadi temanmu ya?" Tanya Kak Arbani menepuk punggung Afi
"Iya Kak. Kenapa?" Jawab Afi menoleh kearah Kak Arbani
"Kamu punya nomornya kan? Minta Fi" Senyum merekah Kak Arbani
"Buat apa kak?" Afi menatap curiga
"Biasa fi buat kenalan. Sumpah cantik banget, udah kayak bidadari di bumi. Cantiknya alami tanpa make up beda banget sama yang kebanyakan aku lihat. Mana penampilannya muslimah banget bikin sejuk dihati. Beh… suaranya lembut banget, siapa tadi namanya?" Antusias menerangkan penampilan Fai dengan ekspresi tengil
"Maksudnya gimana Kak?" Tanya Afi dengan ekspresi serius menatap tajam Kak Arbani
"Tahu lah Fi. Kenalan siapa tahu bisa jadi pacar" Jawab Kak Arbani senyum-senyum sendiri
"Tapi pacar Kakak tadi gimana?" Tanya Afi dengan wajah mulai memerah
"Gampang lah Fi. Kalau aku udah dapetin temanmu sebagai pacar nanti juga aku putusin, tapi kalau tidak ya janganlah. Aku juga gak bodoh, gak akan lepas sebelum ada pengganti, hahahhah…" Tawa keras Kak Arbani membuat orang yang mendengar pasti juga akan terganggu
"Jangan brengsek Kak. Kamu gak bakal dapat informasi apa pun tentang Fai aku pastikan itu, dia gak akan jadi pacarmu" Teriak Afi dengan tangan kiri mencengkeram kerah baju Kak Arbani hingga terjengkang dengan posisi Afi diatas Kak Arbani, kemarahan yang tidak terkendali membuat Afi menggenggam tangan kanannya bersiap memukul wajah Kak Arbani
Melihat pertikaian Kak Arbani dan Afi, semua dalam ruangan mendekat dan memisahkan
"Afi sabar, kalian kenapa sih jangan kayak anak kecil. Bicarakan jangan berantem" Nasihat Kak Sahil dengan tangan mengunci dua lengan Afi
"Dia berengsek Kak. Lepas aku mau keluar" Afi melepaskan kuncian tangan Kak Sahil dan berlalu keluar ruangan
Kak Arbani yang dipegangi Davit, anak semester 3. Meneriaki Afi yang berjalan keluar ruangan
"Afi jangan munafik kamu. Itu juga gayamu, kenapa aku tidak boleh melakukannya. Jangan jadi pembohong di hadapan orang banyak" Teriak Kak Arbani dengan tangan melepas pegangan Davit dengan kasar.
Sementara di luar ruangan Afi masih marah, dia mencoba menurunkan emosi dengan membuka kancing baju dekat kerah leher dan dua kancing kemeja di kedua lengannya. Badanya terasa panas karena menahan emosi, dihati sebenarnya ingin sekali memukul wajah Kak Arbani dengan keras.
Sejak hari itu hubungan Kak Arbani dan Afi memburuk, tidak ada obrolan maupun tegur sapa, padahal sebelum kejadian itu mereka terlihat akur bak kakak adik.