Afi cowok berperawakan tinggi pas-pasan yakni cuman 160 cm, terbilang pendek dari rata-rata tinggi mahasiswa lain dikelasnya. Tapi dia memiliki banyak kelebihan di mata wanita. Satu, keren dengan selera fashion oke. Setiap detail pakaian yang dikenakan selalu senada dan nampak serasi dengan wajahnya yang ganteng sekaligus manis. Kedua, punya selera humor yang bagus, ini terlihat jelas saat dia berbicara dengan teman wanita. Seperti candaan yang sering dilakukan dengan Zia. Ketiga, kepribadian berjiwa petualang dan perilakunya yang perhatian kepada cewek, tapi karena ini dia jadi masuk kategori bad boy.
Untuk ciri penampilan tidak jauh berbeda dari cowok lain, hanya ukuran kepala lebih kecil menyesuaikan badan yang tidak terlalu tinggi. Ditambah mata tajam berwarna coklat terang, alis dengan garis melengkung tinggi mempertajam tatapan, dengan hidung sedang, dan senyum super manis. Jika digambarkan maka akan terlihat wajah mirip Idol Kpop Taehyung/V BTS, tapi versi kulit sawo matang, senyum manis merekapun akan terlihat mirip.
"Afi mau kemana?" Tanya Farah terkejut karena sedari tadi memandangi Afi mengetik makalah kelompok, dan Afi berdiri tiba-tiba
"Ke kamar mandi. Kenapa?" Tatap Afi diikuti menoleh dan menatap Farah
"Oh begitu, cepet balik ya" Senyum Farah dibalas wajah heran Afi
"Kamu kenapa? Mules? Aneh banget dari tadi, aku bukan laptopmu. Pantengin tuh laptopmu, bukan wajahku" Celetuk Afi yang sedari tadi menyadari ditatap terus oleh Farah, dan keluar dari perpustakaan
Begitulah Afi mendapat perhatian cewek, hanya bermodal sesuatu yang memang dimiliki sejak lahir. Pribadinya yang suka petualangan serasi dengan hobinya yang suka travelling, Afi itu keren dan sangat menyukai berkendara. Sebelum masuk kehidupan perkuliahan dia anak yang berdasarkan survei yakni anak gaul dan sedikit ke arah badboy. Sejak masih kecil hingga kini sudah masuk perkuliahan Afi tetap menyukai berkendara, juga suka dengan kendaraan besar seperti bus. Semua pernak-pernik dan miniatur bus Afi punya, berjajar rapi di rak sudut dalam kamarnya. Afi sangat suka mengendarai mobil. Kebiasaan berkendara ini sudah seperti obat stres dan penghiburan bagi Afi. Setiap kali ada waktu luang pasti Afi sempatkan untuk mengemudikan kendaraan beroda lebih dari dua ini.
2022 didalam kamar Afi…
Kamar bercat putih dengan prabotan yang sedikit, ini karena Afi tidak suka ribet. Susunan dalam kamar sudah semenjak masuk semester 6 perkuliahan, barang favorit Afi disingkirkan. Rak bagian sudut kamar kini hanya berisi foto wisuda semua jenjang sekolah yang dilalui Afi. Afi berjalan mendekati foto wisudahan SMA Negeri 5 Yogyakarta, tangan Afi memegang bingkai foto. Mata Afi menatap foto dengan senyum dan kemudian raut wajah berubah sedih, menatap foto itu mengingatkan Afi pada prilakunya semasa SMA.
7 tahun lalu ketika masih duduk dibangku SMA Negeri 5 Yogyakarta
"Afi, jalan-jalan nanti abis UAS semester 1 kemana lagi?" Tanya Faisal teman Afi di kelas 11 SMA
"Kemana aja siap. Tapi kalau Jogja udah bosen, mesti keluar kota kita ini" Senyum Afi cerah
"Okelah, Bromo aja seru. Kamu bisa Afi pakai mobil sampe Bromo?" Menepuk pundak Afi yang duduk dibangku
"Bisalah. Udah ada SIM juga. Amanlah..." Tawa bangga Afi
Tiba-tiba ada Sasmi menghampiri Afi...
"Afi..." Menyingkirkan tangan Faisal dari pundak Afi dan mengalungkan tangannya ke leher Fad
"Eh... seenaknya aja nyingkirin aku. Sahira ini mulai lagi nempel aja kayak prangko" Celetuk Faisal cepat
"Apa lagi?" Tanya Afi santai
"Aku ikut kamu ya jalan-jalan. Kita kan udah jadian lama, tapi kamu enggak pernah nawarin ikut jalan-jalan" Wajah Sahira maju dari arah belakang bagian kanan mendekat ke wajah Afi memasang muka cemberut
"Iya deh kamu boleh ikut" Memandang dengan senyum kemudian berdiri dan melepaskan tangan Sahira dari leher Afi
"Oke Faisal, atur jadwal sama dana ya. Pokoknya iuran harus pas supaya bensin aman." Sindir Afi menatap tajam Faisal
"Iya iya, tenang aku bukan tukang ngutang." Faisal pergi meninggalkan Afi dan Sahira
"Fad makan bareng ke kantin yuk" Rengek Sahira dengan suara manjanya dan tangan mau memegang lengan Afi namun gagal
"Emmm... iya. Makan apa kamu?" Sambil menghindari tangan Sahira dengan menggerakkan tangan ke depan
"Makan ayam goreng aja deh. Kamu kenapa gak mau aku pegang?" Sahir menanyakan alasan dengan wajah bete
"Gak enak terlalu dekat. Ini lingkungan sekolah. Udah ayo ke kantin" Berjalan lebih dulu meninggalkan Sahira keluar kelas
Kebiasaan Afi suka bepergian, jadi bisnis buat dia karena bisa sekalian jadi sopir dan dapat penghasilan. Afi juga seperti kebanyakan cowok modern lain yang mengenal pacaran, hidupnya komplit jika dipandang dari segi kepuasan dunia.
Tingkah Afi yang kadang membuat geleng-geleng temannya, sebenarnya Afi itu anak cerdas tapi hanya digunakan pada saat dia membutuhkan. Bisa ditebak, hampir semua kecerdasanya digunakan untuk mendapat simpati dan keinginanya. Seperti mendekati guru perempuan yang mengajar Fisika, meski terkenal galak tapi Afi bisa menangani. Guru itu sampai menganggap Afi murid paling pintar di kelas, hanya karena Afi menerima tantangan temannya mendapatkan nilai A. Tantangan ini diterima Afi karena imbalannya dapat nomor cewek pindahan sekolah lain yang baru masuk dikelas.
"Gini deh Afi, aku bakal kasih nomor Firda ke kamu kalau kamu bisa dapat nilai A di mata peljaran Bu Rahma" Tantang Jailani dengan berbisik ditelinga Afi
"Aduhh… syaratnya susah banget sih Jai? Bisa nggak guru lain gitu, kamu tahu Bu rahma itu galak nama lagi mata pelajaran Fisika lagi" Jawab Afi mengaruk kepala, muka tampak serius dan badan bergidik memikirkan kemungkinan hal yang akan terjadi
"Hhhh…. Kamu sanggup tidak? Tapi gak papa kalo gak mau sih. Aku juga gak akan kasih tahu nomor Firda" Timpal Jailani dan mulai menjauh. Mata Afi terlihat berfikir kemudian berteriak menghentikan Jailani
"Oke aku terima" Jawab Afi cukup keras menghentikan langkah Jailani
Mulai hari itu Afi serius memperhatikan pembelajaran Fisika dan benar saja dia mendapat nilai A.
Afi memang selalu gigih dalam mencapai tujuannya, dan inilah masa dimana Afi bersenang-senang tanpa beban 3 tahun menjalani masa SMK, dengan koleksi mantan pacar hampir 10 orang.
"Udah jangan curhat sedih-sedih. Nih Es Teh minum, kamu mau aku bantu apa?" Jawab Afi dengan tangan menyodorkan gelas Es Teh dan menghadapkan Wagio
"Bukan teh yang aku mau Afi. Aku kesini karena mau belajar cara dapat cewek dari kamu, kamu kan udah punya mantan lebih dari enam" Jawab Wagio dengan tangan meletakkan gelas Es Teh ke meja lagi
"Wagio wagio… gitu saja galau. Ya sudah, langsung aja ya. Kamu memang harus sedikit berusaha. Nanti aku bantu, pokoknya yang pertama kamu harus ubah penampilan oke" Jawaban Afi dengan tangan mencomot pisang gorengan dan memakannya diakhir kalimat
Afi juga kadang bisa ekstrim dan sedikit membuat kerusuhan. Ini bisanya disebabkan terpancing emosi karena perilaku orang yang membuatnya tidak nyaman. Pernah kejadian di kelas Afi berantem dengan Bagas, perkelahiannya sengit hingga Bagas jatuh dengan luka diwajah karena ditonjok Afi.
Masalah bermula karena Bagas itu tukang palak di kelas, selama setengah tahun Afi selalu membiarkan karena dia bukan korban palakan Bagas. Tapi Afi tersulut emosi saat Harun teman sebangkunya menjadi korban, hampir tiap pagi Harun ketakutan ketika akan masuk kelas, bahkan hingga berhari-hari tidak masuk. Ketika Harun masuk kembali Afi senang, sebab temannya ini sudah bagai sahabat dan guru les Afi. Harun selalu mengajari Afi pelajaran yang tidak dimengerti Afi. Hingga pemalakan dilakukan di depan Afi dalam kelas saat istirahat.
"Wah berangkat juga akhirnya kamu Harun, minta duitnya dong? Udah 3 hari gak setor, mana-mana?" Tanya Bagas bersuara keras pada Harun dengn tangan menjatuhkan barang di atas meja milik Harun
"Gak ada. Aku sudah tidak mau kasih kamu lagi" Bantah Harun kemudian membungkuk memungut semua barang yang jatuh dilantai
"Kalau tidak mau maka harus terima hukuman, udah berani ya kamu" Teriak Bagas dengan tangan mendorong Harun hinggan tersungkur dan membentur meja sampai bergeser
"Heh Bagas, udah. Kamu itu bisa tidak jangan ganggu orang sehari saja" Serius ucapan Afi yang terganggu karena meja bergeser
"Nah ini anak songong. Kamu jangan ikut campur. Kenapa mau diganggu juga?' Wajah marah Bagas dengan tubuh mendekati Afi dan mengangkat badan Afi untuk berdiri
"Wah... ini masalahmu Bagas. Kamu tidak pernah sadar kalau perbuatanmu itu merampok…" Timpal Afi bersuara keras dengan menggeleng
"Kamu ini berani banget ngatain aku" Tangan Bagas memdorong Afi, membuat tubuhnya terdorong mundur
"Santai Bagas. Kenapa ngerasa omanganku betulkan?" Serius menatap Bagas tanpa rasa takut
"Terserah kamu mau ngomong apa, aku gak ada urusan sama kamu" Jawab Bagas dengan memalingkan muka menuju kearah Harun
"Mana duitnya, cepet atau mau dapat pelajaran lagi?" Teriak Bagas ke wajah Harun
Afi tersulut emosi langung menarik baju bagian belakang Bagas dan pergulatan terjadi. Bagas dan Afi berguling dan saling pukul. Namun karena teknik Afi lebih baik dari Bagas dia selalu bisa mengelak dari pukulan Bagas. Alhasil wajah Bagas yang terluka sedang Afi tidak.
Kelas riuh dan kemudian guru dating untuk mererai. Baik Afi maupun Bagas harus masuk BK untuk mendapat bimbingan, setelah hari itu tidak ada lagi pemalakan dikelas. Semua anak di kelas tidak berani melakukan perbuatan serupa Bagas, karena takut Afi akan mengulang perkelahian di kelas. Perbuatan Afi membuat Ibunya khawatir dan menyusun rencama menaruh Afi di pondok pesantren, tepat setelah kelulusan SMA.
Setelah lulus SMA...
"Ibu apaan sih. Ijazahku belum keluar kok udah nyuruh masuk pesantren?" Protes Afi
"Iya, biar kamu ada perubahan. Lagi pula ini masih tahun 2017 kamu masih 17 tahun. Umurmu masih belum genap 18, kamu paling kecil di kelas, kan kelahiran bulan Desember. Masih keburu kalau berhenti 1 tahun lebih, nanti baru kuliah tahun depan saja" Jelas Ibu Afi dengan tangan sibuk membereskan perlengkapan Afi Mondok
"Tapi bu, aku tidak mau" Melangkah keluar kamar mencari kesenangan dengan naik motor yang diparkir didepan rumah
Tapi apalah daya Afi, keputusan Ibunya tidak mungkin bisa ditentangnya. Meski dia itu anak yang terlihat bergaya modern dan gaul, tapi tetap saja dia anak laki-laki yang sayang Ibunya. Afi bukan tipe anak yang terlewat nakal, baginya nakal boleh tapi tetap dia tidak pernah terlintas dibenaknya menyakiti hati Ibunya.
"Ya sudah Bu. Aku nurut tapi cuman satu tahun ya tahun kedua aku mau kuliah." Nada Afi pasrah memandang wajah ibunya yang sedih akibat penolakan Afi sebelumnya
"Alhamdulillah... iya satu tahun. Tapi janji jadi anak yang lebih baik ya. Ibu tunggu perubahannya, nurut sama Pak Kyai ya Afi" Senyum Ibu Afi tulus dan bahagia mendengar jawaban Afi
"Isya Allah Ibu. Tapi Afi tidak janji." Jawab Afi sambil nyengir
Benar saja banyak perubahan dari Afi. Meski bukan seluruhnya tapi sedikit perubahan saja sudah cukup untuk seorang ibu. Afi memang cerdas dalam waktu 1 tahun lebih 5 bulan Afi mampu menyelesaikan pembelajaran di pondok degan mulus, bahkan berani dan lulus ujian kitab bersama santri lain. Pak Kyai memuji kemauan Afi. Mungkin ini dilakukan agar segera dapat berkuliah, karena sudah jelas motivasi awal Afi itu agar bisa berkuliah ditahun kedua nanti. Selama di pondok pesantren juga kehidupan Afi berubah tidak lagi bisa bepergian ria seperti dulu, hanya mengikuti kegiatan dan aturan pondok yang banyak itu. Juga hubungannya dengan banyak cewek sementara berakhir sejak hari pertama memasuki pesantren. Tapi semua itu hanay bertujuan menyenangkana Ibunya, sudah ada rencana untuk kembali ke kehidupan lama ketika masuk perkuliahan, namun ternyata Afi justru tersihir peson Fai yang membuatnya menutupi gaya hidupnya yang dahulu. Terutama awal semester 1 saat awal kenla Fai.
"Afi, main bareng lagi kapan? Kamu kok jarang posting sama cewekmu? Sudah putus lagi, apa kamu udah tobat dari pacaran?" Tanya Tania saat berada dipantai acara temu alumni SMA Negeri 5 Yogyakarta
"Haahhaa…nggak lah, Tan. Masih sama Sahira cuman emang jarang upload foto, lagi mencoba jadi baik dan manis didepan seseorang" Tertawa dan kemudian menyeruput kopi ditangan
"Wah ini pasti cewek incaran baru ya? Pantesan, aku juga gak yakin kamu itu tobat. Seorang Afi tobat, itu masih tanda tanya hahaha..." Tawa Tania dengan lidah terjulur mengejek Afi
"Ah kamu ini. Emang seburuk itu ya aku? Kan aku cuman menikmati hidup" Tersenyum dengan mata memandang ombak laut
"Spesial ya Fi cewek itu? Jarang kamu nyembunyiin sifat aslimu ke cewek. Bukannya itu justru daya tarimu ya?" Menatap heran ke arah Afi
"Aku juga bingung Tan, beda banget tipe yang ini, susah ditaklukin" Afi nyengir
"Woy ngobrolin cewek mana lagi nih? Afi gak bosen kah maini cewek aja?" Toni menghampiri dan ikut duduk di pasir tepat ditengah antara Afi dan Tania
"Kamu ikut nimbrung aja sih Ton. Udahlah bahas yang lain, aku pengn rileks bahas yang seru" Jawab Afi mengalihkan pembicaraan
Afi sudah kealahan menyembunyikan sifat asli, di pertengahan semester 2 Afi memposting banyak foto baik di media social maupun story WA. Afi sudah kelelahan mengatasi rengekan Sahira untuk memposting foto kebersamaan mereka. Ini juga bentuk pancingan Afi ingin tahu reaksi Fai.
Perbuatan Afi membuat Fai terkejut, dia tidak menyangka Afi memiliki pacar. Selama ini sifat Afi terlihat seperti cowok baik dan manis. Hingga Afi memberanikan diri bertanya hingga menegur Afi sebagai teman untuk menyadarkan Afi.
📩Pesan whatshapp dari Fai...
"Assalamualaikum, Afi kamu punya pacar?"
"Wa'alaikumussalam. Iya Mbak, kenapa"
"Afi kamu yakin dengan perbuatnmu ini? Jangan sampai nanti menyesal, ini perbuatan tidak baik, lebih baik cepat halalkan"
Entah ada apa dengan Afi, sepertinya Afi sudah tidak mau mendengar kata-kat dari Fai lagi. Setiap Fai membahas maslah pacaran Afi selalu tidak menjawab pesan Fai. Bahkan sindiran Fai tiap bersama dalam kelompok juga tidka mebuat Afi berubah.
"Afi pacarmu cantik banget sih, Namanya siapa?" Tanya Bayu setelah melihat story Afi
"Sahira" Jawab Afi tapi terus mengetik makalah
"Ketemu juga pas puasa Fi? Gak ada liburnya apa pacara?" Tanya Erlan
"Bukan sengaja, cuman kebetulan ketemu" Jawab Afi santai
"Iya juga ya Erlan. Seharusnya dikurangi atau libur dulu sebulan ya? Warung yang menghargai saja akan buka ketika waktu berbuka puasa" Sindir Fie membenarkan pertanyaan Erlan
"Heh sudahlah malah bahs pacar. Ini tugas kapan selesai?" Maria mendinginkan suasana
Prilaku Afi ini membuat Fai kebingungn bersikap, setiap usahanya menyadarkan Afi gagal. Akhirnya Fai hanya memilih diam dan berhenti menegur Afi lagi.
Di sisi lain, sebenarnya bukan ini respon yang diinginkan Afi. Dia berharap Fai akan cemburu dan memintanya putus bukan malah meberi saran untuk menikah. Afi kecewa dan lelah, kini dia memilih menjalani kehidupan yang sudha dirindukan selama di ponpes, kembali ke rencana awal untuk menikmati masa kuliah dengan sifat aslinya.
Afi yang baik hati, pengertian, dan punya senyum manis itu hilang. Kini lebih banyak hal dihabiskan dengan kesenangan duniawi, dia lebih banyak bermain ke sana kemari dan sangat aktif dalam organisasi. Memang ikut organisasi baik tapi dari sanalah sifatnya perlahan menjadi berubah lebih terbuka, gaul, dan seperti umumnya anak muda zaman now yang bebas.
"Bro... nanti main lagi ke pantai, ganti pantai mana nih?" Sapa Asep didepan kelas Fai dan Afi
"Gampanglah, nanti tinggal atur waktu. Kamana aja oke asal kita Happy," jawab Afi tertawa dengan Ferdinan
"Eh Fi, udah ada ganti belum cewek yang kemarin? Kan udah putus tuh, ganti baru dong. Apa malah udah dapat," tanya Asep sedikit pelan namun karena bangku Fai dekat pintu suaranya masih bisa terdengar
"Udah dong, kan aku punya stok banyak. Udah selesai yang kemarin, ganti sama yang cadangan dong hhh..." jawab Afi dengan tawa kerasnya diakhiri kalimatnya
"Wihh... rencana mau bantu nyariin eh malah udah punya stok," Tawa Asep sambil menepuk punggung Afi
Inilah salah satu perubahan drastis dari Afi, dia yang dahulu sopan, baik, dan manis berubah. Fai kebingungan Afi ini sedang menunjukkan dirinya yang asli, atau mungkin frustasi karena sesuatu. Tapi kelakuannya yang suka bermain cewek semakin hari terus menjadi.
"Kak bisa minta waktunya sebentar? Perkenlakan namaku Safitri mahasiswi semester 1" Tanya Safitri mewakili temnnya yang lain dibelkangnya, sekitar 5 orang adik tingkat yang kebetulan berpapasan dengan Fai dan menegurnya untuk bertanya
"Iya ada apa?" Jawab Fai bersamaan menghentikan langkah kakinya
"Kakak kenal Kak Afi tidak?" Tersenyum berbung-bunga
"Iya, Kakak sekelas. Memang ada apa dik?" Jawab Fai
"Wah kebetulan banget Kak. Aku mau minta nomor Kak Afi boleh?" Tersenyum lebar
"Bua apa? Kenapa tidak minta langsung?" Jawab Fai keheranan
"Sudah Kak. Tapi sepertinya tidak direspon, kami mau kenlan sama Kak Afi" Jawab Safitri polos
"Kenalan?" Semakin bingung wajah Fai
"Iya Kak. Suka banget sama Kak Afi. Keren, ganteng terus senyumnya manis banget, heheee…."
"Iya setuju…" Kompak balasan dari semua mahsiswa dibelkang Safitri
"Eh begitu. Kakak sarankan kalian jangan terlalu dekat dengan Kak Afi ya" Senyum Fai meyakinkan para adik tingkat yang masih polos dan lugu
"Tapi kenapa sih kak. Kak Afi kan baik, manis, juga tanggung jawab banget di organisasi. Kak Afi juga suka banget bantu kelancaran dankemajuan PMII. Bukannya dia itu contoh yang baik" Jawaban Safitri dengan kata yang Panjang lebar
"Stop…" Ucap Fai dengan keras dan sedikit berteriak
"Keee…napa kak? Kami ganggu ya Kak? Maaf kalau perkataan kami salah Kak" Jawab Safitri dengan wajah kaget dan takut dengan teriakan Fai
Fai baru sadar setelah Safitri meminta maaf, entah apa yang membuat Fai marah, seperti ada persaan kecewa mendalam, dan juga sedih dengan perubahan Afi.
"Eh, tidak dik. Maaf Kakak teriak tadi. Gini, Kak Afi sudha punya pacar jadi lebih baik jangan terlalu dekat, nanti malah menyakitkan kalua tahu saat sudah terlalu sayang" Jawab Fai jelas, dengan tangan di letakkan dibahu Safitri, dalam hati berat mengatakan ini. Tapi ini yang terbaik untuk para adik tingkat yang polos ini.
"Oh begitu ya Kak. Saying banget, tapi Terima Kasih Infonya Kak" Senyum getir Safitri karena tidak bisa mendapatkan apa yang diharapkan dari Fai
"Iya Safitri, sama-sama" Ucap Fai mengakhiri pembicraaan dan berbalik masuk ke kelas
Zia melihat perilaku Afi yang aneh di depan pintu kelas menghadang Fai
"Kamu kenapa?" Tanya Zia
"Tidak apa-apa Zia, Aku mau masuk" Menjawab dengan wajah masih kesal dan menyentuh tangan Zia yang menghalangi pintu
"Jawab dulu yang jujur. Kamu tidak pernah berteriak begitu Fai, kamu kenapa?" Memandang serius kearah Fai
"Sudahlah Zia, tidak ada apa-apa aku cuman lelah. Aku mau masuk" Melepaskan tangan Zia yang terus memblokir pintu
Kelakuan Fai ini juga akhirnya difikirkan dengan serius. Dia sendiri bingung kenapa merasa kehilangan Afi, seperti ada dua Afi di dunia ini. Afi yang dikenal Fai diawal perkuliahan sangat bertolak belakang dengan Afi ini.