Pertapa Sakti diam-diam juga memikirkan tentang fenomena-fenomena ajaib dan janggal yang dialami Pangeran Hogan. Baik yang terlihat oleh mata kepalanya sendiri maupun cerita langsung dari Pangeran Hogan. Ia merasa percaya bahwa Pangeran Hogan adalah kesatria muda yang jujur dan berpotensi tinggi. Hal itu yang menjadi alasan Pertapa Sakti mau mengajarkan ilmu saktinya kepada Pangeran Hogan.
"Di sini sudah tak aman, Pertapa Sakti! Kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya!" ajak Pangeran Hogan.
"Apa katamu?"
"Ikutlah bersamaku ke Negeri Sondan agar anda aman!" ajak Pangeran Hogan.
"Di sini aman! Aku tidak akan pergi dari sini!" seru Pertapa Sakti menolak.
Pertapa Sakti keras kepala. Egonya mengalahkan logika. Ia tak mengindahkan ajakan Pangeran Hogan walaupun fenomena ajaib dan janggal bermunculan di depan matanya bahkan dengan kemunculan kekuatan waktu keemasan di bukit ini tidak membuat ia tersadar untuk mencari tempat yang lebih aman dari Bukit Naga.
Pangeran Hogan merasa kehabisan akal untuk mengajaknya ke Negeri Sondan dengan halus. Ia merasa sudah saatnya berterus terang kepada Pertapa Sakti tentang misinya.
"Pertapa Sakti, izinkan aku menyampaikan sesuatu kepadamu!"
"Silahkan!"
"Aku menemuimu di bukit ini karena tugas dari Kerajaan Sondan. Aku diminta oleh Ayahanda Raja Soga untuk membawamu ke istana. Kerajaan Sondan sangat membutuhkan bantuanmu untuk menjawab teka-teki yang terjadi di Kerajaan Sondan selama ini tentang banyaknya kematian warga yang janggal. Tujuannya adalah demi menyelamatkan warga Sondan dan gadis itu!" ungkap Pangeran Hogan terang-terangan kali ini.
"Owai, jadi kamu punya misi, Pangeran Hogan!"
"Benar, aku tidak berbohong!"
"Apa yang sebenarya terjadi di Negeri Sondan?" tanya Pertapa Sakti menyelidik.
"Kematian beruntun warga akibat gadis aneh bernama Donela!" ungkap Pangeran Hogan.
"Apa?" Pertapa Sakti bertanya-tanya.
"Sudah banyak korban berjatuhan selama ini! Menurut tetua-tetua adat, hanya Anda yang bisa mengerti tentang kejanggalan yang terjadi," ungkap Pangeran Hogan.
Pertapa Sakti berpikir sejenak dalam diam.
"Bahkan, kejanggalan juga terjadi di sini. Aku melihat Donela yang mistis di stalagmit biru dan telaga pagi tadi," jelas Pangeran Hogan.
"Apa – apakah itu yang kamu maksud untuk berhati-hati dengan stalagmit biru tadi?" selidik Pertapa Sakti.
"Iya, benar. Pertapa Sakti!"
Pertapa Sakti semakin serius berpikir. Ia berusaha menerka apa yang sebenarnya terjadi.
"Tumbal untuk iblis," cetus Pertapa Sakti spontan.
"Benarkah, Pertapa Sakti?" tanya Pangeran Hogan terkejut.
Ia menuju tepi bukit menatap tajam Negeri Sondan dari kejauhan dan menghela napas panjang.
"Ada yang tak beres di tanah Adogema kita saat ini! Bahkan, tanda bahaya telah sampai di bukit ini," ungkap Pertapa Sakti menyimpulkan terkaan yang terpikir olehnya.
"Apa maksudmu, Pertapa Sakti?"
"Baiklah, Pangeran Hogan! Besok kita harus segera pergi dari Bukit Naga ini!"
"Anda setuju, Pertapa Sakti!"
Pangeran Hogan sumringah ketika ia kali ini tak sulit mengajak Pertapa Sakti ke Negerinya. Itu tandanya, misi negara terlaksana dengan sukses. Pertapa Sakti mengangguk tanda setuju.
"Terima kasih telah mengikuti perintah Kerajaan Sondan."
"Malam ini, kita harus bertapa untuk berjaga-jaga, Pangeran Hogan!" ajak Pertapa Sakti.
Malam pun tiba. Keduanya bertapa untuk tujuan menjaga diri dengan perisai energi tubuh untuk menolak energi jahat yang bisa saja mendekat.
Namun, terjadi hal aneh pada Pangeran Hogan dalam pertapannya. Ia bermimpi.
(Mimpi Pangeran Hogan)
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Pangeran Hogan.
Ia berdiri dari duduknya. Goa dipenuhi oleh asap biru yang mengaburkan pandangan.
"Pertapa Sakti!" panggilnya ketika mendapati Pertapa Sakti tak berada di dekatnya. Tak ada sahutan.
Samar-samar, terdengar suara gadis menangis dari dalam goa. Ia berinisiatif untuk mendekati sumber suara yang ditaksir berasal dari area telaga dan stalagmit biru. Ia berjalan dengan mengandalkan telinga karena matanya kabur.
"Goa ini menjadi sangat luas," ujarnya ketika ia berjalan ke arah dalam goa.
Pangeran Hogan telah mendekati sumber suara. Tangisan gadis terdengar semakin nyaring. Ia berusaha memicingkan mata. Asap biru memudar di sekitaran gadis. Ia bisa dengan jelas menemukannya tengah menangis. Gadis itu membelakangi Pangeran Hogan. Di hadapan gadis, asap biru menebal.
"Nona!" sapanya dengan lembut.
Gadis itu terdiam tak menggubris.
"Aku Pangeran Hogan dari Kerajaan Sondan! Ada apa denganmu? Bolehkah aku membantu?"
Gadis itu menangis lagi. Tangisnya semakin keras seolah tengah menumpahkan segala kepedihan yang bergejolak di hati.
"Kenapa nona menangis?" tanya Pangeran Hogan.
Gadis itu tak juga berhenti menangis dan tak juga menggubris Pangeran Hogan.
Pangeran Hogan mendekat dan mengulurkan tangan.
"Jangan mendekat! Atau kau akan aku bunuh!" Ancamnya tiba-tiba, sangat mengejutkan .
"Aku hanya ingin menolong ... tenanglah!"
Gadis itu berhenti menangis dan mengusap air matanya lalu menoleh ke arah Pangeran Hogan.
"Apa?" Pangeran Hogan kembali mendapatkan kejutan.
"Donela!" Seru Pangeran Hogan melihat wajah sang gadis yang ternyata Donela.
"Pangeran Hogan! Kenapa kamu ada di sini?"
"Aku yang seharusnya bertanya kepadamu, Donela!"
Gadis itu tak menggubris, hanya bisa menunduk. Air mata yang menetes adalah jawabannya. Ia menunjuk ke arah kepulan asap biru di hadapannya. Kepulan asap biru yang tebal memudar dan memperlihatkan keadaan telaga dan stalagmit biru.
DEGGG!
Pangeran Hogan sontak terkejut dan ngeri.
"Aku telah membunuh mereka semua!" jeritnya terisak-isak.
Mayat-mayat bergelimpangan tak terhitung jumlahnya. Mayat-mayat itu menumpuk dalam telaga dan stalagmit biru. Pangeran Hogan bergidik melihatnya.
"Aku sangat berdosa!" tangisnya pecah.
"Tidak! Aku percaya padamu. Kamu bukan pembunuhnya!" seru Pangeran Hogan membela.
"Kamu masih tak percaya dengan apa yang kamu lihat, Pangeran Hogan!" bentaknya sambil menunjuk mayat-mayat itu.
"Kamu bukan Donela yang aku kenal."
Tiba-tiba, dari arah belakang, seseorang berteriak-teriak memanggil nama Pangeran Hogan.
"Pangeran Hogan! Pangeran Hogan!" panggilnya.
Pangeran Hogan mengenali suara itu. Ia menoleh ke belakang.
"Pertapa Sakti!" sahut Pangeran Hogan membalas dari kejauhan.
"Bedebah! Kalian telah menemukan persembunyianku!" bentak gadis itu geram dengan suara seram seperti monster. Wajahnya berubah menghitam seram seperti makhluk buas, kuku dan taringnya memanjang. Ia berlari maju dengan sangat cepat lalu menyerang dengan ganas. Pangeran Hogan terkunci, tak siap karena kebingungan. Ia hanya bisa pasrah.
BRUKKK! JLEEBBB!
Kuku-kuku tajam mengenai bagian perut.
"AKKKKHHH!"
Pangeran Hogan jatuh terpental ditabrak gadis badas itu sementara Pertapa Sakti meronta-ronta kesakitan karena perutnya robek.
Gadis seram itu menyerang Pertapa Sakti bukan Pangeran Hogan. Ia dengan cepat menggigit leher Pertapa Sakti dengan taringnya hingga Pertapa Sakti jatuh bergelimang darah.
"Pertapa Sakti!" teriak Pangeran Hogan menyesal tak mampu mencegah.
Pangeran Hogan bangkit menolong Pertapa Sakti namun gadis seram mencakar dada Pangeran Hogan.
"AAAKHHH!" jerit Pangeran Hogan kesakitan.
Tiba-tiba, kerlipan cahaya keemasan muncul menyelimuti tubuh Pangeran Hogan. Sontak saja, gadis itu menjadi was-was. Ia mendesis panjang dan tak menyerang lagi lalu berlari menginjaki mayat-mayat menuju stalagmit biru.
Dari stalagmit biru, wajah seramnya terlihat kembali seperti semula. Tangisnya pecah meraung-raung kembali menyayat hati. Ia menatap wajah Pangeran Hogan penuh penyesalan lalu menampar dirinya sendiri.
Tiba-tiba, dari sekujur tubuh gadis itu muncul kerlipan cahaya biru yang membuatnya hilang diserap stalagmit biru. Stalagmit biru seketika berubah menjadi patung gadis dari batu berwarna biru dengan mata tertutup yang berkerlipan cahaya biru. Pangeran Hogan terperanjat melihatnya.
"Patung itu!" serunya.
Kerlipan cahaya biru dari patung menghilang bersamaan dengan menghilangnya kerlipan cahaya keemasan di tubuh Pangeran Hogan.
"Donela!" panggilnya lirih, "Kemana Donela?"
"Pertapa Sakti!"
Ia mengingat Pertapa Sakti yang sekarat di tangan serangan gadis.
Ia segera berlari menuju Pertapa Sakti. Direngkuhnya tubuh penuh luka Pertapa Sakti.
DEGGG!
"AAAKHHHH!" jerit Pangeran Hogan lantang menggema dalam goa.
Pangeran Hogan terbangun dari pertapaan. Ia merasa mimpinya tampak nyata.
DEGGG!
Ia sangat terkejut melihat Pertapa Sakti benar-benar sekarat seperti yang terjadi dalam mimpinya.
"Pertapa Sakti!" teriaknya lalu segera menolong. Ia segera mendekati tubuh penuh luka Pertapa Sakti.
"Apa yang terjadi?" tanya Pangeran Hogan sangat was-was karena ia tidak tahu apapun sama sekali kecuali alur mimpi yang sangat membekas dalam ingatannya.
"Ini bukan mimpi!" jeritnya penuh kecewa karena tak bisa menolong Pertapa Sakti dari bahaya yang ternyata datang malam ini.
Ia juga terkaget melihat gelap malam telah berganti cahaya fajar dari mulut goa.
"Pertapa Sakti, apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu?" serunya bertanya dalam kebingungan harus berbuat apa karena luka Pertapa Sakti sangat berat dan tak ada satu jenis tanaman obat pun untuk dijadikan ramuan di bukit ini.
"Tak perlu, Pangeran Hogan!" lirih Pertapa Sakti menahan sakit.
"Iblis benar-benar telah datang. Ia telah menguasai Bukit Naga ini!" ujar Pertapa Sakti terengah menahan sakit. Tubuhnya mulai melemah.
"Pertapa Sakti ... " panggilnya dalam kekalutan.
"Pangeran Hogan, Jaga – lah baik – baik ke –kuat – an – mu itu ... !" ujar Pertapa Sakti terputus-putus.
"Kutuk – an akan datang!" ungkapnya.
"Jaga – lah tanah negeri ini de – dengan ke – kuatan – mu! Ber – janji – lah pada – ku!" pinta Pertapa Sakti.
"Baiklah, Pertapa Sakti! Baiklah! Aku berjanji! Aku akan mempertaruhkan nyawaku demi keselamatan tanah negeriku dari jahatnya kegelapan! Aku berjanji!" seru Pangeran Hogan tegas dengan janjinya sebagai seorang kesatria.
"Ke – mari – lah!" perintah Pertapa Sakti. Ia menarik telinga Pangeran Hogan untuk mendekat.
Pertapa Sakti berbisik di telinga Pangeran Hogan.
"TINGGGGGG!"
Suara lengkingan berdenging, menggetarkan gendang telinga Pangeran Hogan. Seketika Pangeran Hogan merasa ada energi hebat yang menjalar dalam tubuhnya.
Seketika itu pula, Tubuh Pertapa Sakti lunglai. Pertapa Sakti menghembuskan napas terakhirnya.
"AAAAAAAAKKKKKKKHHHHHHHHH!!!" Jerit Pangeran Hogan refleks.
****
Bersambung ....