Ting!
( Message )
My Boy :
Ra, aku udah dibawah ya
My Queen :
Otw
Laki-laki yang memakai seragam sekolah masuk kedalam rumah besar yang tak asing baginya.
" Pagi Tante Shera " sapa laki-laki yang bernama Dev kepada Shera yang merupakan tante dari kekasih nya.
" Pagi... Dev, aduh tante belum ke kamar Ara, lagi "
" Gak apa-apa Tan. Saya udah chat Ara kok kalau udah sampai "
" Oh... Gitu yaudah duduk. Udah sarapan? "
" Udah tan "
Dev melihat sekeliling rumah mencari satu orang lagi yang cukup dekat dengan nya.
" Bang Topan mana tan? "
" Ah... Biasa dia mah kalau gak pulang pasti di apartemen "
Dev tertawa renyah lalu mengangguk. 5 menit menunggu Ara dibawah akhirnya sosok yang ditunggu akhirnya tampak juga.
" Morning, all... " Sapa Ara langsung menarik kursi di samping Dev.
" Pagi... Sayang " jawab Shera.
" Lo udah makan? " Tanya Ara kepada Dev yang mulai memandanginya.
" Udah "
" Makan lagi ya? Masa gue sama tante Shera makan lu gak makan "
" Masih full Ra... " Ucap Dev mengelus perutnya.
" Bener kata Ara. Makan puding aja mau? " Tanya Shera lagi dan Dev merasa jika ditolak lagi sikapnya malah tidak sopan.
Akhirnya Dev menerima puding coklat itu dan makan bersama Ara dan juga Shera. Sekitar pukul 06.40 mereka selesai sarapan dan berangkat ke sekolah dengan mobil milik Dev.
" Ra, karena pelantikan ketua OSIS satu minggu lagi jadi minggu ini aku mungkin sibuk sama anak-anak OSIS " Ucap Dev memulai pembicaraan.
" Yaudah " jawab nya singkat sambil menatap keluar jendela.
Di parkiran mereka bertemu dengan Iki dan Danish yang juga baru sampai.
" Wih! Bawa apaan lu!! " Teriak Ara ketika melihat Iki membawa tentengan di tangan nya.
" Moci biasa kemarin emak baru balik dari bogor "
" Oh iya yaa mau dong... "
" Tenang ada satu-satu buat kalian "
Mereka berempat masuk kedalam bersama-sama. Karena kelas Ara dan Dev berbeda jadi mereka berpisah di depan kelas Dev.
" Gue masuk kelas duluan ya " ucap Dev.
" Okee "
Ara, Danish dan Iki pergi meninggalkan Dev yang memperhatikan punggung perempuan nya yang semakin jauh.
Di dalam kelas Iki langsung menjejerkan oleh-oleh nya seperti orang berjualan.
" Isi nya apa aja nih? " Tanya Danish.
" Sama cuma beda warna tempatnya doang " jawab Iki. Dengan cepat Ara mengambil kotak berwarna biru.
Iki dan Danish yang tahu warna kesukaan Ara tidak heran melihat ia mengambil warna itu. Ia duduk di kursinya dan mulai memakan moci warna-warni yang berisikan kacang.
" Eemmmm enak banget!!! " Puji nya berlebihan.
Pagi itu di awali dengan kebaikan Iki yang membagikan moci kepada Ara, Danish, Gavin dan juga teman-teman kelasnya yang lain.
Ditengah pesta moci mereka ketua kelas datang membawa tumpukan buku berukuran sedang yang masih di dalam plastik bening.
" Guys... Guys... " Nico ketua kelas mereka berdiri di tengah-tengah kelas.
Mereka semua menoleh dan langsung melihat ke buku yang Nico bawa.
" Wih! Buku apaan tuh? "
" Nah, ini gue mau jelasin. Dengerin ya semua... Jadi gua baru dapet buku panduan untuk kita LDK nanti masing-masing dapat dan ketika hari H wajib dibawa "
Nico pun membagikan buku itu ke seluruh teman kelasnya. Ara memperhatikan cover buku tersebut lalu berkomentar.
" Dih! Pede banget pake foto mereka liat " tunjuk Ara kepada pengurus OSIS saat itu.
" Jhaaa... Vin, foto terus jadiin sticker grup" celetuk Iki. Karena otak mereka sama-sama jail Gavin pun melakukan ide Iki dan beberapa menit kemudian mengirim sticker itu ke grup chat geng mereka.
" HAHAHAHA "Â Danish tertawa puas dengan hasil sticker yang Gavin buat.
" Sekalian sebarin ke grup angkatan aja. Biar sadar kalo gambar covernya gak bagus sama sekali " ucap Ara pedas sambil terkekeh.
Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.30 pagi. Karena guru olahraga mereka adalah pembina OSIS jadi mereka di arahkan untuk olahraga mandiri dengan alat-alat yang sudah di sediakan.
Mungkin kebanyakan siswa atau siswi jika tidak ada guru di satu pelajaran akan memanfaat kan waktu itu untuk bersantai atau sebagainya.
Tapi murid di sekolah Pramah kebalikannya. Ada faktor yang membuat mereka berbeda pertama karena memang anak-anak nya aktif dan kedua, karena fasilitas sekolah.
Tidak hanya net voli, bola basket, bola sepak, atau bahkan tenis meja. Di sekolah pramah jauh lebih lengkap diantaranya.
Ada beberapa alat GYM di ruang penyimpanan olahraga, lalu baseball, dan golf yang ada di halaman belakang. Jadi jika waktu nya tidak di gunakan dengan baik fasilitas-fasilitas itu akan sia-sia.
Sekarang Ara dan ketiga teman laki-laki nya sedang bermain raket. Ara satu tim dengan Gavin, Iki satu tim dengan Danish.
Tak!
Tak!
Sudah 10 menit berlalu mereka menguasai setengah lapangan. Pertandingan yang dilakukan oleh dua tim cukup menarik perhatian beberapa murid yang akhirnya menjadi penonton setia.
" Ra!! Kiri Ra!!! " Teriak para penonton yang heboh.
Keringat mulai bercucuran dari kening mereka. Suara decitan dari sepatu mereka juga terdengar.
Dev yang baru keluar kelas ingin menuju ruang OSIS melihat ke lapangan dan matanya langsung fokus kepada gadis yang rambutnya dikuncir kuda sedang melawan lawan nya tanpa henti.
Dari sorot mata Ara, Dev tahu bahwa ia sangat serius dalam permainan itu. Senyuman manis terukir di wajahnya sebelum ia kembali berjalan menuju ruang OSIS.
Pelajaran olahraga selesai bersamaan dengan waktu istirahat makan siang.
" Hosh... "
" Hosh... "
Iki dan Danish terlihat lebih lelah dari pada Ara dan Gavin.
" Ah... Gila olahraga cuma berapa jam tapi bisa bakar berapa kalori kalo begini mah " celetuk Danish yang tergeletak di lantai koridor.
" Ni perempuan emang gila " celetuk Gavin membuat Ara melotot.
" Apaan lu gila-gila " Ara menyentil telinga Gavin.
" Iya lah gila, gua yang jadi partner main lu aja kualahan nyeimbangin permainan lu gimana mereka " kalimat Gavin terdengar sedikit ambigu di telinga Iki dan Danish.
" Ekhem! Bro... Jangan makan temen Dev kan juga temen kita " ucap Iki menepuk bahu Gavin. Ara dan Gavin pun bingung.
" Apaan si? "
" Itu lo bilang tadi Ara main nya terlalu kuat lu gak bisa nyeimbangin... "
Belum selesai bicara Danish sudah kena double attack dari Gavin dan Ara menggunakan botol minum.
" Aduh! KDP nih " celetuk Danish.
" Apa tuh? " Tanya Iki.
" Kekerasan Dalam Pertemanan. Jhaaaa "
" Gua tabok mulut lu ya nyet " ancam Ara. Danish pun langsung menempelkan kedua telapak tangan nya dan memasang wajah sedih.
" Jangan... Jangan sakiti saya... Saya masih suci Nyai "
" Garing! "
Ara pergi lebih dulu ke kantin meninggalkan Gavin, Danish dan Iki disana. Baru sampai di kantin Ara melihat antrian panjang untuk mengambil makan siang yang membuatnya malas.
" Aduh... Mending ganti baju dulu deh " gumam nya putar balik menuju ruang ganti. Di perjalanan ia bertemu dengan Efa, Belden dan Rhaka.
" Eh? Mau kemana Ra? " Tanya Efa.
" Ganti baju dulu gue. Kalian duluan aja "
" Lah, Gavin, Danish sama Iki mana? " Tanya Belden.
" Dimakan buaya " jawab Ara asal lalu pergi meninggalkan mereka.
" Wah... Berarti judul nya buaya di makan buaya dong HAHAHAHA " celetuk Rhaka.
Di ruang ganti perempuan hanya ada dia karena yang lain pasti menuju kantin lebih dulu. Ia mengelap keringat di tubuhnya dengan handuk kecil, lalu membersihkan kembali dengan tissu basah agar tidak bau.
Setelah itu cuci muka, pakai parfume dan sedikit lipgloss. Ia mengembalikan penampilan yang rapih, wangi seperti ini bukan karena ingin memikat laki-laki atau mendapat perhatian.
Tapi ia melakukan ini untuk diri nya sendiri, kenyamanan diri nya. Setelah menaruh pakaian di loker barulah Ara jalan menuju kantin.
Beberapa meter ia berjalan di koridor Ara melihat Dev sedang bersama para calon anggota OSIS lainnya termasuk Aldan. Mereka terlihat berjalan menuju tangga ke lantai tiga.
" Kok mereka gak istirahat sih? " Gumam Ara lalu bergegas menuju kantin.
Ia mengantri untuk mengambil makanan dan duduk bersama teman-temannya yang lain.
" Si Dev sama Aldan mana? " Tanya Gavin.
" Gak tau tuh padahal Aldan udah keluar kelas dari tadi loh " jawab Efa. Ara yang tahu kebenaran nya hanya diam dan menikmati makan siang nya.
" Btw, hari ini gue mau beli perlengkapan kelompok. Ada yang mau ikut gak? " Ajak Rhaka.
" Oh iya! Ra! Kan kita ketua sama wakil " ucap Gavin membuat Ara teringat lagi akan hal itu.
" Kita yang harus buat name tag anggota ya? "
" Iya "
" Duh! Manja banget sih ah! Suruh beli sendiri-sendiri aja deh" Celetuk Ara.
" Kan uang nya udah di tf ke bank gua. Pikun lu ya "
Sekali lagi Ara menepuk jidatnya karena lupa.
" Apaan aja sih yang harus di beli ? "
" Nih... Dengerin ya.... Non Ara... " Ucap Rhaka bercanda.
" Pertama kita harus buat name tag anggota bebas mau gimana bentuknya. Kedua, harus ada P3K minimal ada obat merah, plester, obat mag, sama obat-obat yang emang orang itu punya penyakitnya "
" Bentar... Kelompok kita sehat walafiat kan? Gak ada yang bengek? "
" Bengek anj bahasanya... " Iki dan Danish tertawa dengan kalimat Ara.
" Gak ada aman. Lanjut bos... "
" Ketiga, bawa senter minimal 2 maksimal 4. Terus... Iilin minimal 3, sama yang terakhir minuman minimal 3 liter perkelompok. Dah! "
" Oke... Balik langsung cari "
Pukul 1 siang pembelajaran dimulai kembali. Suasana kelas hening hanya ada suara spidol yang bergesekan dengan papan tulis yang dilakukan oleh bu guru.