Chereads / Devara / Chapter 6 - Kecemasan Ara

Chapter 6 - Kecemasan Ara

Setelah permasalahan tadi di selesaikan oleh dewan guru dan anggota OSIS perselisihan pun berakhir di malam itu.

Tidak ada hukuman untuk Ara ataupun kelompok nya karena tindakan Ara tidak sepenuhnya salah.

" Ra " Dev memanggil Ara yang hendak masuk kedalam tenda.

" Saya mau bicara "

" Gak ada waktu. Gua mau tidur " jawab Ara ketus lalu masuk kedalam tenda. Dev menghela nafas berat lalu pergi dari tenda Ara.

Ke esokan hari nya semua bersiap-siap untuk pulang. Gavin, Fadil, Lily dan Vivi tidak kembali ke perkemahan karena kepala sekolah mengizinkan mereka untuk pulang ke rumah langsung.

" Barang kalian udah dibawa semua kan? " Tanya Ara kepada anggota yang tersisa.

" Udah kak "

" Nanti pas masuk bus duduk nya seperti awal berangkat ya "

" Baik kak "

Ara berjalan ke ketua OSIS untuk memberikan lembaran absen kelompoknya. Saat Ara berhadapan dengan ketua OSIS, laki-laki itu bicara.

" Gue minta maaf " seketika Ara langsung menaikan pandangan nya lalu menunjuk diri nya sendiri.

" Gue? "

" Ya, atas kejadian semalam " Ara tersenyum miring.

" Minta maaf sama Lily dan Vivi bukan sama gua " jawab Ara penuh penekanan dan tatapan nya begitu tajam.

Akhirnya mereka semua pulang dari camp. Ara yang awalnya duduk berdua dengan Gavin kini hanya sendiri. Ia menyalakan ponsel nya untuk menghubungi Gavin.

" Vin, gimana Lily, Vivi sama Fadil? "

" Aman Ra. Karena Vivi gak terlalu parah jadi mereka pulang duluan sama Fadil di antar Pak Pram "

" Oh... Terus lo sama Lily? "

" Lily sempet nginep semalam di rumah sakit karena takut tambah parah di perjalanan. Tapi tadi pagi udah gua antar ke keluarganya kok sama Pak Pram juga. Gua udah dirumah, kalian gimana? "

" Ya. Kita baru aja jalan balik. Vin... "

" Ya? "

" Kejadian semalam... Sorry banget karena gua kelompok kita hampir kena masalah "

" Ra. Apa yang lo lakuin gak sepenuh nya salah, gua ngerti kok. Dan kejadian semalam bisa jadi pelajaran juga buat mereka bahwa mereka gak lebih dari manusia dan harus bisa menghargai manusia lainnya. Kondisi lo baik-baik aja kan? "

" Iya, semua nya baik. Em... Yaudah gitu aja Vin gua tutup telfon nya ya "

" Iya. Hati-hati "

Sambungan telfon mati dan Ara kembali terdiam sambil melihat keluar jendela. Selama perjalanan pulang ia sama sekali tidak bicara. Seperti ada yang mengganjal di hati dan fikirannya.

Pukul 3 sore mereka sampai disekolah. Seperti biasa mobil-mobil mewah sudah menunggu Tuan dan Nona nya.

Ketika ia sedang menuruni barang-barang nya tiba-tiba ada tangan orang lain yang bantu membawakan tas nya.

" Aku antar pulang " ucap Dev langsung menggiring Ara menuju mobilnya.

Ternyata di parkiran anak-anak yang lain sudah menunggu mereka. Efa yang tak sempat bertemu Ara kemarin malam langsung memeluknya erat.

" You okay? " Tanya Efa.

" I'm great " jawab Ara sambil tersenyum.

" Yaudah. Guys... Kita langsung balik kerumah masing-masing aja kali ya " celetuk Belden.

" Iya langsung balik aja " jawab Ara mewakili.

Akhirnya mereka pun berpisah di parkiran sekolah. Di dalam mobil Ara terus diam. Dev merasa ada yang Ara fikirkan dan sepertinya masih berhubungan dengan kejadian semalam.

" Ra... Ada yang mau kamu bicarakan sama aku? " Tanya Dev dengan begitu lembut. Ara menghela nafas berat.

" Oke... Gue jujur. Gua gak suka dan gua takut karena lo mencalonkan diri sebagai ketua OSIS "

" Gak suka dan takutnya kenapa? "

" Lo tau gua gak suka di kekang gua berbuat apapun semau gua. Dan sometime gua buat masalah dan lo jadi ketua OSIS nya itu artinya kita menentang satu sama lain.

Dan gua takut lo berubah. Berubah bukan hanya ke gua tapi juga ke yang lain. Lo ngerti ke khawatiran gue gak sih Dev? "

Dev merasa bahwa obrolan ini harus dibicarakan dengan kepala dingin. Ia pun memutuskan untuk menepi lebih dulu dan ngobrol dengan Ara.

" Gua takut nanti jalan pikiran kita yang udah beda malah ngerusak hubungan ini "

" No... Aku tau kapan aku menjadi Alvaro Deven sebagai ketua OSIS dan aku tau kapan aku menjadi Deven Mahardika as your fiancé "

" Oke... Tapi jangan salahin gua kalau suatu saat gua nantang lo dan gua gak terima kekalahan " ucapan Ara seperti peringatan untuk Dev.

Tapi apa yang Ara katakan benar semua. Sebelum Dev resmi menjadi Ketua OSIS salah atau benar nya Ara di sekolah tidak ia permasalahkan.

Tapi jika sudah serah jabatan nanti apapun tindakan Ara yang bersifat salah ia pasti harus mengambil tindakan entah itu besar atau kecil. Dan mungkin ia harus mengorbankan rasa sayang nya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS.

" Kalau udah sampe rumah kabarin " ucap Ara dingin lalu keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah tanpa menoleh.

Brak!

Ara menutup pintu dengan kasar dan membuang tasnya dengan kasar pula ke sembarang arah. Shera yang berada di kamar bawah pun dapat mendengar nyaring nya suara pintu Ara.

Bahkan ART dirumah yang berada di dapur pun terkejut bukan main.

" Bu, non Ara kenapa bu "

" Saya cek "

Shera naik ke lantai dua dan mengetuk pintu Ara hati-hati.

" Ra... Sayang... Are you okay? Udah makan siang belum? "

" I'm okay!! Just need a break" jawab Ara dari dalam.

Shera pun mengerti dan meninggalkan kamar Ara. Di dalam Ara sudah bersih-bersih setelah istirahat 30 menit. Lalu membuka ponselnya ada dua pesan yang belum ia baca. Pertama ia membuka pesan dari Dev.

( Message )

My Boy :

Aku udah sampe rumah udah mandi juga.

Jangan marah lagi ya besok libur sekolah mau pergi kemana?

Me :

Info dari mana libur?

My Boy :

Humas, OSIS

Me :

Gk mau kemana-mana capek

My Boy :

Masih marah ya

Yaudah besok aku yang kerumah kita ngobrol

Marah nya sampe hari ini aja ya cantik...

Aku nya gak tenang

Me :

Gk usah gombal gk akan mempan

My Boy :

Terus aku harus ngapain dong...

Jujur aku bingung

Aku kerumah sekarang deh

Ya yaaa

Me :

Gak!

Awas lu kesini gua tabok!

My Boy :

( emoticon nangis )

Setelah itu membuka pesan dari orang lain yang isi nya seperti ini.

( Message )

Arya :

Kak. Hari ini latihan gak?

Me :

Latihan Ar. Nanti gua kesana sebentar lagi siapin aja semuanya

Arya :

Siap kak

Ara mengganti pakaian nya untuk keluar berlatih hari ini. Setiap hari minggu atau hari biasa Ara sering pergi latihan di suatu tempat. Ia selalu melakukan ini secara diam-diam.

Celana jeans biru muda, tanktop hitam dibalut jaket crop tom hitam, sepatu hitam  dan tas berwarna hitam. Kenapa dominan warna hitam? Karena Ara menyukai warna hitam.

Ia memiliki pakaian warna hitam sebanyak dua lemari khusus. Baginya warna hitam adalah warna paling elegant dan menenangkan.

Ia menguncir rambut nya ke atas lalu memakai topi. Menelfon penjaga rumah untuk memanggilkan taxi. Ara melihat Shera yang menonton tv diruang tamu.

" Tante... " Ara memeluk Shera dari belakang.

" Eh? Udah wangi mau kemana? "

" Biasa jalan-jalan. Kulineran atau ke taman "

" Dev nya mana? " Ara menggeleng.

" Aku sendiri. Kasian dia masih capek "

" Maaf non. Taxi nya sudah ada " ucap mang Abay supir mereka.

" Oh. Tunggu sebentar gitu "

" Siap non "

" Ara jalan dulu ya tan. Tante mau di bawain apa nanti? "

" Gak usah... Tapi... Kalau ada yang jual martabak boleh kok hehehe "

" Siap! Tante cantik! Aku jalan dulu ya dadadah... "

" Hati-hati "

" Makasih mang Abay "

" Sama-sama non "

Ara masuk kedalam taxi lalu mengucapkan tujuan nya.

" Guiza Sirkuit ya pak "

" Siap mbak "

Dalam perjalanan ke sirkuit Ara mengirim pesan kepada Arya bahwa ia sedang dalam perjalanan. 10 menit kemudian ia merasakan perutnya perih dan mual.

Sejak tadi pulang ia sama sekali tidak makan apapun. Jangankan untuk makan tidur pun belum sempat. Ketika berhenti di lampu merah Ara melihat sekitar biasa nya ada pedagang kaki lima.

" Nah itu dia " ketika Ara hendak membuka kaca mobil, ia melihat pengemudi di depan taxi yang ia naiki. Ketika ia memicingkan matanya wajah yang keluar dari jendela mobil adalah sosok yang ia kenal.

" Efa? " Gumam nya. Lalu melihat mobil yang digunakan Efa. Mobil yang tak pernah ia lihat sebelumnya ia yakin itu bukan mobil Efa karena Efa hanya memiliki satu mobil saja.

Sebelum lampu hijau Ara memotret mobil itu dengan cepat sekaligus dengan plat mobilnya.

" Itu mobil siapa? Beli mobil baru dia? Gak pernah cerita "

Ara berspekulasi itu mobil Efa karena ia duduk di sebelah kanan kursi pengemudi. Jika bukan miliknya lalu milik siapa?