Chereads / Devara / Chapter 7 - Bimbang

Chapter 7 - Bimbang

Selama 40 menit perjalanan akhirnya Ara sampai di sirkuit. Untuk jam operasional sudah tutup jadi suasana nya sepi ketika ia datang. Ara menelfon Arya ketika sudah ada di dalam.

" Ar, gua udah di dalem "

" Oke kak. Saya kesana "

Tidak lama menunggu Arya datang dengan membawa kunci loker.

" Kak, ini kunci loker dan makanan nya udah di dalam kantor "

Karena tak sempat membeli makanan Ara juga meminta tolong Arya untuk membelikan nya makanan apapun termasuk martabak pesanan Shera. Ia takut ketika selesai latihan terlalu malam dan tidak menemukan martabak.

" Makan nya nanti aja gua langsung latihan. Mobil nya udah di panasin? "

" Udah kak baru 5 menit yang lalu "

" Yaudah. Ayo "

Arya bingung karena seharusnya Ara mengganti pakaian nya lebih dulu.

" Kak. Baju safety nya ? "

" Eh iya. Gak perlu gua gini aja "

Ara memeberikan kembali kunci lokernya dan berjalan menuju mobil kesayangan nya yang selalu ia pakai ketika latihan. Ara masuk kedalam benar-benar menggunakan pakaian biasa bahkan tidak memakai helm sebagai salah satu armor safety nya.

" Kak, bener gak mau pake baju safety? Saya ambilin kalo gitu "

" Gak usah. Lo jalanin tugas kaya biasa oke! Jangan sampe gak di start waktunya "

" I... Iya "

Arya pun berdiri di posisinya. Dan Ara juga mempersiapkan dirinya.

Brum!

Brum!

Deruman indah dari mobil cantik Ara memecah keheningan sirkuit itu. Mata elang Ara fokus kepada bendera kotak-kotak hitam putih yang di pegang Arya.

Ketika Arya meniupkan pluit nya Ara melakukan putaran pertama untuk pemanasan. Ketika hendak mendekati garis start ia menaiki kecepatannya.

1

2

3

Waktu permainan Ara dimulai ketika ia selesai memutari sirkuit sebanyak satu kali. Di setiap tikungan mata, kaki, tangan semuanya bekerja agar mendapat belokan sempurna dan right on time.

Suara dari kencang nya mobil Ara menarik perhatian beberapa pegawai yang belum pulang saat itu. Mereka jadi penonton untuk latihan Ara kali ini.

Pritt!!

Bendera kembali berkibar tanda permainan sudah selesai. Ara memundurkan mobil nya sampai di posisi awal lalu bertanya berapa waktu yang ia dapat untuk satu putaran.

" 45 detik kak "

" Di catet. Gua mau main 3 lap nanti totalin jadi berapa "

" Siap kak! "

Ketika melihat pembalap mereka malam itu akan kembali bermain penonton yang hanya beberapa itu memfokuskan mata mereka.

1

2

3

BRUM!!!

Mobil cantik itu berlalu sangat cepat sehingga menghasilkan angin yang cukup besar untuk Arya yang di lewati.

Saat ini Ara benar-benar fokus. Pikirannya hanya pada jalur sirkuit dan waktu tempuh. Salah satu cara agar fokus adalah sebelum sampai di sirkuit Ara sudah mematikan ponsel nya agar tidak ada notifikasi apapun yang akan mengganggu pikiran nya.

Dengan begitu ia bisa berlatih tanpa gangguan. Seperti yang sudah di katakan sebelumnya bahwa Ara melakukan latihan ini secara diam-diam. Tidak ada yang tahu sekalipun itu Dev tunangan nya.

Alasan Ara tidak memberitahu keluarga atau bahkan sahabat-sahabat nya adalah karena ia tidak diperbolehkan untuk menyetir mobil oleh orang tua serta nenek kakek nya.

Mereka adalah alasan kenapa Ara tidak mau memberitahu kegiatan rahasia nya ini kepada orang lain. Karena satu persatu sahabat Ara termasuk Dev di peringatkan untuk melarang keras Ara menyetir.

Jika ketahuan dia akan di laporkan dan mungkin saja ada hukuman yang tak ia inginkan. Sahabatnya mendukung apa yang orang tua Ara dan nenek kakek nya katakan karena mereka juga sepemikiran. Untuk keselamatan Ara.

Mereka menganggap bahwa Ara mengalami trauma akibat kejadian beberapa tahun lalu dan tidak mau kejadian masa lalu terulang lagi kepada Ara.

Namun, bukan Ara jika tidak keras kepala. Dalam beberapa hal Ara memang tidak suka kekalahan. Dan dalam hal ini ia juga memiliki alasan sendiri kenapa terus berlatih di sirkuit dan tetap mempertahankan skill nya. Ia sangat ingin mimpi nya dan kakak nya kali ini terwujud.

Selama 1 jam berlatih Ara menyelesaikan latihannya lalu istirahat sebentar dengan memakan makanan nya di tribun penonton.

" Kak, ini total waktu untuk hari ini " ucap Arya. Ara melihat waktu yang ia dapat selama latihan.

" Ya... Lo bisa lapor ke bang Louis juga "

" Siap kak. Ada lagi yang bisa di bantu? "

" Gak udah... Thanks ya Ar "

" Sama-sama saya permisi ya kak "

" Ya "

Ketika Ara sudah menghidupkan ponsel nya kembali banyak notifikasi dari Dev,Shera, grup kelas dan grup geng nya. Dan pertama yang ia baca pesan nya adalah dari Shera. Betapa tekejutnya ia ketika membaca isinya.

( Massage )

Tante Shera :

Ra

Ada kiriman dari Dev

Kamu dimana?

Me :

Coba tan fotoin kirim ke aku

Aku lagi jln plng

Tante Shera :

( send picture )

Hati-hati ya cantik

Me :

Iya tan

Ara langsung keluar dari sirkuit dan mencari kendaraan apapun yang ia temukan saat itu. Dan kendaraan yang ia temui adalah busway. Ara langsung naik sambil membalas pesan dari Dev.

( Massage beberapa jam lalu )

My boy :

Ra paket yang aku kirim udah sampai?

Yah... ceklis satu

Kalau udah on kabarin ya

Ra?

Kamu lagi apa sih

Masih marah ya sampe gak mau terima WA aku

Araa

Ya Tuhan...

Sayang...

Babe...

Honey...

Kamu di hutan atau di goa si sampe gak ada sinyal gini?

Me :

Paket nya udah sampe

Hp gue matiin tadi di cas. Maka nya ceklis satu

( send a picture )

Beautiful gift thankss

Lalu Ara menelfon mang Abay untuk menjemputnya di depan komplek. Selama di perjalanan Ara terus berdoa agar Dev tidak menelfon atau melakukan panggilan video.

" Tan.... Hosh... Hosh... Kiriman dari Dev mana? " Ara muncul bagaikan hantu.

" Ara... Bikin kaget aja. Itu di meja makan "

" Siapa yang anter tan? "

" Kurir. Ra "

" Ya? "

" Martabak nya gak ada ya? "

" Shit! Gua lupa ketinggalan di sirkuit " batin Ara.

" Hehehe. Iya tan tadi sepanjang jalan udah abis semua, maaf ya "

Shera tersenyum lembut.

" Gak apa-apa. Yaudah istirahat sana "

Ara pun masuk kedalam kamar dan membuka hadiah dari Dev. Saat itu juga ia bisa bernafas lega. Tubuhnya terasa lemas, untung ia tidak ketahuan.

Mata nya menatap bunga dan coklat itu dengan sendu. Dev adalah laki-laki yang tulus dan bertanggung jawab. Tidak pernah memaksa apa yang Ara tidak suka. Salah satu nya ketika sedang marah Ara tidak ingin menerima telfon atau mendapat panggilan langsung dari orang yang bersangkutan.

Jika ingin meluruskan masalah lebih baik bertemu. Namun, segala cara sudah Dev coba lakukan tapi sepertinya Ara masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

Sampai akhirnya ia mengirim hadiah itu sebagai tanda permintaan maaf nya. Persoalan malam itu berakhir hangat. Hati Ara kembali tenang dan luluh.

Sudah beberapa minggu sejak LDK di lakukan kini saat nya serah jabatan kepada pengurus OSIS berikutnya. Setelah upacara selesai serah jabatan dilakukan di hadapan murid-murid.

Di tempatnya berdiri entah tatapan apa yang Ara berikan ketika Dev menerima bendera OSIS sebagai tanda bahwa saat ini ia sudah resmi menjabat sebagai ketua OSIS sekolah pramah.

" Ra! Diem aja " Rhaka menepuk bahu Ara dari samping.

" Anj... Untung gua gak teriak "

" Cie... Yang jadi Nyonya ketua OSIS "

" Dih... Sakit lo "

" Senyum dong... Kan ayang nya udah punya jabatan sekarang " ledek Rhaka lagi hampir kena pukulan Ara.

Setelah serah jabatan dan upacara selesai semua murid masuk kedalam kelas masing-masing.

" Baik, anak-anak hari ini kita ada kelas gabungan dengan kelas sebelah diruang musik. Jadi, semuanya ke ruang musik sekarang ya "

" Baik pak "

" Aduh... Kenapa digabung si " celetuk Iki. Kelas yang jadwal pelajaran musik nya hari ini adalah kelas A. Kelas nya anak-anak Albert Einsten.

Empat sejoli ini dengan berat melangkahkan kaki mereka keruang musik. Dan memang murid disiplin seluruh murid kelas A sudah ada diruang musik dan menempati kursi paling depan.

" Cih! Mentang-mentang anak emas duduk di depan " celetuk Ara sambil melewati mereka.

Ara, Iki, Danish dan Gavin duduk dalam satu baris kesamping. Di depan mereka sudah ada note lagu sesuai dengan alat musik yang ada.

Dan mereka berempat dapat alat musik biola. Perlu diketahui alat musik yang disediakan oleh sekolah pramah adalah gitar akustik, gitar elektrik, piano, suling, biola, dan drum.

" Baik. Kalian masing-masing udah dapat not disetiap alat musiknya. Untuk lagu ini di dominasi oleh piano dan biola jadi untuk pemain piano dan biola mohon untuk fokus dan berhati-hati "

Lagu yang mereka instrumental kan berjudul My heart will go on. Guru musik mulai menggerakkan tongkatnya secara perlahan.

Di awal melody terdengar sangat menenangkan dan lembut namun ketika masuk di pertengahan Ara, Iki, serta Danish kesulitan karena nada mereka terlalu padat.

" Stop. Stop... Ara, Iki, Danish fokus ya. Jari sama mata bekerja sama oke "

" Fokus... Fokus congor lu enak banget pak. Jari gua yang hampir berdarah "

Ara mengomel dalam hati nya. Latihan kembali dimulai dan Ara serta Iki kembali melakukan kesalahan.

" Woi! Main yang bener dong! " Celetuk anak dari kelas A. Entah setan dari mana Ara langsung berdiri dan berteriak membuat seisi ruangan terkejut.

" BIASA AJA DONG. Nyari ribut lo! "

Iki menyuruh Ara untuk duduk kembali.

" Sudah... Sudah, jangan ribut. Saya kasih waktu selama 30 menit untuk latihan sendiri-sendiri ya nanti saya akan mengambil nilai dari penampilan kalian kalau ada yang salah tidak apa lanjutkan berarti satu orang itu yang nilai nya kurang. Paham? "

" Paham pak "

" Aish... Sebel banget gua! Kenapa dapet inian sih mana susah lagi " omel Ara terlihat jelas diwajahnya kalau ia kesal.

Dev datang menghampiri untuk menenangkan Ara.

" Apa yang susah? " Tanya nya lembut mengambil biola yang ada di genggaman Ara.

" Di bagian ini kan mepet tuh not nya lo liat sendiri deh " jawab Iki mewakili Ara.

" Hmm... Gue juga pernah sulit di lagu ini. Coba perhatiin jari gua "

Dev pun mulai memainkan alat musik itu. Ia terlihat fokus namun tenang. Wajahnya, tatapan nya serta melody ketika Dev memainkan biola itu membuat Ara terpukau.

Ia terpanah dengan laki-laki sempurna yang saat ini menjadi tunangan nya. Entah mengapa fikiran nya seperti flashback tentang perjalanan hubungan mereka.

Ia sadar bahwa Dev selalu mengalah dan menunjukkan rasa cinta nya yang hangat. Pribadi dia dan Dev sedikit berbeda dan membuat ia merasa dirinya lah yang banyak memberikan luka kepada Dev.

" Kenapa gua sering kasih lo luka Dev. Sikap gue yang terlalu kasar seharusnya gak dirasain sama laki-laki baik seperti lo. Gua takut dengan apa yang gua lakukan sekarang lebih menyakitkan untuk lo. Apa seharusnya hubungan ini gak pernah ada? " batin Ara.