Malam ini Ara memilih pakaian yang lebih cerah. Celana panjang putih, blazer crop top dengan motif garis kotak-kotak berwarna putih dan abu-abu. Sepatu sendal berwarna putih dan tas berwarna putih.
Jika di bandingkan dengan penampilannya ketika pergi ke pesta pernikahan sangat kontras sekali. Ia keluar dari kamar dan menunggu para sahabat nya untuk datang.
" Bi "
" Iya non "
" Nanti kalau jam 9 saya belum pulang kunci dari dalam aja ya. Saya bawa kunci card nya kok "
" Baik, non "
Saat ia sedang berada di dapur menyiapkan kue yang akan dibawa kerumah Dev tiba-tiba suara seseorang mengagetkan nya.
" Ara!! Hello!!! I'm coming!! "
" Anjir... Iki " Ara keluar dari dapur dan langsung berkacak pinggang. Iki yang melihat Ara pun langsung merasakan hawa negatif nya.
" Bentar.... Bentar... Kok gue... Cium bau-bau gak enak ya... Lo lagi marah? " Ara menarik nafas dalam-dalam menahan emosinya.
" Gimana gua gak kesel. Kue yang gua bikin hampir jatoh karena lo " ucap Ara sambil menggeretakan gigi nya.
" Aduh.. salah lagi gue " gumam Iki.
" Hehehe, maap-maap. I.. ya udah ayo udah pada nunggu di mobil "
" Bentar 3 menit "
" Si... Siap. Mau gue tungguin ata... "
" Duluan aja "
" Dengan senang hati "
Iki langsung berlari sebelum monster dalam diri Ara kembali keluar. Tidak lama Iki kembali ke mobil Ara datang dan satu mobil dengan Aldan.
Ketiga mobil yang ada bersama-sama jalan menuju rumah Dev.
" Selamat malam mas Aldan, mbak Ara " sapa penjaga rumah Dev yang sudah akrab dengan mereka.
" Malam pak "
" Silahkan... "
Dapat dilihat pekarangan rumah Dev di penuhi oleh kendaraan asing.
" Kok gue jadi deg-degan gini ya? "
Batin Ara sejak tadi selalu berkecamuk. Ia memikirkan jika sikap Bunda nya Dev dan adik nya Dev Rara terlalu dekat dengan Ara atau bahkan kelepasan mengatakan kalau Ara dan Dev sebenarnya memiliki hubungan bagaimana?
" Selamat malam tante... " Sapa Gavin ketika mereka masuk. Sudah beberapa minggu tidak melihat calon mertua nya, penampilan Luna tetap elegant dan cantik.
" Hei... Kalian sudah datang yaampun " Luna langsung memeluk Ara lebih dulu.
" Long time no see, tan " ucap Ara.
" Eh... Bukan tante tapi... "
" Bunda... " Ke enam teman laki-laki nya melanjutkan kalimat Luna secara serentak.
" Yaudah ayo gabung sama yang lain di halaman belakang "
" Em... Bun " panggil Ara.
" Ya? "
" Kue untuk Dev "
" Oh... My god... Sweety thank you so much. Bunda simpen di kulkas ya " Ara mengangguk.
Ara berjalan perlahan menuju halaman belakang. Ini kali pertama kaki nya kembali masuk kedalam rumah itu yang memiliki moment masa kecil beberapa tahun lalu.
Ara melihat ada meja panjang di halaman belakang, alat untuk BBQ, lampu-lampu yang menerangi halaman belakang, musik yang berasal dari speaker serta suasana malam ini terasa sangat pas.
Dev yang merasakan kehadiran Ara pun melihat ia sedang berdiam diri di ambang pintu menuju halaman belakang. Dev mendekat dan membuyarkan lamunan Ara.
" Hei. Kok bengong? "
Ara baru sadar kehadiran Dev dan melihat penampilan tunangan nya malam itu terlalu tampan.
" Gue... Gue cuma keinget aja dulu. Pernah ada kegiatan seperti ini juga dirumah ini tapi dengan orang yang berbeda " Dev mengerti maksud Ara. Tiba-tiba Rara adik nya Dev berlari menghampiri Ara dan memeluk kaki nya karena tak sampai.
" Kak Ala!!! "
" Hei anak cantik " Ara langsung menyamakan tinggi nya seperti Rara.
" Aku kangen sama kak Ala "
" Uuuu.... Gemesh aku juga kangen sama kamu " ucap Ara mencubit pipi gembul Rara.
Interaksi mereka bertiga mendapat perhatian para tamu yang di lupakan sejenak oleh Dev. Terutama Clara dan geng nya.
" Kok bisa deket banget sih? Gue dari tadi coba deketin adek nya gak bisa " celetuk Clara.
" Yaiyalah kan mereka temenan udah lama pasti adek nya juga kenal sama Ara " jawab salah seorang teman Clara.
Kini pesta pun dimulai. Semua mengangkat gelas berisikan air soda untuk merayakan kemenangan Dev sebagai ketua OSIS.
CHEERS!!
" Jadi... Ketua OSIS sebelum nya siapa? "
" Saya tante. Marsel "
" Oh... Wakil nya? "
" Aku, bun " seketika Ara, Iki, Danish, Gavin, Belden, Rhaka serta Aldan terkejut membulatkan mata mereka.
Dev yang duduk di hadapan Ara mendapat tatapan tajam dari Ara. Dev menelan saliva nya takut.
" Ekhem, kaya nya abis ini gue kelar Al " bisik Dev kepada Aldan.
" Pasang badan ya gue bantu doa aja semoga gak ke UGD " Dev langsung memukul lengan Aldan kesal.
Ketika semuanya ngobrol satu sama lain Ara justru asik mengobrol dengan Rara. Rara membawa ipad nya dan mewarnai sebuah gambar dari aplikasi yang ada di ipad nya.
" Oh my god... Beautiful " puji Ara dan tanpa di duga Rara memuji nya kembali.
" Like you, hehehe "
Ara tersenyum. Suasana hati nya yang panas karena Clara terobati sedikit karena Rara.
" Kak.. kak " panggil Rara kepada Ara.
" Ya? "
" Mau kesini, mau kesini " Rara menunjuk gambar yang ia warnai. Gambar yang ia warnai adalah sebuah taman dengan rumputan hijau dan bunga.
" Rara tau tempatnya? " Rara menggeleng.
" Pelgi sama kakak sama abang Dep "
" Oh... Rara mau pergi bareng? Boleh tapi tanya dulu sama bang Dev kapan kita bisa kesana. Rara emang gak capek kan jalan-jalan terus. Ikut Bunda keluar kota, keluar negeri? "
Rara menggeleng.
" Lala seneng kalna lala sayang bunda " Melihat posisi Rara yang selalu ikut kemanapun Bunda nya pergi tanpa rasa lelah membuatnya teringat diri nya di masa lalu.
Jamuan makan malam bersama anak-anak sekolah berakhir pukul setengah sepuluh malam.
" Bunda Luna aku pulang dulu ya makasih makanan nya enak banget " pamit Clara membuat Ara ingin semakin menarik rambutnya dan menyumpel mulutnya dengan cabai.
" Sama-sama, terimakasih juga udah mau datang. Hati-hati di jalan ya kabarin Dev kalau udah sampai dirumah masing-masing "
" Baik tante "
" Siap bun "
Rombongan anggota OSIS dan mantan anggota OSIS pergi dari rumah Dev.
" Ekhem kayanya ada yang bakal deket banget nih sama Bunda " celetuk Ara tertuju pada Dev, ketika Luna sudah pergi dari hadapan mereka.
" Hooh baru juga pertama kali ketemu. Lah kita yang udah sering ketemu kadang masih manggil tante, hati-hati Ra... Eh? " Ejek Gavin mendapat pelototan dari Dev.
" Yaudah pamit sama Bunda dulu sebelum balik " sindir Ara lagi mengarah ke Dev.
" Eits... Siapa bilang boleh pulang? " Dev langsung menghalangi jalan Ara.
" Gue lagi kesel nih, jangan sampe makanan tadi keluar lagi " mendengar kalimat pedas dari Ara dan ia mengepalkan tangan nya siap memukul Dev membuat yang lainnya bersorak.
" No.. no ini rumah aku, yang bisa berbuat apapun itu aku atas izin aku. Jadi kalian semua belum boleh pulang "
" Yaudah Ra, gak boleh pulang sama tuan rumah ya kita main lagi lah " celetuk Danish langsung menuju ruang bermain.
Kenapa disebut ruang bermain? Karena ada playstation, meja billiard, beberapa alat musik, dingdong dan beberapa permainan lainnya.
" Lu sengaja ya dandan kaya gini biar di lirik Clara? " Malam ini Ara membiarkan rasa cemburu nya di keluarkan. Hati nya sudah penuh menahan rasa kesal kepada perempuan centil satu itu.
" Loh ? Ini kan simple Ra cuma pake jaket sama kaos doang "
" Ya tetep aja tu mata perempuan gatel pengen gua colok dari tadi! " Jawabnya lagi kesal.
" Bilang aja kalau aku kegantengan kan? " Dev menaik turunkan alisnya.
" Ya emang lu ganteng banget nyet... " Batin Ara.
" Gak usah geer! Gua jambak nanti tu alis "
Setelah mengucapkan itu Ara pergi dari hadapan Dev dan bergabung dengan teman-teman yang lainnya. Di dalam ruangan Gavin sudah siap dengan gitar Dev bersama Iki, Rhaka dan Belden yang menjadi penonton konsernya.
Sedangkan Aldan dan Danish mengambil alih playstation.
" Mainin gak nih? " Tanya Gavin.
" Lagu apa bro? "
" Ki kasih unjuk... "
" Lagu mang memet yang waktu itu gue kasih tau Vin "
" Oh... Oke... tapi lu yang nyanyi ya"
" Siap bro!! "
Gavin mulai mengamen dengan heboh. Jari nya sangat mahir memetik setiap senar gitar.
" Istri ku ada tiga... "
Jreng!!
Baru di bait pertama Iki membuat Aldan dan Danish menengok. Iki menyanyikan lirik itu dengan nada lagu balon ku ada lima.
" Siapa aja tuh? " Teriak Gavin.
" Yang satu Luna Maya... Yang dua... "
" Orang papua " sahut Gavin.
" Yang tiga Agnes Monica " sambung Iki lagi. Semua pun tertawa dan mulai merekam ke jenakaan Iki dan Gavin.
" Aku anak sehat tubuh ku bau menyan " Iki dan Gavin nyanyi bersama-sama dan langsung dijawab gelak tawa teman-teman.
" Karena ibu ku ratu siluman " Ara dan Danish yang paling receh keduanya tertawa sampai tidak bersuara lagi.
" Setiap hari aku diberi ASI, makanan bergizi... "
" JENGKOL JENG TERASI!! " Jawab Gavin, Rhaka dan Belden. Lagu tetap dilanjutkan meski dua teman mereka sudah mengangkat tangan menyerah.
" Satu ditambah satu... "
" Apa tuh? " Tanya Gavin.
" Aku mirip tengku wisnu " lanjut Iki asik sambil memukul meja dengan irama yang masuk kedalam melodi yang dimainkan Gavin.
" Dua ditambah dua, aku mirip anjas mara... "
Ara menutup telinga nya dengan bantal agar tidak mendengar lirik lagu beserta suara Iki yang membuat perutnya sakit.
5 menit kemudian lawakan Iki berakhir. Semuanya lelah karena capek tertawa. Rahang dan perut mereka terasa pegal.
Namun ada satu yang sepertinya aneh. Seperti ada yang kurang, Iki mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan lalu melihat Ara yang sedang tiduran dengan menutupi wajah nya dengan bantal.
" Dev! Cewek lu! Anjir dari tadi kagak sadar kita! " Celetuk Iki.
Semuanya langsung melihat Ara. Mereka kira Ara pingsan karena posisinya tidak berubah sama sekali tapi ternyata ketika Dev menyingkirkan bantal itu dari wajah Ara, gadis tersebut sudah tidur dengan lelap.
" Hah... " Semua bernafas lega. Malam ini benar-benar menyiksa mereka. Lawakan Iki yang membuat perut dan rahang mereka sakit serta sikap random Ara yang membuat jantung mereka berdegup kencang.