Chereads / Devara / Chapter 16 - Accident

Chapter 16 - Accident

Disinilah Ara sekarang sirkuit tempat nya berlatih. Ara memerintahkan Arya untuk mengosongkan sirkuit hanya untuk diri nya hari itu.

Ini kedua kalinya Ara mengemudi tanpa perlengkapan. Arya selaku asisten bertanggung jawab atas keselamatan Ara selama di sirkuit.

Kali ini Ara tidak meminta Arya untuk mencatat waktu ketika ia memutari sirkuit. Ia hanya perlu meluapkan emosinya di arena tersebut. Perasaan membara seperti beberapa tahun lalu kembali menyeruak di lubuk hatinya.

Perasaan sakit hati, dendam dan juga sedih. Ia mengingat bagaimana perilaku toxic orang tuanya kepada Rey.

" ARGH!!! "

Ara menangis sejadinya. Mungkin tidak hanya karena Dev yang membuatnya frustasi seperti ini tetapi rasa sakit yang ia tahan beberapa waktu jadi ikut meluap saat itu.

" Kenapa mereka selalu menuntut!!! Mereka gak pernah mau tau bagaimana perasaan anak mereka!!! "

Arya yang berada di tepi sirkuit mulai panik melihat kecepatan tak terbatas Ara yang sesekali tidak seimbang dan hampir keluar jalur. Tapi sepertinya tidak hanya Arya yang merasa cemas seseorang yang melihat keluar jendela dari dalam kantor pun merasa ada yang tidak beres.

Seseorang itu langsung turun kebawah dan menyuruh Arya mengibarkan bendera kuning.

" KALAU BELUM SIAP JADI ORANG TUA. JANGAN LAHIRIN GUA DAN KAKAK GUA !!! "

DAR!!

BRAK!!

Mobil yang di kendarai Ara berputar-putar lalu keluar jalur dan menabrak tumpukkan ban sebagai pembatas jalur.

" CALL THE AMBULANCE!!! " Teriak Louis langsung berlari ke mobil Ara.

Louis adalah sahabat dekat Rey. Selama beberapa tahun ini ia menetap di Italia mengurus bisnis sekaligus rencana yang ia buat bersama Ara.

Kedatangan nya hari ini ke Indonesia adalah untuk bertemu dengan Ara sesuai janjinya beberapa waktu lalu ketika menelfon Ara. Namun tidak disangka ia bertemu dengan cara seperti ini.

Meskipun memasang selt belt tetap saja kepalanya terbentur cukup keras ke samping arah pintu karena berada di kecepatan yang tinggi. Benturan tersebut membuat Ara pingsan dan mengeluarkan darah dari hidung nya.

Louis langsung membuka pintu mobil dan menemukan Ara dalam keadaan tidak sadar.

" No... No... No... " Louis melepaskan selt belt yang Ara pakai lalu mengangkat Ara ke brankar yang ada di ambulans.

" Ke rumah sakit sekarang " ucap Louis kepada Arya. Arya ikut serta mengantar Ara ke rumah sakit.

Tangan nya di genggam erat dengan panjatan doa dari Louis berharap Ara baik-baik saja. Sesampainya di rumah sakit Ara langsung dibawa ke UGD.

Louis menceritakan kejadian sebenarnya dan langsung meminta dokter untuk meronsen kepala Ara. Karena yang terbentur bagian cukup fatal tim medis meriksa detak jantung Ara. Dan untung nya masih berdetak dengan normal.

Selama beberapa menit menunggu hasil ronsen, dokter pun menjelaskan nya kepada Louis.

" Dari hasil ronsen semuanya baik-baik saja tempurung kepala pasien juga tidak ada yang retak sedikitpun. Apakah ini kali pertama pasien terbentur kepalanya? "

" Saya kurang tahu dok. Memang nya kenapa? "

" Jika terjadi benturan kedua kali dengan damage yang sama atau bahkan lebih kondisi pasien bisa sangat bahaya. Bagian kepala manusia sangat rentan, jika tidak tempurung kepala maka saraf. Dan untuk menghindari hal buruk tolong pasien dijaga dengan baik "

" Terus kenapa mimisan dok? "

" Itu hal yang biasa terjadi dengan pasien yang memiliki kasus yang sama yaitu karena adanya benturan yang cukup kuat. Tapi anda tidak perlu khawatir dari keseluruan pemeriksaan kondisi rekan anda baik-baik saja hanya menunggu sadar dan mungkin akan merasa sedikit pusing. Saya akan memberikan obat untuk hal itu "

" Terimakasih dok "

Setelah penjelasan dokter, Louis setia menunggu Ara sampai ia terbangun.

" Argh... "

" Ra... " Ara meraba orang di depannya dan memegang tangan Louis untuk duduk.

" Kalo pusing tiduran aja dulu " ucap Louis.

" Argh... bang... Louis? "

" Ya. Ini gue, penglihatan lo baik-baik aja kan? "

" Ya... Tapi sedikit pusing "

" Itu normal Ra, nanti dokter kasih obat untuk menghilangkan rasa pusing nya. Lo kenapa sih? Gue baru sampe di Indonesia disambut sama keadaan lo kaya gini "

" Gue mau keluar dari sini. Cerita di tempat lain aja "

" Yaudah sebentar gue mau minta obat ke suster dulu "

Setelah meminum obat Ara dan Louis pergi dari rumah sakit. Ara mengecek keberadaan ponsel nya di dalam jaket dan terdapat banyak panggilan tak terjawab dari Shera, Topan, Aldan, dan juga Dev.

" Kita makan siang ya. Mau makan dimana? "

" Terserah "

Karena Louis tau Ara sangat menyukai masakan Indonesia dan ia rindu masakan Indonesia Louis membawa Ara kerumah makan padang yang beberapa tahun lalu ia kunjungi.

Ara tersenyum melihat rumah makan tersebut.

" Woah... Full energi gue kalo gini " celetuk Ara berusaha menghilangkan rasa pusing nya.

Mereka berdua masuk kedalam dan menu langsung di sediakan di depan mereka.

" So... What's wrong? Apa yang lo fikirkan sampai kecelakaan kaya tadi "

" Dev... Bang Rey... And bad family " Louis terkekeh mendengar kata terakhir.

" Besok Dev dan keluarganya pergi ke Canada. Tapi yang buat gue lost control adalah gue inget kembali gimana perjuangan bang Rey dulu ketika melawan toxic nya keluarga gue " jawab Ara menertawakan keluarganya sendiri.

Louis berhenti makan sejenak. Topik ini sangat berat bagi mereka.

" Okay... Okay, kalau gitu cerita lain waktu aja. Sekarang nikmatin makanan enak ini aja " Ara dan Louis tertawa bersama.

Setelah dua tahun tidak bertemu mereka melepas kerinduan dengan makanan mewah dan enak di hadapan mereka.

Membahas tentang Rey, ataupun keluarga Ara sejujurnya sama seperti membuka luka. Membuat makan menjadi tidak enak karena akan terkalahkan oleh rasa sakit yang ada.

Banyak yang ingin Louis bicarakan dengan Ara. Tapi untuk pertemuan pertama mereka di tahun itu harus dengan hal yang membahagiakan bukan?

Di perjalanan pulang Topan kembali menelfon dan untuk kali ini panggilannya diterima Ara.

" Hallo? "

" Yaampun... Ra, astaga... Tuhan. Akhirnya di angkat, lo dimana? Gue sama mami cemas tau gak "

" Gue baik-baik aja. Bang, malam ini Bunda Luna ngajak kita makan malam tapi gue gak bisa dateng. Lo sama tante Shera aja wakilin gue "

" Kenapa sih Ra? Ikut lah "

" Kalimat gue tadi bukan pertanyaan tapi pernyataan, gue minta lo dateng sama tante Shera. Bilang juga gue gak kenapa-kenapa kondisi gue baik-baik aja, gue bakal pulang gak usah nunggu gue gak usah khawatir gue bisa jaga diri "

Tut....

Sambungan telfon langsung dimatikan secara sepihak. Saat ini Ara bersama Louis yang sedang mengantarnya ke suatu tempat.

" Yakin gak mau di temenin? Gue temenin aja ya "

" Gak usah bang. Gue butuh waktu sendiri gue janji gak akan kenapa-napa di tempat ini "

Mobil Louis berhenti di pacuan kuda. Ya, Ara ingin berlatih disana. Salah satu olahraga yang Ara lakukan juga. Berlari bersama kuda dengan hembusan angin yang cukup kencang sepertinya akan membuat perasaan nya lebih lega.

Ara turun dari mobil dan masuk kedalam. Begitupun Louis yang meninggalkan tempat tersebut.

Kali ini ia memakai atribut untuk memulai latihan. Terutama pada bagian kepala nya memakai helm khusus.

" Misi neng, ini makanan nya " penjaga kandang memberikan ember berisikan beberapa wortel.

Hal yang Ara lakukan sebelum memulai latihan bersama kuda kesayangan nya di pacuan kuda tersebut adalah dengan memberinya makan dan mengelus penuh sayang agar kuda itu juga merasa tidak terlalu asing dan lebih mudah di kendalikan.

Tiga buah wortel habis Ara naik ke atas kuda ditemani penjaga kandang yang mengantar ke arena. Ara mendongakkan kepalanya ke atas.

Langit malam itu lebih indah dari sebelumnya banyak bintang-bintang dan udara disana terasa sejuk. Ara memegang erat Horse Riding Rein .

HIAK!!

Kuda berwarna hitam itu berlari di sepanjang arena.

HIAK!!

Rambut hitam kuda yang berkibas ketika angin datang menambah kesan gagah kuda maupun penunggang nya. Rambut Ara yang di gerai pun ikut menari-nari dengan bebas.

Ara merasakan kebebasan ketika sedang menunggangi kuda. Angin yang berlawanan arah dengan nya seolah-olah menyapu habis masalah dihidup nya saat itu.

Yang awalnya berekspresi marah, datar bahkan dingin kini Ara tersenyum lebar sehingga menunjukkan jejeran gigi putihnya. Hati nya terasa lebih ringan saat itu.