Waktu libur sekolah sudah tiba. Sekolah menjadi sepi hanya beberapa saja yang datang seperti siswa siswi kelas 12 yang akan mengadakan acara kelulusan besok.
Namun, Ara hari ini di panggil kepala sekolah untuk membicarakan masalah Clara. Dengan pakaian bebas Ara masuk kedalam sekolah dan menuju ruang kepala sekolah.
Sesampainya disana Ara terkejut karena melihat ada dua orang manusia yang usia nya sekitar 40-an sedang duduk di antara sofa yang ada di ruang kepala sekolah.
Selain itu ada wali kelas Ara, wali kelas Clara dan juga guru BK.
" Shit! Mereka main keroyokan? " Batin Ara.
Dengan santai Ara menyapa kepala sekolah dan tiga guru yang ada disana.
" Selamat pagi "
" Pagi, silahkan duduk Ara "
Ara duduk disamping wali kelasnya. Ara memperhatikan perempuan dan laki-laki yang duduk di hadapannya.
" Apa mereka... Orang tua Clara? " Batin Ara kembali berbicara.
" Ara. Ini orang tua Clara, Pak Dalton dan Ibu Elvina. Mereka datang untuk meminta maaf atas perbuatan Clara kepada kamu "
Dalton dan Elvina tersenyum manis ke arah Ara, namun Ara tidak membalas senyuman ia hanya mengangguk.
" Nak Ara, saya sebagai ibu dari Clara meminta maaf sebesar-besarnya atas perbuatan anak kami. Mungkin, ada cara didik saya yang salah sehingga putri kami melakukan hal seperti itu "
Dari nada suara, kalimat, cara duduk serta tatapan dari ibunya Clara, beliau terlihat berwibawa. Ara masih belum membuka suara ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
" Karena saya baru tiba di Jakarta dan mendengar kabar ini kami sedikit terlambat mengambil tindakan. Kedatangan kami untuk menemui nak Ara adalah untuk menyelesaikan masalah ini secara ke keluargaan.
Kemarin saya sudah meminta tolong kepala sekolah untuk menemui kami dengan orang tua nak Ara juga. Tapi, kepala sekolah bilang orang tua nak Ara tidak bisa hadir. Maka dari itu sebagai permintaan maaf kami karena tidak bisa mengatakan kata maaf secara langsung kami membawakan hadiah untuk orang tua nak Ara "
Delton menaruh kotak besar di atas meja. Ara menatap barang itu lalu terkekeh kecil.
" Maaf sebelumnya jika kalian kecewa karena orang tua saya tidak bisa hadir disini. Tapi... Saya rasa ketidak hadiran mereka disini menguntungkan pihak anda pak Delton " jawab Ara membuat Delton mengernyit.
" Maksudnya? " Ara mencondongkan tubuhnya kedepan merubah gaya duduk nya menjadi santai.
" Tidak perlu di mengerti juga tidak apa. Saya akan menjawab tawaran bapak dan ibu mengenai pertemuan ini. Ketika bapak dan ibu mengatakan
ingin menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan saya yakin kalian sudah mengetahui bahwa kasus ini telah di laporkan kepada pihak berwajib bukan? "
" Iya. Maka dari itu saya ingin tuntutan nak Ara kepada anak saya bisa di cabut, karena jika kasus ini sampai ke dinas pendidikan maka kelulusan anak saya akan terancam "
" Nyawa saya juga terancam. Jauh berpuluh kali lipat terancam " ucap Ara langsung menyela.
" Ara... Saya mohon... Kami akan melakukan apapun agar kamu bisa memaafkan Clara " ucap Elvina.
" Loh! Bukannya kalian punya kekuasaan? Itu yang selalu putri kalian teriakkan di setiap sudut sekolah ini. Putri kalian bilang bahwa ayah nya bisa bertemu dengan presiden kapan pun, putri kalian bilang ayah nya berteman baik dengan menteri pendidikan.
Nah, coba! Pakai koneksi nya saja pak. Tidak perlu meminta maaf kepada saya, atau rela bersikap baik dan membawa hadiah untuk orang tua saya "
" Kamu ini... Kami datang secara baik-baik ingin berdamai kamu malah menolak kami mentah-mentah "
" Loh! Baik-baik apa nya? Sudah jelas dari niat kalian yang hanya ingin keuntungan sepihak. Dalam kasus ini saya yang banyak dirugikan, tidak hanya saya yang terluka tapi teman-teman saya.
Harusnya anda bersyukur karena yang mengajukan tuntutan hanya saya teman saya tidak meminta untuk menambahkan hukuman anak kalian. Mohon maaf, jika kedatangan kalian untuk membujuk saya mencabut tuntutan kepada anak kalian saya menolak! Menolak dengan tegas! "
" Orang tua kamu siapa sih?! Berani nya mempermalukan kami seperti ini! Kalau sesuatu terjadi pada kelulusan Clara maka kamu juga harus keluar dari sekolah ini !! " Keadaan berubah menjadi panas.
" Anda tidak perlu tahu siapa orang tua saya, apa latar belakang keluarga saya. Dan ancaman anda tidak berarti apa-apa untuk saya. Saya pastikan sekeras apapun anda ingin mengeluarkan saya dari sekolah ini, sekeras apapun anda ingin membalas dendam kepada saya atas kesalahan anak anda saya pastikan anda tidak akan pernah menang. Dan saya yakin... Anak anda yang diam saat ini, tidak mencoba membela diri juga pasti sudah tahu tidak akan ada hasilnya jika melawan saya. Dan saya yakin... Anak anda jauh lebih tahu tentang siapa saya sekarang setelah apa yang ia perbuat dari pada anda. Bu, saya permisi "
Ara melihat kepala sekolah sebelum keluar dari ruangan nya. Kalimat Ara meninggalkan rasa gusar, kesal dan ketakutan di hati orang tua Clara. Ara berjalan keluar sekolah sampai di dekat ruko Ara menaiki sebuah mobil yang sudah menunggu nya sejak tadi.
" Kenapa wajah lo begitu? Lo gak di apa-apain kan ?" tanya Louis. Ara pun menggeleng.
" Gua gak apa-apa. Ayo jalan bang "
Hari ini jadwalnya Ara berlatih kembali mengingat pertandingan sebentar lagi. Karena mobil yang Ara gunakan sebelumnya masih dalam masa perbaikan karena kecelakaan waktu itu, akhirnya Ara menggunakan mobil baru milik Louis.
" Kita coba dua Lap sekarang ya " ujar Louis. Karena tak ingin kejadian kemarin terulang lagi Louis menegaskan Ara untuk memakai pakaian safety sebelum mulai latihan. Dan saat ini Ara lengkap memakainya.
Memakai pakaian lengkap pembalap membuat nya merasa seolah-olah ia sedang tidak berlatih. Ia membayangkan bagaimana nanti ia disaksikan oleh ribuan orang di sirkuit, lampu sorot dimana-mana, kamera dimana-mana. Suasana ketika ia menghadiri pertandingan terakhir kakak nya terasa kembali saat itu.
Louis sudah berdiri di tempatnya dengan timer di genggaman nya. Arya siap mengibarkan bendera untuk memulai latihan.
1
2
3
BRUMMM
Mobil ceper berwarna hitam itu melesat dalam sekejap. Suara yang dihasilkan cukup indah mengisi kehampaan di dalam sirkuit. Mata Louis terus mengikuti gerak mobil Ara yang cepat.
" Ya..... gas terus Ra.... " gumam nya sesekali mengintip timer di tangan nya.
PRITT
Bendera kotak-kotak di kibarkan putaran dua lap telah selesai. Ara keluar dari mobil dengan dibantu Arya. Ia melepas helm nya dan bertanya berapa waktu yang ia dapat.
" 1 menit 34 detik " jawab Louis.
" Sedikit lambat " ucap Ara dan Louis mengangguk.
" Gak apa-apa, kita lanjut next day aja "
" Gue ulang sekali lagi deh bang " Louis menggeleng.
" Hari ini cukup. Lo butuh tenaga untuk latihan di lain hari, lagi pula gue akan rapat dengan tim lainnya untuk pertandingan ini "
" Gue ikut "
" No.... not this time "
" Loh, kan mereka tim gue juga bang "
" Nanti Ra... di latihan terakhir kita gue janji mempertemukan kalian. Lagi pula lo ada janji sama Arfan kan? " Ara menepuk jidatnya sendiri lupa dengan janji itu.
" Oh iya, bener juga. Untung lo ingetin, jam berapa sekarang? "
" Jam satu siang "
" Gila, tiga puluh menit lagi. Bang kantong yang tadi gue bawa masih di mobil lo kan ? "
" Iya, mau di ambil sekarang ? "
" Iya. Gue mau ganti baju "
Tadi pagi sebelum Ara pergi ke sekolah Topan meminta Ara untuk menemaninya makan siang Bersama teman-teman kampus nya yang dimana mereka membawa pasangan semua, agar tidak terlalu mengenaskan Topan pun mengajak Ara. Setelah mendapatkan pakaian ganti Ara langsung masuk kedalam toilet dan mengganti pakaiannya.
Setelah beberapa menit di dalam toilet Ara keluar. Louis yang menunggu Ara terpanah ketika gadis itu berjalan dengan anggun nya menggunakan pakaian yang feminim.
Ara terpaksa memakai rok seperti model rok lilit karena Topan meminta nya untuk bergaya feminim. Kalung yang sangat bersinar di tengah cahaya matahari, rambut yang terurai panjang membuat Louis menggelengkan kepalanya.

" Kenapa bang aneh ya? Gak masuk style nya? " Tanya Ara.
" Kalau orang-orang ngeliat lo berpenampilan kaya gini gak akan nyangka kalau lo pembalap. Rey... Rey... Cantik banget dah ah adek lo " puji nya membuat Ara sedikit malu.
" Ya maka nya jangan liat seseorang dari penampilan. Banyak kok orang berpenampilan rapih, ber jas, ber dasi tapi sikap nya diluar eskpetasi "
" Waduuh... Berat itu berat. Yaudah gue anter ya "
" Jangan lah, nanti takut bang Topan liat "
" Bilang aja taxi online "
" Mana ada taxi online mobil nya Porche? " Mereka berdua tertawa.
" Yaudah, gue cariin taxi "
Mereka keluar dari sirkuit. Louis senantiasa menemani Ara sampai ia mendapatkan taxi.
" Makasih ya bang "
" Sama-sama, hati-hati ya. Hati-hati banyak yang lirik maksud nya, hehehe " Ara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu menutup pintu taxi pergi dari sirkuit menuju restoran yang Topan bilang.