Chereads / Devara / Chapter 22 - Happiness

Chapter 22 - Happiness

Sepanjang malam Ara tertidur dengan pulas. Ia baru terbangun pukul 8 pagi masih dengan pakaian kemarin.

" Argh... " Kepalanya terasa sedikit pusing. Mungkin karena tidur terlalu lama.

Ia turun dari ranjang dan membuka tirai kamar. Melihat suasana pagi itu dengan helaan nafas berat. Ia menoleh ke arah kiri dan melihat bunga matahari yang beberapa kelopak nya sudah layu.

Ara mendekat perlahan lalu berjongkok.

" Setelah ini aku akan bantu kamu memenuhi semua keinginan kamu. You have the right to choose your desires, babe... " Gumam nya.

Beberapa hari ini adalah hari yang berat untuk nya. Dada nya terasa sesak, sulit untuk bernafas. Tapi setelah menangis kemarin ia merasa lebih lega.

Agar tubuhnya lebih fresh Ara pun mencuci rambutnya pagi itu. Hari itu Ara memutuskan untuk mengurus keberangkatan nya menuju London.

Beberapa minggu lalu ia mengecek visa dan juga passport nya. Kebetulan visa yang ia miliki masa berlakunya sudah habis. Maka dari itu hari ini ia akan bertemu dengan pengacara keluarga Ephraim untuk mengambil visa yang sudah di perpanjang untuk beberapa bulan kedepan.

Ketika Ara keluar kamar dan ingin menuju tangga ia melihat Topan yang sedang duduk di ruang keluarga.

" Mau kemana Ra? " Tanya Topan.

" Mau ambil visa "

" Yaudah gue temenin, dimana? " Ara sempat berfikir sejenak. Haruskah ia mengizinkan Topan untuk ikut bersama nya atau tidak. Karena jujur ia masih butuh waktu untuk sendiri.

" Eum... Ya, oke "

" Gue ambil kunci mobil dulu "

" Eh bang "

" Ya? "

" Gue gak mau naik mobil. Naik motor aja "

Mungkin karena trauma nya kembali hadir kemarin membuat Ara tidak ingin menggunakan kendaraan roda empat lebih dulu karena bisa saja membuat nya kembali sedih.

" Oke... "

Ara turun lebih dulu kebawah dan melihat di ruang tamu banyak orang dan pakaian disana.

" Kalau menurut ku, ini lebih cocok untuk tema nanti malam " ucap Shera yang sedang membantu Viola memilih pakaian dari butik untuk acara kelulusan nanti malam.

" Ya, seperti nya akan cocok. Luna juga akan memakai gaun senada dengan gaun ini " jawab Viola.

Ara mengernyit bingung kenapa ibunya membawa-bawa nama Bunda Dev? Bukankah mereka bertiga pergi ke Canada?

" What... Do you said? " Ara tiba-tiba membuka suara.

" Eh, Ara sudah bangun? "

" Tante Luna ada di Indonesia? " Ara bertanya balik kepada mereka.

" Iya sayang... Luna, suaminya dan juga putrinya kembali ke Indonesia hari ini untuk menghadiri acara kelulusan "

" Why? " Tanya Ara balik.

" Kenapa, apa maksud kamu nak? Sudah tradisi di setiap tahun kelulusan ketua yayasan akan datang kan " jawab Viola lagi.

" No... I mean, Dev. Bagaimana sama dia? "

" Loh... Dev gak bilang kalau dia stay di Canada? "

" Maksud mbak urus kasus yang data bocor itu? " Tanya Shera dan Viola mengangguk.

" What the fuck! Kenapa mereka ninggalin Dev sendiri dan pilih pergi ke pesta sialan itu? " Batin Ara, kesal.

Pikiran nya langsung ribut saat itu juga. Tiba-tiba Topan menepuk bahu Ara menyadarkan nya kembali.

" Ayo "

" Eh? Kalian mau kemana? "

" Mall " jawab Ara langsung tak ingin Viola tahu tentang keberangkatan nya ke London.

Topan dan Ara pergi menuju kantor pengacara menggunakan motor. Di sepanjang jalan Ara terus memikirkan keadaan Dev.

Ia benar-benar lost kontak dengan Dev setelah kepergian nya ke Canada. Ia ingin tahu bagaimana kondisi Dev saat ini namun ia juga harus mempertegas ucapan nya kepada Dev sebelum ia berangkat ke Canada dan berharap Dev mengerti apa yang ia khawatirkan.

" Misi mbak. Kami mau ketemu pak Andre " ujar Topan kepada resepsionis kantor.

" Sudah ada janji sebelum nya mas? "

" Sudah "

" Saya telfon pak Andre sebentar ya mas untuk memastikan beliau kosong hari ini "

" Ya. Bilang aja Arfan "

" Baik "

Mereka menunggu beberapa saat dan akhirnya di perbolehkan masuk ke ruangan pak Andre.

" Selamat siang mas Arfan, mbak Ara " sapa pak Andre.

" Siang pak "

" Silahkan duduk. Mau dibuatkan minum apa? "

" Gak usah pak terimakasih " jawab Ara mewakili.

" Oh... Begitu, sebentar saya ambil berkas mbak Ara dulu "

" Ini dia mbak Ara. Semuanya sudah saya selesaikan dengan baik. Tiket keberangkatan mbak Ara, lalu saya juga sudah mencarikan kendaraan yang akan mbak naiki ketika disana "

" Terimakasih banyak pak Andre. Karena bapak keberangkatan saya kali ini tidak ada hambatan nya lagi "

" Sama-sama mbak. Saya akan membantu semampu saya untuk keluarga Ephraim serta mbak dan juga almarhum mas Rey " Ara hanya menjawab dengan senyuman.

" Kalau begitu kami langsung pamit saja pak "

" Oh iya, silahkan mbak, mas "

" Sekali lagi terimakasih "

" Sama-sama. Mari saya antar "

Pak Andre mengantar mereka sampai di lobby. Ara memasukan amplop berwarna coklat itu kedalam tas nya.

" Mau kemana lagi? " Tanya Topan ketika tiba di Parkiran.

" Gue masih penasaran bang sama tante Luna. Apa benar mereka balik ke Indonesia? Kalau sampai benar... Wah gila tega banget mereka ninggalin Dev disana sendiri. Padahal ini bukan tanggung jawab dia loh, semua nama perusahaan kan masih atas nama bokap nya Dev.

Seharusnya yang bertanggung jawab bokap nya dong " oceh Ara terlihat kesal.

" Terus lo mau nya gimana sekarang? Mau cari bukti kedatangan mereka? "

" Ya. Kita ke rumah Dev sekarang "

Topan hanya mengikuti apa yang Ara katakan. Motor besar itu menuju rumah Dev.

" Pak! " Ara turun dari motor dan bertanya kepada penjaga rumah.

" Eh, mbak Ara. Ada apa mbak? "

" Saya mau ketemu tante Luna "

" Bu Luna? Aduh... Maaf mbak, belum pulang. Mas Dev, Bu Luna dan dek Rara belum pulang "

" Bapak bohong ya? "

" Bener mbak. Masa saya bohong gak berani saya bohong sama mbak Ara "

" Kalau bener gua mau masuk "

" Silahkan, saya antar "

Hal yang biasa dilakukan keluarga Dev ketika mereka pergi adalah mengkosongkan rumah. Seluruh ART mereka tidak di izinkan untuk masuk sampai mereka kembali.

Ada yang di izinkan untuk pulang ke kampung ada juga yang menempati rumah ART yang berada di belakang rumah utama.

Ara mencoba membuka pintu namun terkunci. Ia melihat ke area pendopo parkir mobil. Biasanya kalau ada orang dirumah pasti ada satu mobil yang stand by di luar tapi kali ini sama sekali tidak ada kendaraan yang terparkir di luar.

Semua pengecekan yang ia lakukan memang tidak ada tanda-tanda mereka sudah kembali ke Indonesia. Tapi, apa mungkin Viola berbohong? Sampai-sampai ia memikirkan gaun dengan warna senada yang akan di gunakan oleh Luna.

" Yaudah pak makasih ya "

" Sama-sama mbak "

Ara kembali ke Topan dan menjelaskan semuanya.

" Terus gimana sekarang? Mau balik aja? " Ara menggeleng cepat.

" Rumah lagi gak nyaman. Gue mau jalan-jalan aja "

" Kemana? "

" Eum.... Ke mall aja dulu nanti sorean kita baru cari tempat outdoor "

" Oke... Siap capten! "

Tempat pertama yang dikunjungi mereka adalah tempat bermain seperti time zone. Dengan mentop-up kartu sebesar 500 ribu membuat mereka memainkan seluruh permainan yang ada disana.

Gelak tawa serta wajah bahagia Ara membuat Topan merasa lega. Rasa khawatir nya terbayarkan dengan melihat kondisi Ara yang sepertinya membaik.

Sejak menjadi mahasiswa dan tinggal sendiri membuat dia tidak bisa menghabiskan banyak waktu bersama Ara seperti dulu.

Manusia memang aneh. Dulu saat kecil ingin cepat tumbuh besar, ketika masih memakai seragam ingin cepat menjadi mahasiswa atau mahasiswi hanya karena ingin berpakaian bebas.

Tapi, ketika sudah dewasa dan melalui masa kecil justru ingin kembali ke masa itu. Menjadi dewasa bukan hal mudah untuk dilalui banyak hal yang terpaksa harus di guguri hanya untuk mempertahan kan satu hal. Arfan merasakan itu semua.

Ketika ia jauh dari rumah, jauh dari Shera dan juga Ara ia bukanlah Topan yang Ara dan Shera kenal. Terkadang ia harus menjadi orang lain ketika diluar, hal yang terkadang membebani dia.

Tapi ketika ia kembali bersama, Ara adalah obat untuk nya. Meski tidak melakukan banyak hal berada di sisi Ara bagi Arfan sudah cukup. Melihat ia tertawa, mendengar omelan nya terasa menyenangkan untuk dia.

Meski Ara bukan adik kandung nya tetapi sudah banyak waktu yang ia habiskan bersama Ara membuat rasa sayang dan cinta kepada gadis itu sama seperti rasa sayang dan cinta Rey kepada Ara.

Mungkin Arfan tidak bisa menggantikan posisi Rey di hatinya karena bagaimana pun semesta Ara adalah Rey. Meskipun begitu Ara sudah mengambil sebagian dunia Arfan sehingga bahagia nya Ara juga bahagia nya dia. Dan kesedihan Ara juga akan jadi kesedihan Arfan.

Setelah bermain menghabiskan beberapa jam mereka pergi makan yang sudah lewat jam makan siang. Banyak foto yang di ambil Ara serta Topan hari itu.

Setelah makan mereka memutuskan untuk nonton film di bioskop sebelum pulang ke rumah. Film yang di pilih adalah film horor.

Ketika mereka sedang menunggu film nya dimulai tiba-tiba Shera mengirim pesan kepada Topan untuk dibelikan buah-buahan. Topan memberitahu Shera keberadaan mereka beberapa jam lalu. Maka dari itu Shera meminta mereka untuk mampir ke supermarket yang ada di dalam mall.

Akhirnya Ara dan Topan keluar dari bioskop ke supermarket lebih dulu. Topan memberikan list buah yang harus dibeli kepada Ara.

" Dih, kok gue?"

" Ya lu kan cewek lebih ngerti "

" Huft! "

Dengan terpaksa Ara mengambil beberapa buah yang Shera minta. Lalu diam-diam Topan memotret Ara yang memunggunginya dan terlihat fokus memilih buah ia menambahkan stiker mahkota di kepala Ara dan mengunggah nya ke story instagram miliknya. Dengan caption ' Beautiful day with her '