" Ini adalah jadwal serta rencana kegiatan yang akan dilakukan di hari-H, bu " Topan sedang menjelaskan rencana kegiatan amal yang diberikan Ara untuk anak-anak panti.
" Baik mas Arfan, saya sudah membacanya dengan baik dan kami menerima kedatangan mas Arfan dan rekan-rekan dengan pintu terbuka "
" Terimakasih bu "
" Sama-sama, kami juga mengucapkan terimakasih kepada mas Arfan dan rekan-rekan karena sudah bersedia datang ke rumah kami.
Seperti yang saya katakan sebelumnya jika ingin melihat kondisi anak-anak dan panti saya bisa menemani. Tapi untuk saat ini anak-anak berada di ruang belajar untuk beberapa jam kedepan "
" Ya, tidak apa-apa bu. Kami bisa melihatnya dari jauh "
" Mari "
Mereka bertiga pun di ajak berkeliling panti dan memperlihatkan kegiatan belajar anak-anak yang di dampingi oleh beberapa orang panti.
Dari balik kaca Ara tersenyum melihat semangat anak-anak suara mereka terdengar sampai luar ruangan serta ekspresi mereka yang memberikan energi positif untuk Ara, Topan dan juga Dev.
" Masa depan adalah milik anak-anak. Dan anak-anak adalah warna bagi masa depan " batin Ara.
Setelah singgah beberapa saat di panti mereka bertiga menikmati kuliner khas daerah disana dan mulai kembali ke Jakarta ketika sore hari.
Dan karena sudah memasuki hari libur sekolah kemacetan pun menjebak mereka.
" Bro.. and sist " panggil Topan.
" Ni gue liat-liat di maps macetnya bakal panjang kedepan. Gimana kalau kita singgah dulu di resort atau di tempat makan gitu? Dari pada abisin bensin di jalan? "
" Ya... Gue setuju bang. Kamu dimana Ra? "
" Boleh aja gue mah, tapi kalian berdua traktir gue ya. Hehehe " Dev dan Topan menggelengkan kepala secara bersamaan.
Akhirnya Topan berhenti disebuah restoran dengan nuansa indoor dan outdoor. Mereka segera masuk kedalam, dan setelah melihat menu Topan mengantri untuk memesan pesanan mereka, sedangkan Ara dan Dev mengambil tempat di outdoor dengan pemandangan city light yang sangat luas.
" Woah... So beautiful " gumam Ara. Salah satu hal yang ia sukai terlihat lebih indah dilihat dari daerah luar jakarta.
Ketika Ara tersihir oleh indahnya pemandangan di hadapan matanya tiba-tiba Dev memakaikan jaketnya kepada Ara.
" Udah mulai dingin dan angin nya cukup kencang, nanti alergi kamu kambuh " ucap Dev membuat Ara sedikit malu.
Act of service random Dev yang membuat Ara selalu malu dan detak jantung nya berdegup lebih kencang.
" Kan lu yang lagi sakit Dev "
" Yang sakit cuma tangan aku Ra, kena angin kenceng gak akan buat sakit. Kamu yang lebih membutuhkan itu "
Lagi-lagi kalimat Dev membuat Ara tak bisa eye contact dengan laki-laki tampan ini.
" Udah duduk ke arah depan aja. Banyak yang liatin lu tuh " sejak awal masuk Ara notice beberapa perempuan bahkan laki-laki yang terpesona oleh ketampanan kekasihnya.
" Gua gak mau mereka foto-foto lu sembarangan. Lu kan ada hak cipta nya "
" Hak cipta nya siapa? "
" Ya gua lah pake tanya lagi " jawab Ara sambil tertawa malu. Dev yang malu karena jawaban Ara juga ikut tertawa.
Ketika Ara sedang melihat ke depan tiba-tiba Dev berbicara.
" I have something for you " refleks Ara langsung menoleh.
" What? "
" Coba ambil sesuatu dari kantong dalam jaket aku di sebelah kiri " ucap Dev lalu menatap Ara intens. Ara pun merogoh kantong dalam jaket Dev dan menemukan sesuatu disana.
Sebuah foto yang di lapisi plastik.
" Kemarin saat aku buka album foto sama kamu aku ketemu foto itu yang awalnya aku ingin kasih ke kamu saat aku kembali ke Indonesia. Tapi aku lupa dan menyimpan nya di album "
Foto yang diberikan oleh Dev adalah foto mereka ketika kecil. Dimana Ara memeluk Dev erat dan Dev tersenyum sangat manis.
" Tapi... Kalo lo kasih ini ke gue. Berarti lo gak ada foto ini dong? " Dev menggeleng.
" No, i have one " Ara pun tersenyum melihat foto mereka berdua.
Pertemuan mereka sebelum terjadinya pertunangan jauh lebih lama. Cerita hidup keduanya bisa di bilang setiap kenangan pasti ada satu sama lain di dalam nya.
Seperti nya tidak hanya Tuhan yang menjaga hubungan mereka tetap baik tapi juga alam mendukung hubungan mereka berdua.
Setelah beberapa saat singgah di restoran mereka pun kembali ke Jakarta dengan posisi Topan yang menyetir.
Sedangkan di kursi belakang penumpang Ara sudah tertidur dengan mengangkat kaki nya ke jendela. Dan Dev berusaha untuk menemani Topan ngobrol agar tidak mengantuk.
Pukul 11 malam mereka sampai di rumah Dev. Topan sengaja mengantar Dev lebih dulu karena waktu sudah larut.
" Thanks ya Dev udah ikut gua sama Ara " ucap Topan.
" Santai bang...." Dev menoleh ke belakang sejenak melihat Ara masih tertidur pulas dan jaket Dev masih melekat di tubuhnya.
" Yaudah gue masuk dulu ya bang "
Topan mengangguk lalu Dev keluar dari mobil. Sesampai nya dirumah Topan harus menggendong Ara sampai di kamarnya dan melepaskan jaket yang digunakan Ara agar tidak gerah lalu keluar dari kamar.
Hari itu berakhir dengan baik dan indah. Ke esokan hari nya Ara bangun dengan tubuh yang terasa ringan. Mungkin karena tidur terlalu nyenyak membuat nya merasa seperti itu.
Tok tok tok
" Siapa? "
" Bibi non "
" Kenapa bi? "
" Non Ara di panggil bu Viola di bawah non "
Ara yang sedang melukis buku gambarnya langsung berhenti.
" Ada masalah apa?"
" Saya kurang tahu non "
Ara menghela nafas berat. Dengan malas ia keluar kamar menuruni setiap anak tangga dan menghampiri Viola yang ternyata disana sudah ada nenek kakeknya, ayah nya, Shera dan juga Topan.
Jika situasi nya seperti ini ia seperti ingin di interogasi.
" Kenapa panggil saya kesini? " Tanya Ara sedikit ketus.
" Ara... Bicaranya lembut sedikit " tegur neneknya. Dan ia langsung membuang pandangan nya bertanda tak suka dengan kalimat itu.
" Ra... Duduk sini " ucap Shera menepuk tempat disamping nya. Ara pun berjalan dan duduk di sebelah Shera.
" Kemarin kamu pergi kemana sama Arfan dan Dev dan untuk apa? " Tanya Lukman.
Ara langsung melirik Topan dan Shera. Karena hanya mereka berdua yang tahu tentang rencana tersebut.
" Hanya bermain, ada apa? "
" Jawab dengan jujur Ara "
" Kalian memanggil saya kesini bukan untuk bertanya tapi untuk memastikan. Saya yakin kalian sudah tahu jawaban nya tidak perlu saya jawab lagi " ketika Ara bangkit dari duduk nya dan hendak pergi Viola ikut bangun dan berkata.
" For Rey? " Tanya Viola. Ara pun berbalik dengan tatapan dingin.
" Ya. Kenapa? Apa saya tidak boleh melakukan hal baik untuk kakak saya? Mau sampai kapan kalian menghakimi kakak saya? Apa tidak cukup kematian nya membuat kalian senang? "
" Elara! " Lukman langsung terpancing emosi.
" Tidak perlu berteriak, tempat anda berdiri dan tempat saya berdiri tidak jauh. Saya masih bisa mendengar dengan jelas. Kenapa kalian marah? Kenapa anda marah? Seharusnya saya yang marah sekarang.
Kalian semua berkumpul disini memanggil saya dan bertanya seolah-olah saya melakukan kesalahan. Mau kalian apa? "
" Ara, kami keluarga kamu. Bicara yang sopan Ara " ucap nenek nya lagi.
" Keluarga? Keluarga mana yang kalian maksud? Keluarga Pradipto? Tidak! Semenjak kalian membuang kakak kandung saya keluarga yang saya kenal hanyalah Ephraim! " Teriak Ara sambil meneteskan air mata.
" Yang perduli terhadap kami hanyalah keluarga Ephraim! Mereka mengizinkan kami tinggal dirumah yang hangat ketika kalian memberi kami luka! "
" Kami tidak membuang Rey, Ara... Mommy menyayangi Rey. Mommy yang melahirkan Rey, tidak ada seorang ibu yang seperti itu "
" Bullshit! Sayang seperti apa yang anda maksud?! Ketika anak anda di usir dari rumah, ketika anak anda di pukul dengan keras oleh tangan suami anda sendiri sampai sudut bibirnya berdarah! Ketika anak anda di tuntut menjadi perwira seperti ayah mertua anda!
Mana peran anda sebagai seorang ibu?! Mana rasa cinta dan sayang anda untuk kakak kandung saya?! Pernah anda membela bang Rey untuk mewujudkan impian nya?
Pernah kalian mengerti apa yang dia inginkan?! Keinginan nya hanya satu... TAPI KENAPA SULIT UNTUK KALIAN TERIMA!! Selama hidupnya ia banyak MENGGUGURKAN KEBAHAGIAAN HANYA UNTUK KALIAN! KALIAN ORANG TUA NYA!
Tapi dia hanya meminta satu. Satu ke inginan, satu kebahagiaan untuk diri nya sendiri diantara banyak kebahagiaan yang ia gugurkan untuk membahagiakan kalian.
Ia ingin menjadi pembalap yang hebat! Membangun nama nya sendiri tanpa bantuan kalian. Itu hal yang baik tapi kenapa kalian justru MEMBUNUH MIMPI TERAKHIRNYA!
Kalian terlalu egois. Orang tua selalu mewajibkan anak-anak nya untuk membahagiakan mereka. Tapi pernah kah kalian menganggap membahagiakan anak juga merupakan kewajiban bagi orang tua?
Kami lahir bukan karena tanpa alasan. Kalian mendambakan kami selama 9 bulan tapi setelahnya kalian bersikap seenak nya dengan kami. AKU DAN BANG REY HANYA MANUSIA BIASA! "
Topan berusaha menenangkan Ara dengan memeluknya.
" Bang... Mereka mengungkit semua nya... " Ucap Ara sambil terus menangis begitu pun Topan yang tak kuasa menahan tangis nya melihat Ara seperti itu.
" Kami tahu sikap kami bersalah... Kami pun menyesal Ara... Kami terluka karena kehilangan Rey " kini kakek nya yang angkat bicara.
" Luka yang kalian rasakan berbeda dengan luka yang kakak saya rasakan. Luka yang kalian dapat itu karena perbuatan kalian sendiri sedangkan luka yang bang Rey dapatkan itu karena kalian. Selama nya kalian akan hidup dalam penyesalan, saya akan pastikan itu "
Setelah berbicara seperti itu Ara langsung pergi keluar dengan mengambil kunci mobil secara acak di laci lalu pergi ke mana pun untuk menenangkan dirinya.