Setelah perbincangan nya dengan Louis beberapa jam lalu membuat Ara termenung. Seperti saat ini ia sedang bersiap-siap menuju pesta bersama Dev namun fikiran nya entah kemana.
" Ra... Kamu kenapa sih bengong terus dari tadi? " Tanya Shera.
Kali ini Shera membantu menata rambut Ara agar lebih cantik dan rapih.
" Aku... Aku cuma kepikiran tentang keberangkatan ke London nanti tan "
" Loh kenapa? Ada masalah? "
" No.... But... The same feeling come to me every year. Gak tahu kenapa aku jadi lebih murung ketika mendekati hari kepergian bang Rey "
Shera menghentikan aktifitas nya sejenak lalu menatap mata indah Ara.
" Beberapa orang pasti memiliki perasaan yang sama seperti kamu. Menghadapi hari kepergian seseorang yang sangat kamu cintai memang bukan hal yang mudah. Seolah-olah semua terjadi lagi saat itu.
Tante gak ngelarang kamu untuk sedih tapi ingat. You must breath Ara. Jangan terus membuat hati kamu sesak. Masih banyak orang-orang yang mau melihat kamu bahagia, tersenyum.
Coba bayangin bang Rey ngeliat kamu terus... Sedih, gimana perasaan nya? "
" Ikut sedih juga "
" Nah. Itu dia, tante yakin Rey selalu melihat kamu. Tante pernah denger, katanya kalau orang yang ditinggalkan merasa sedih masih merasa dendam atau ya... Istilah nya belum ikhlas maka proses dari mereka yang udah pergi juga akan sulit.
Yang berproses itu tidak hanya manusia saja Ra. Tapi mereka juga, sekarang... Coba Ara buka hati Ara lagi lapangkan lagi, Rey pasti tidak mau kamu selalu tersiksa karena masa lalu.
Anak gadis tante... Harus merasakan ketenangan dan kebahagiaan lagi. Ara paham maksud tante? "
Mata Ara terasa panas ketika Shera mengucapkan semua nya dengan lembut dan tatapan mata nya menyalurkan kehangatan.
" I... Ya " jawab Ara sedikit gemetar lalu memeluk Shera.
Yang seharusnya mengatakan kalimat tadi adalah ibu nya. Tapi semenjak kepulangan Ara kemarin pun tak ada kabar dari orang tua nya. Seperti benar-benar tidak perduli lagi tentang nya.
" Wih... Dev. Ganteng bener... Calon adek gue " puji Topan menghampiri Dev yang sudah duduk di ruang tamu.
" Iya dong... Kan mau... Jalan sama bidadari " mata Dev melihat ke arah lain membuat Topan mengikuti arah pandang nya.
" Wow... " Gumam Topan melihat Ara yang turun dari tangga bersama Shera.
Gaun cantik dengan perpaduan warna benang emas dan hitam yang membuat warna kulitnya semakin bersinar karena kontras. Lalu perhiasan berkilau yang melingkar di leher jenjang dan telinga nya.

Ara benar-benar feminim dengan penampilan nya malam ini. Tidak lupa ia memakai cincin pertunangan nya dengan Dev.
" Aduh... Aduh... Kalo cantik gini gue ikutan dong " celetuk Topan lalu menerima pukulan di lengan nya dari Shera.
" Maka nya cari pacar biar ada gandengan " ledek Ara menjulurkan lidah nya meledek.
" Awas aja nanti gue kagetin satu rumah. Satu komplek sekalian gue bawa cewek spek angelina joli "
" Dih... Tante, anak nya di ruqiah dulu kalo gak cipratin air suci tan. Penyakit nya kambuh " celetuk Ara membuat Topan menekuk wajah nya dan mendengus.
" Udah, udah nanti terlambat ke pesta. Have fun ya cantik. Dev, titip Ara ya "
" Siap tante! Kami pamit dulu ya "
Setelah bersalaman, Dev langsung menggandeng tangan Ara sambil jalan bersama menuju mobilnya. Dev membukakan pintu mobil untuk Ara ketika ingin menutup nya kembali ia teringat sesuatu.
" Oh... Sepertinya ada yang kurang. Tunggu sebentar 3 menit oke "
Dev kembali masuk kedalam rumah. Ara sama sekali tidak mengerti apa yang terlupakan atau ada yang tertinggal?
Dari dalam mobil Ara melihat Dev yang mendekat dengan membawa kain berwarna hitam. Karena model pakaian Ara yang terbuka di bagian bahu, Dev meminta kain panjang cukup tebal kepada Shera agar selama perjalanan ia tidak terlalu dingin karena ac mobil.
" Thanks " ucap Ara.
" Kita jalan sekarang? "
" Yes, sir "
Wajah kedua nya terlihat bahagia. Sepanjang perjalanan, mereka berdua bernyanyi bersama mengikuti musik dari radio mobil.
Dan sesampai nya di tempat, Dev dan Ara memasuki gedung lewat basement. Ketika menunggu lift mereka bertemu dengan beberapa pengunjung lain bahkan tamu yang memiliki tujuan yang sama seperti mereka.
Karena keduanya tampan dan cantik yang melihat mereka seolah-olah melihat aktor dan aktris hollywood. Ketika ingin masuk kedalam ballroom Dev memberikan undangan pesta tersebut lalu baru di izinkan masuk.
" Ra, kita mau tetap disini atau langsung keluar aja? " Bisik Dev.
" Gue udah dandan cantik gini masa langsung balik? " Tatapan mata Ara mengintimidasi Dev.
" Eh iya, iya. Hehehe " Tiba-tiba petugas acara menghampiri Ara dan Dev.
" Sorry, May I know your name so I can help you find a table sir? " Petugas laki-laki yang memakai jas bertanya kepada Dev.
" Oh, ya of course. My family name is Mahardika "
" Oke... Sir and Madame please follow me " petugas itu berbicara bahasa inggris mungkin karena paras Ara dan Dev seperti orang luar.
Meja mereka berada di posisi depan tepatnya dekat dengan tuan rumah. Namun yang membuat Ara terkejut adalah adanya nama Pradipto di samping nama keluarga Mahardika.
Itu artinya orang tua nya juga di undang di acara itu. Dev yang melihat hal serupa langsung menggenggam tangan Ara.
" How? Do you wanna outside? " Tanya Dev. Namun sekali lagi Ara tekad kan diri nya untuk tetap disana. Bahkan mereka belum bertemu dengan tuan rumah bagaimana bisa langsung pergi begitu saja?
" No... Stay here " mereka pun duduk bersebelahan. Selagi menunggu acara dimulai beberapa orang menyapa Dev.
" Nak Deven " panggil seseorang. Dev pun menoleh, jujur Dev tidak tahu orang yang memanggil nya itu.
Tapi mungkin orang itu pernah melihat Dev di suatu acara ketika bersama orang tua nya.
" Pak Hariz dan bu Luna nya mana? "
" Oh, bunda sama ayah berhalangan hadir pak. Jadi saya menggantikan " laki-laki setengah baya itu pun melirik Ara.
" Datang berdua? " Tanya orang itu sambil melirik Ara. Karena arah pandangan Ara ke sisi lain jadi dia tak menyapa lebih dulu.
" Iya "
" Pacar? "
" Tunangan saya pak " jawaban Dev membuat ia dan istrinya terkejut.
" Ra " Dev mendekat ke arah Ara meminta nya untuk berkenalan dengan orang tersebut.
" Kalau... Tunangan berarti... Mbak nya putri dari keluarga Pradipto? Pewaris tunggal " Ara tersenyum canggung.
" Wah.... Pak Lukman berhasil menyembunyikan putri nya yang cantik ya. Kalau saya tidak dengar kabar kalau anak laki-laki dari keluarga Mahardika di jodohkan dengan anak dari keluarga Pradipto saya tidak tahu kalau orang tua anda memiliki anak lagi. Saya kira Reymond dulu anak tunggal "
Ara merasa pembahasan ini tidaklah penting dan entah mengapa ketika orang tersebut menyebut nama kakak nya ia terasa sakit hati.
" Tapi... Bukan nya kalian masih sekolah ya? " Kini istrinya yang bertanya. Ara muak dengan kedua nya yang terlalu banyak tanya padahal baru bertemu.
" Yeah, but that's not the problem. We have the moment and time, and... Why not? Right? " Pertanyaan balik Ara membuat mereka terdiam.
" Ah... I... Iya benar. Kalau jodoh memang tidak kemana. Senang berbicara dengan kalian, kami... Kembali ke meja kami ya. Mari... "
Ara berdengus kecil. Mereka yang mengajukan pertanyaan mereka juga yang menjadi diam. Tidak lama mereka duduk datanglah orang tua Ara bersama tuan rumah.
Semua seisi ruangan langsung bertepuk tangan padahal acara belum di mulai. Ketika semua melihat ke arah tuan rumah dan orang tua Ara. Sang anak justru melihat ke arah lain.
" Selamat malam, om... Tante " melihat Dev berdiri untuk menyambut Lukman dan Viola. Ara pun ikut berdiri agar tidak terlihat aneh.
" Ya Tuhan... Look! Putri ku sangat cantik " puji Viola sambil tersenyum. Namun Ara tak melihat ke arah orang tua nya sedikit pun. Ia menundukkan pandangan nya.
Acara pun dimulai, tuan rumah memberikan kata sambutan dan membahas sedikit tentang perjalanan bisnis nya dan menyembut nama keluarga Mahardika dan Pradipto sebagai tamu kehormatan.
Dev yang duduk disamping Ara melihat ke arah tangan Ara yang terlihat gusar. Dev pun menggenggam tangan itu bermaksud menenangkan.
" You need fresh air? " Tanya Dev berbisik di telinga Ara. Saat ini jujur ia kesulitan bernafas. Bukan karena suatu penyakit melainkan situasi saat itu yang sepertinya menekan diri nya dan menguras energi.
" No... I... I'm fine yeah " ketika Ara mengangkat wajah nya, dari arah depan ia melihat seorang perempuan yang sepertinya umurnya tidak jauh dengan dia sedang memperhatikan Dev intens.
Beberapa saat Ara memperhatikan perempuan yang sedang menatap kekasih nya secara lancang mata perempuan tersebut tidak berkedip. Dan jujur hal itu membuat Ara tak nyaman.
" Dev, can you help me? "
" Of course. What's that? "
" Can you bring the blanket ? I feel cold "
" Ya.. tentu. Kamu... Mau keluar sebentar mungkin suhu diluar ballroom lebih hangat "
" No... I just need the blanket "
" Oke, of course. Wait the minutes, i'll be back " Dev pun pergi. Dan perempuan yang menatap Dev sejak tadi tampak kecewa dan pandangan nya mengikuti Dev pergi sampai ke pintu.
Dan ketika ia mengembalikan tatapan nya ia bertemu dengan mata Ara yang terlihat tajam. Tak ada yang Ara lakukan namun tampak jelas dari mata nya bahwa ia marah.
Perempuan itu pun langsung memutuskan pandangan nya dari Ara karena takut melihat matanya.