Chereads / Devara / Chapter 37 - A Good Day

Chapter 37 - A Good Day

Ke esokan hari nya Ara bersiap membeli bunga untuk peringatan hari kematian Rey besok. Untuk pakaian nya hari ini bertemakan cewek mamba. Dimana Ara memakai rok hitam dengan corak polkadot serta berpuring hitam.

Dan untuk model rok nya sendiri seperti berundak. Lalu ia memakai crop top jacket berwarna hitam, sepatu boots yang tinggi nya di atas mata kaki dengan resleting di salah satu sisi nya. Lalu memakai tas hitam seperti di bandara kemarin. Dan untuk rambut nya ia menggunakan style half bun.

" Morning all " sapa Ara. Semua mata langsung tertuju pada nya terutama Dev.

" Georgous " gumam Dev sambil tersenyum.

" Oh... You look so pretty Ara " ucap Ella memuji penampilan Ara juga. Ara membalasnya dengan senyuman.

" Thank you Ella. Guys... You all done to breakfast? " Tanya Ara.

" Yes! Ma'am "

" Yes! "

" Of course babe " celetuk seseorang membuat Ara menengok.

" Who's that? " Tanya Ara.

" Uuuu.... Dev, Gavin cari masalah " celetuk Topan. Dev pun siap melempar Gavin dengan bantal disamping nya.

" Good job... Babe " balas Ara sambil tertawa melihat ekspresi Dev.

" Hari ini kamu mau cari bunga Ra? "

" Iya tan "

" Sama siapa? " Ara menoleh ke arah Dev lalu menunjuk dengan matanya.

" There the one guy with his jealous face " jawab Ara membuat Shera tertawa.

" Thanks for the breakfast, aunt... Ella "

" Your welcome Ara "

Ara pun menghampiri Dev lalu memberikan kunci mobil kepada laki-laki itu.

" Do you still here with your jealous face or... Go out with me? " Dev terkekeh kecil. Ia tahu saat ini Ara sedang menggodanya.

" Yeah... You like tease me " Dev berjalan keluar dengan wajah dingin nya. Sebenarnya moment ini disukai oleh teman-teman nya karena jarang melihat Dev cemburu seperti itu.

Tapi di sisi lain mereka juga takut dengan ekspresi dan sikap Dev yang berubah. Apalagi bagi tersangka yang memulai percikan api.

" Good luck sist " ujar Efa memberi semangat.

Ketika Ara sampai dibawah ia melihat Dev yang sudah membuka garasi.

" Uuu... Ternyata peka juga ya... " Celetuk Ara. Karena di dalam garasi itu ada satu mobil peninggalan kakak nya. Mobil mercedez benz dengan warna hitam pekat terlihat sangat gagah.

" Ini mobil bang Rey? "

" Ya, siapa lagi "

Masih dengan perasaan yang sedikit kesal Dev masuk kedalam mobil lebih dulu.

" Lo bisa ngendarain nya? "

" Of course " jawab Dev penuh penekanan. Lalu mobil itu pun berjalan keluar dari rumah.

Teman-teman nya yang melihat dari jendela langsung membicarakan mereka berdua.

" Gua bingung sih kalo mereka punya anak nanti sifat nya kaya gimana ya... Nih, dari emak bapak nya aja udah beda banget " celetuk Topan. Sebelum ada yang menjawab Shera menjawab lebih dulu.

" Yang penting gak kaya kamu " jawaban Shera membuat yang lain tertawa.

" Tapi yang pasti bakal ganteng atau cantik dan... Rich pasti nya " sambung Belden.

" Yang terakhir mah gak usah di sebutin udah pasti itu "

Di perjalanan sesekali Ara melirik Dev. Wajah nya masih ditekuk dan sejak tadi juga Dev tidak memulai pembicaraan.

" Did, that bother you? " Tanya Ara tiba-tiba.

" No. But... Kamu sebut laki-laki lain Babe di depan pacar kamu? Ya.. jelas cemburu lah " pipi nya sedikit menggembung karena merajuk.

" Ulululu.... Big baby satu ini ternyata masih bisa cemburu juga ya..  "

" What? Yaiyalah Ra, masa aku gak cemburu kalau kamu terlalu intens dengan lawan jenis? "

" Hmm... Okay... " Ara melirik Dev lagi dan wajah nya masih di tekuk.

" I'm sorry " ujar Ara sambil menundukan kepala. Dev tersenyum simpul lalu ketika lampu merah tanpa aba-aba ia mendekatkan wajah nya ke telinga Ara.

" I forgive you but... " Ara menelan saliva nya karena bisa merasakan nafas Dev di lehernya. Dengan jantung yang berdegup kencang Ara berusaha menjauhkan wajah Dev dari telinga.

" Aish... Kan bisa ngomong nya gak usah deket-deket " jika tidak tertutup rambut Dev bisa melihat telinga Ara yang memerah.

" Kenapa? Hmm? You feel something? "

Dev mendekatkan kembali wajah nya dengan wajah Ara. Ini adalah pembalasan dari Dev untuk Ara. Ia bisa melihat wajah Ara yang perlahan memerah.

" AAA!! Tolong!!! Ada om-om mesum!!! " Teriak Ara tiba-tiba membuat Dev melotot.

" Ish! Kok mesum sih? Jahat banget "

" Ya elu. Ngapain deket-deket muka gue hah?! Awas lu ya kalo berani macem-macem. Gua jambak rambut lu! "

" Awww... I'm waiting for that " Sekali lagi Ara membulatkan mata nya tak percaya.

Laki-laki yang menggodanya saat ini adalah laki-laki yang tidak pernah senakal ini di Indonesia. Apakah berbeda negara juga mempengaruhi hormon atau perilaku seseorang?

Kini mereka sampai di tempat penjual bunga yang ada di pinggir kota.

" Mau beli bunga apa? " Tanya Dev.

" Gue mau beli... "

" Ra, ini kan liburan kita kan ya... Harusnya itu bahagia... Indah... Romantis. Coba bicaranya pake kata aku? " Dev menaik turunkan alisnya. Ara memutar bola mata nya malas.

" Gak mau! "

" Oh... Gitu yaudah aku gak maafin. Aku berubah jadi kulkas aj... "

" Iya... Iya... Iya bawel! " Jawab Ara sebal.

" Excuse me, i want to buy one bouquet flower and some lisiathus flower " ucap Ara kepada penjual bunga perempuan yang usia nya sekitar 50 tahun.

" Yes of course, you can choose the flower for the bouquet "

" Can i ask one question? "

Entah mengapa Dev melihat Ara yang berbicara sangat sopan saat ini terlihat lucu.

" Oh... Boy, your girl friend so kind. Of course what the question? " Ujar penjual itu kepada Dev.

" Can you take it to my house tomorrow ? For the bouquet "

" Yes we did " Ara pun bernafas lega dan tersenyum. Ara memilih beberapa bunga yang akan di rangkai menjadi bouquet dan akan dibawa ketika besok pergi ke makam Rey.

Dan ia mengambil beberapa bunga Lisiathus untuk menghias beberapa tempat di rumah. Akhirnya ada 3 pack kardus yang berisikan bunga tersebut dan siap di bawa pulang oleh Ara juga Dev. Ara juga sudah menuliskan alamat serta waktu yang di inginkan.

Setelah dari toko bunga Ara meminta Dev untuk mengantarnya ke supermarket. Ada rencana lain yang ia fikirkan secara tiba-tiba.

" Kamu mau buat apa Ra? " Tanya Dev ketika masuk kedalam supermarket. Dan betapa terkejutnya Ara ketika Dev melingkarkan tangan di pinggang nya.

" Aku.. aku mau buat kue atau cookies untuk di bagikan ke gereja. Waktu aku tinggal disini sama bang Rey, ada satu gereja yang sering kita kunjungi bahkan ketika pemakaman mereka juga ikut datang "

" Good idea... " Dev mengacak rambut Ara gemas seperti anak anjing. Sikap Dev setelah mendarat di London jauh lebih hangat dan romantis.

Sehingga sering membuat jantung Ara berdebar dan hampir copot. Melihat mereka belanja bersama, tertawa bersama, memilih bahan makanan bersama seperti melihat masa depan.

" Kalau di fikir-fikir kita belum pernah ke gereja bareng ya Ra? " Celetuk Dev membuat Ara menoleh.

" Ya jelas lah lo pergi... "

" Ara... " Dev memperingati kalimat Ara.

" Argh... Iya-iya. Ya jelas gak pernah bareng terakhir kali aku ke gereja aja beberapa tahun lalu. Kita se-iman tapi level iman kita beda Dev "

" Yaudah kalau gitu mulai hari ini kamu harus pergi ke gereja bareng sama aku "

" What?! Big no! "

" Why? "

" Kamu tahu sendiri aku orang nya gak tahan kalo harus diem doang. Pasti lama dengerin ceramah, baca doa. Ya mending lakuin sendiri, Tuhan juga gak ngelarang untuk berdoa dimana aja kan? "

" Iya... Itu gak salah. Tapi pergi ke rumah Tuhan bisa bikin hati kita jauh lebih tenang " Tangan Ara berhenti ketika ingin mengambil telur. Ara tak ingin topik ini terlalu jauh.

" Dev, bisa tolong ambil 4 pack telur? Aku mau liat coklat disana " Dev mengernyit bingung. Kenapa tiba-tiba jadi bagi tugas?

" I... Iya "

Setelah berbelanja beberapa bahan makanan dan bunga Ara dan Dev kembali ke rumah. Ia melihat teman-teman nya bermain di halaman depan.

" Wih... Bunda sama ayah belanja apa aja nih? " Celetuk Iki membuat yang mendengarnya terkejut.

" Bunda.. bunda kalo lo jadi anak gue, bisa kenceng leher gue tiap hari Ki " balas Ara.

" Kalian beli apa aja banyak banget? " Tanya Aldan.

" Gue perlu bantuan kalian. Masuk dulu yuk "

" Siap!! "

Mereka semua pun masuk ke dalam dan mendengarkan apa yang Ara inginkan.

" Jadi gue beli 3 pack bunga ini untuk peringatan kepergian bang Rey. Jadi gue mau dirumah ini jadi lebih indah aja dengan bunga-bunga ini. Kita kan gak ada yang tahu kapan bang Rey pulang kerumah jadi nanti ada satu meja untuk taruh foto bang Rey sama lilin juga bunga.

Dan gue harap masing-masing dari kalian bisa kasih bunga ini ke bang Rey bersama... Dengan doa kalian " semuanya langsung berkaca-kaca.

" Oh... Come on jangan sedih gitu. Doa dari kalian juga pasti ngebuat bang Rey senang disana. Okay... Dari pada kalian makin berkaca-kaca gue mau kasih tahu satu planing lagi yaitu buat  makanan.

Karena besok adalah hari yang penting mendapatkan doa dari banyak orang juga akan jauh lebih baik. Jadi sebelum kita pergi ke makam nya bang Rey gue mau mengunjungi gereja dimana dulu sering gue kunjungi bersama bang Rey dulu.

Memberi hadiah kecil untuk para jamaat yang ada disana. Dan di niatkan hal baik ini untuk bang Rey "

Prok prok prok

Topan bertepung tangan dengan kencang melihat betapa mulia hati adik perempuan nya ini.

" Jadi gue mohon bantuan kalian semua "

" Yes! Captain! "