Sesampai nya di bandara internasional Inggris mereka di jemput oleh mini bus yang sudah di sediakan oleh Ara. Lagi dan lagi Iki mempertanyakan berapa biaya untuk menyewa mini bus tersebut. Dan masih tak habis fikir dengan kegilaan teman satu nya itu.
Mengeluarkan uang banyak untuk memberangkat kan mereka semua tanpa menerima sepeserpun uang dari mereka. Itu berarti uang yang di berikan orang tua nya selama ini ia jaga dengan baik.
Namun, selain uang dari orang tua nya Ara mendapatkan uang dari sirkuit yang selama ini ia gunakan untuk latihan adalah milik kakak nya. Serta sebuah bengkel yang ada di negeri ini yaitu Inggris.
Setiap uang yang di dapat dari kemenangan balap ataupun uang yang di dapat karena membantu perusahaan, Rey investasikan dengan membangun sirkuit dan bengkel yang sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh.
Dan... Kalian tau siapa yang membantu mengurus itu semua disaat belum berpindah tangan kepada Ara karena masih bersekolah? Ia adalah Louis. Sahabat terbaik Rey.
" Ra... Tante penasaran gimana rumah Rey yang kamu ceritakan " ujar Shera. Karena yang pernah melihat rumah itu diantara mereka hanya Ara saja.
" Almost there " jawab Ara sambil tersenyum.
Perasaan yang saat ini ia rasakan sama seperti saat pertama kali ke tempat itu. Perasaan bahagia dan haru.
Mereka memasuki kawasan pegunungan yang kanan kiri nya banyak pohon-pohon tinggi dan rindang. Sepanjang perjalanan, mereka hanya melihat beberapa rumah itu pun dengan jarak yang cukup jauh dari rumah satu ke rumah lainnya.
Dan cuaca pun semakin terasa dingin. Semua excited melihat pemandangan menakjubkan tersebut. Gavin tidak berhenti mengambil gambar dengan kamera nya. Dan minibus itu masuk kedalam sebuah gerbang yang di atas nya terdapat rumah classic berdiri dengan gagah dan mewah.
Minibus berhenti di halaman bawah khusus untuk parkiran. Semua nya mendongakan wajah melihat rumah dengan mayoritas bahan bangunan kayu dan batu.
" Woah... Wonderful " gumam Belden.
Ara yang merasa hati nya sesak berkaca-kaca melihat rumah yang di beli sendiri oleh kakak nya.
" Ayo semua " Ara yang saat ini menjadi tuan rumah mempersilahkan tamu-tamu nya untuk naik ke atas.
Dan rumput hijau terbentang cukup luas.
" Welcome home Ms. Ara " seorang pelayan yang membekas di hati Ara langsung berkaca-kaca dan memeluk nya.
" Glad to see you Ella " jawab Ara memeluk kembali.
" Oh... Pretty girl " puas melihat anak asuh nya Ella menyapa yang lain. Wait... Anak asuh? Ya, sejak Rey membawa Ara kerumah itu Ella yang selalu menemani Ara ketika Rey tidak bisa membawanya.
" Good afternoon Miss and Mister. I'm Ella maid in this house. I'm so happy because you all coming "
" Me too... Mrs. Ella " jawab Dev mewakili.
" Please come in... "
Ketika pintu rumah di buka aroma mint langsung menghampiri hidung mereka.
" Woah... "
" Woah... "
Mereka berdecak kagum secara bersamaan. Interior rumah yang mayoritas hanya terbuat dari kayu namun sangat menakjubkan. Warna yang di dominasi juga tidak banyak.
Karena bahan bangunan dari kayu berkualitas tinggi jadi warna yang ada di dalam rumah adalah warna-warna hangat seperti coklat.
" I prepared dinner for you. But... Sorry Just a simple food "
" No... Ella, thanks to prepared dinner for us " balas Shera.
" Oh iya, disini ada 4 kamar. Satu di bawah dan tiga di atas. But... I think... Untuk laki-laki gak bisa semua masuk ke kamar karena gak terlalu besar " ucap Ara.
" Yailah Ra. Kalau tempat bagus gini tidur di luar mah gak masalah " celetuk Danish dan dijawab anggukan oleh ketujuh laki-laki lainnya.
" Ya. Danish benar, nanti malam kita bisa geser beberapa kursi dan kasur di kamar bisa di pindahin ke luar "
" Nah! Bener seruan kaya gitu bang! " Iki ikut menambahi. Ara pun bernafas lega.
" Yaudah kalau gitu kalian bisa taruh barang-barang nya di satu kamar tamu di bawah dan satu kamar tamu di atas "
" Oh? Dua kamar lainnya? " Tanya Efa dari kalimat Ara sebelum nya.
" Me... And my brother's room " jawab Ara dengan senyum manis. Mereka pun bergegas memasukan barang-barang ke kamar yang ada.
Dan tentu saja Ara menuju kamar yang bau nya sangat ia rindukan. Sebelum masuk kedalam kamar ada nama pemilik di depan pintu.
" Reymond... " Gumam Ara. Kamar nya dan kamar Rey sengaja di tuliskan nama pemilik karena tidak boleh sembarang orang masuk.
Dengan sekuat hati Ara membuka pintu kamar tersebut dan... Bagaikan di tarik oleh waktu yang membawanya kembali ke masa dulu.
" Oh? You come, sweety. Come here "
Dalam bayangan nya ia melihat Rey sedang mengemas barang ke dalam travel bag.
" Why you so sad... " Ara berjalan lebih dekat ke arah kasur.
" Don't cry baby... I'll be back. If you missed me, if you want to see me. Just call me... Okay... " Air mata Ara jatuh begitu saja.
Sedangkan Dev yang ikut masuk melihat Ara yang seperti melihat sesuatu hanya diam.
" No... Don't cry. Ara tahu kan, kalau Ara nangis abang akan sulit untuk melakukan apapun. Hanya 2 hari sayang... Setelah itu abang langsung pulang. Kita main sama-sama lagi, okay... "
Ilusi kakak nya menyentuh pipi Ara yang membuat Ara semakin deras meneteskan air mata nya.
" I love you... "
" I love you too... " Ketika Ara ingin menyentuh tangan tersebut. Ia tak bisa menyentuhnya dan bayangan itu hilang.
" No!!! " Teriak Ara cukup kencang.
Teman-teman nya juga Shera serta Topan yang ada di ruangan lain langsung menghampiri kamar Rey. Dan melihat Ara menangis cukup deras di dalam pelukan Dev.
" Dev... Ada apa? " Tanya Shera.
" A memory... I guess " jawab Dev terus memeluk Ara berharap rasa hangat dari pelukan nya bisa menenangkan Ara.
Jujur hal ini sudah Ara takuti dari sebelum berangkat. Ia tidak ingin liburan mereka kali ini menjadi sedih karena diri nya tidak bisa mengontrol emosi.
Tapi lagi dan lagi Rey masih menjadi kelemahan nya. Rasa rindu itu terlalu menyakitkan sehingga ia tak bisa menahan air mata nya.
Suasana sedikit tegang karena ke khawatiran mereka terhadap kondisi Ara. Beberapa jam kemudian setelah membersihkan diri nya dan lebih tenang Ara menghampiri rekan-rekan nya.
Mereka terlihat cemas dan Ara tahu serta sadar itu semua terjadi karena ia. Dan ia juga harus mengembalikan suasana yang bahagia juga ceria.
" Loh, kok masih disini? Makan malam yuk. Gimana kalau makan nya di luar? Sambil nyalain api unggun? " Tanya Ara dengan senyuman lebar.
Dev tahu bahwa Ara ingin mengembalikan suasana lagi.
" Yuk! Udara di luar lebih segar sih. Ayo Ki... "
Dan pancingan Ara berhasil. Mereka memindahkan makanan-makanan itu ke luar. Benar saja kedatangan mereka di sambut dengan baik oleh alam sekitar.
Langit malam itu sangat gelap, hitam pekat namun penuh dengan bintang-bintang. Suara burung serta pepohonan yang saling menyambar karena hembusan angin menciptakan suara yang menenangkan.
" Woah... Asli, tenang banget gua disini. Vibes nya beda gak kaya di jakarta. Gak ada suara dangdutan tetangga, gak ada suara emak-emak nge-gosip, gak ada suara knalpot racing. Tenang bat dah... Kalo babe sama emak gua tau ni tempat gak mau pulang mereka " celetuk Iki memulai pembicaraan yang hangat.
" Tapi mak lo gak bisa jualan nasi uduk dong? Tar kontrakan babe lo gimana? "
" Yailah. Tinggal di anter bae ini sama tetangga. Kalo pun mau pesen nih ye teriak doangan kaya nya mah kedengeran dah orang sepi bat sepi ini "
" Tapi, Iki bener sih. Vibes nya tuh beda. Ya... Emang beda sih ya kalau rumah di tengah hutan langsung sama di komplek. Sepi, hening, tenang nya tuh kaya asri gitu "
" Yang asli mah yang ada gunung nya Fa " celetuk Gavin.
" Yang desain rumah nya siapa Ra? " Tanya Aldan.
" Gue "
" Hah?! " Semua seketika langsung membuka mulutnya.
" Ah yang bener... "
" Bener nyet. Bang Rey udah rencanain rumah ini jauh sebelum... Ya.. you know guys, sebelum bang Rey keluar dari rumah. Dia selalu tanya rumah impian gue mau kaya apa.
Terus gue jawab. Mau yang biasa aja tapi nenangin. Ya... Sebenarnya mungkin saat itu mata gue capek karena silau ngeliat yang mengkilap-mengkilap "
Ara membuat jokes agar lebih mencairkan suasana.
" Oh... Iye emang. Emang semua nya emas ya bund " celetuk Rhaka membuat Ara terkekeh.
" Selain itu juga karena waktu itu gue pernah ngunjungin villa yang ada di gunung salah satu negara dan nyaman banget. Bangunan nya kayu kaya gini.
Terus bang Rey tanya mau ada apa aja di dalam nya. Ya.. gue cuma jawab yang penting ada kamar untuk abang dan juga Ara. Dan satu lagi Ara mau ada jendela besar yang bisa lihat pemandangan terus bisa liat matahari pas tenggelam.
Setelah itu bang Rey tanya lagi. Ara mau bangun rumah dimana? Terus gue jawab, di hutan biar kaya princess-princess cantik. Terus gue bilang lagi. Ara mau ada halaman yang luas, biar Ara dan bang Rey bisa main lari-larian, menggambar bersama di halaman, main musik dan nyanyi bersama di halaman. Dan gua pikir saat itu bang Rey cuma asal tanya apa yang ada di pikiran gue.
Tapi beberapa tahun kemudian dia bawa gue ke tempat ini dengan memperlakukan gue bukan lagi sebagai princess tapi sebagai ratu.
Dia buat kamar gue jauh lebih besar dari kamar dia. Di desain dengan beberapa jendela besar agar gue bisa melihat pemandangan dan menyaksikan matahari terbenam " Ara menceritakan dengan perasaan bahagia dan bangga. Tapi mata nya tidak bisa berbohong.
" Abang selalu mewujudkan impian Ara sampai abang pergi selama nya... Tan " Ara menoleh ke arah Shera di akhir kalimatnya lalu langsung memeluk Ara erat.
Semua yang masuk kedalam cerita Ara pun ikut sedih bahkan ada yang meneteskan air mata nya.
" Tante bangga kan sama bang Rey? " Tanya Ara di dekapan Shera. Shera pun mengangguk dan jawab.
" Iya... Always "
Di mulai dengan Topan yang memeluk ibu dan adik perempuan nya lalu di ikuti Dev dan yang lainnya. Mereka memberikan kekuatan untuk Ara.
Memberikan energi baik untuk gadis yang baik serta kuat ini. Di luar penampilan nya yang terkesan kasar dan keras. Terbukti malam ini ia memiliki hati yang sangat rapuh dan lembut.
Malam itu di akhiri dengan pelukan hangat satu sama lain. Ella dan dua orang pelayan yang sudah bekerja lama di rumah tersebut pun ikut bahagia namun juga sedih.
Meski Tuan mereka tidak akan pernah kembali. Tapi kehadiran Nona mereka memberikan rasa hangat, warna serta kebahagiaan lagi di rumah tersebut.