Topan langsung menelfon Dev meminta bantuan untuk mencari Ara.
" Gue takut sesuatu terjadi Dev. Ara pergi dalam keadaan marah "
" Iya bang, gue cari sekarang. Gue minta bantuan anak-anak juga "
Tut...
Sambungan telfon langsung mati dan Topan langsung mengendarai motornya menyusul Ara. Ia berharap mobil yang di kendarai Ara masih ada di sekitar wilayah komplek.
Sedangkan Ara menangis sejadi-jadi nya di dalam mobil. Mengingat semua rasa sakit yang pernah di rasakan kakak laki-laki nya adalah hal yang sangat menakutkan dan menyakitkan.
Rusak nya hubungan Ara dengan orang tua nya bukan ketika kakak nya meninggal melainkan sejak Rey di usir dari rumah dan di buang begitu saja layak nya sampah oleh Lukman.
Namun, dengan ada nya Rey di sisi Ara seolah menahan rasa kecewa terhadap orang tua mereka tidak semakin besar. Dan setelah Rey meninggal rasa kecewa itu berubah menjadi benci dan dendam sampai saat ini.
Luka lama yang belum pernah terobati sampai ia menemukan sendiri titik akhir dari rasa sakit tersebut.
Bahkan Ara pun tidak tahu sampai kapan ia harus membenci keluarganya. Rey adalah sosok laki-laki sempurna dalam hidup nya sebelum Dev menggantikan peran tersebut dan Ara seperti melihat sebagian diri Rey ada di dalam diri Dev.
Tujuan Ara saat ini adalah ke arena tembak. Kali ini ia ingin melampiaskan amarah nya dengan peluru-peluru tajam bukan ke sirkuit.
Sesampai nya disana Ara langsung mengambil tempat dan menembakan peluru nya sebelum pelatih yang biasa menemani nya datang.
Dari belakang pelatih yang seharusnya menemani Ara melihat bahwa ada amarah di sorotan mata Ara dan melihat rahang wajah nya yang mengeras seperti menahan emosi.
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
Dua kotak peluru dihabiskan oleh Ara dalam jangka waktu satu jam. Ketika ia ingin menambah peluru lagi untuk bermain sang pelatih menghampiri Ara dan berkata.
" Enough. There's someone to meet you " ucap pelatih nya sambil menunjuk Dev menggunakan mata nya.
Karena Ara dan teman-teman nya sering pergi ke tempat itu membuat pelatih nya tahu hubungan Ara dan Dev dan ia juga yang menghubungi Dev tentang keberadaan Ara setelah melihat kondisi Ara ketika menembak tadi.
" Thanks... Coach " ujar Dev yang mendekat. Ara melihat ke arah lain tak ingin melihat mata Dev.
" Pergi sama aku terserah kamu mau kemana. But... Stay wih me " ujar Dev sangat lembut terdengar di telinga Ara.
" Selain lo siapa lagi yang tahu keberadaan gue? "
" Just me "
" Liar " sambung Ara langsung.
" I swear. Just me babe " Ara menghela nafas berat. Dari nada suara serta tatapan Dev bahkan kalimat nya cukup meyakinkan Ara.
" Lo mau temenin kemana pun gue pergi? " Tanya Ara kali ini menatap mata Dev.
" Ya. Kemana pun " jawab Dev yakin dan membalas tatapan Ara.
" Oke... Gue mau ke bandung naik kereta sekarang juga " Dev mengerjapkan mata nya terkejut dengan permintaan Ara.
Ia bingung apakah itu jawaban random di fikiran Ara atau sesuatu yang sudah terfikirkan sejak tadi? Masalah nya mereka sama sekali tidak mempersiapkan apapun.
Dev hanya membawa dompet yang berisikan ATM serta ponsel dan mobil di parkiran.
" One... Two... You have six second Mister "ucap Ara.
" Oke... Oke... Deal "
" Reserv the ticket and a resort or hotel? Now " ucap Ara lagi menyerahkan peralatan yang tadi ia gunakan saat latihan menembak.
Karena di desak Dev pun langsung memesan tiket kereta api dan dua kamar untuk mereka di Bandung. Sambil menunggu Dev memesan semuanya Ara menghabiskan minuman soda dengan beberapa kali tegukan.
" Argh... You got it ? " Ucapnya merasakan tajam nya soda dari minuman tersebut.
" Y... Yeah, but... Kita belum mempersiapkan apa-apa Ra "
" You bring your wallet? " Dev mengangguk.
" And i have mobile bank. That's enough oke... Calm down " ujar Ara menepuk pundak Dev pelan lalu berjalan keluar arena.
" Tapi mobil kita gimana? "
" Telfon supir rumah atau derek mobil untuk ambil mobil kita di stasiun. Kita naik dari stasiun gambir? "
" I... Iya " jawab Dev masih shock dengan ke random-an sikap kekasih nya.
" Yaudah, ayo kita ketemu disana "
Ara menutup pintu mobil dan membiarkan Dev yang masih mematung berusaha memahami situasi yang ia alami. Jantung nya masih sangat terkejut.
Tapi seperti yang ia katakan tadi. Kemana Ara pergi ia akan ikut dan apapun yang Ara inginkan itu lah jawaban nya.
Sampai di stasiun, Ara mampir ke minimarket ditemani Dev untuk membeli sedikit perbekalan. Setelah itu 5 menit menunggu kereta mereka datang dan perjalanan mereka ke Bandung dimulai.
Untuk masalah mobil sudah di tangani oleh masing-masing supir pribadi mereka. Tempat duduk Ara dan Dev saat ini bersebelahan. Ara duduk di dekat jendela.
" Kamu gak mau kabarin orang rumah? " Tanya Dev dengan suara yang lembut.
" Nanti aja " jawab Ara sedikit ketus lalu melihat keluar jendela lagi.
Dev yang khawatir keluarga Ara cemas segera memberi kabar Topan melalui chat. Dan setelah itu tangan nya meraih tangan Ara untuk di genggam.
" Eh? "
" Aku mau tidur dulu Ra, boleh? " Ekspresi dan nada suara Dev layaknya seorang anak kecil yang minta sesuatu kepada ibunya.
" Ya boleh lah "
Dev yang merasa tubuh nya terasa lemas memutuskan untuk tidur agar sampai di Bandung ia bisa menemani Ara dengan tenaga yang penuh.
Ketika Dev tidur Ara memakaikan selimut yang diberikan oleh pramugari kereta kepada Dev lalu mengelus rambut blonde yang halus itu dengan lembut.
Orang-orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka berdua adalah seorang turis karena penampilan keduanya bukan seperti orang lokal.
Makan siang pun disediakan, Ara membangunkan Dev perlahan. Saat itu Ara belum sadar jika suhu tubuh Dev sedikit hangat.
" Dev... Makan dulu bangun " Ara membangunkan Dev dengan perlahan sampai kekasih nya itu terbangun.
Dev merenggangkan otot-otot nya sebelum membuka mata.
" Kenapa Ra? "
" Makan dulu "
Dev terlihat bingung dengan selimut yang ada di hadapan nya. Lalu melirik Ara sambil tersenyum simpul dan melipat kembali selimut itu.
Kedua nya makan siang dengan menonton tv yang ada di dalam kereta. Di sela-sela makan siang mereka, keduanya saling mengobrol.
Mengobrol hal biasa namun membuat keduanya tertawa. Meskipun Ara dan Dev sering bertemu di sekolah namun mereka tidak selalu bertemu di luar sekolah.
Dari awal hubungan, Ara sudah mengatakan bahwa tidak selalu 24/7 adalah tentang mereka berdua saja. Tidak harus selalu bertemu dalam beberapa menit kedepan atau selalu pergi bersama berdua.
Ara memberikan ruang untuk hubungan mereka. Karena Ara tahu sebelum resmi menjadi suami istri mereka pasti memiliki urusan atau masalah masing-masing yang memang tidak harus dilakukan berdua.
Ara tidak mau karena ada nya hubungan ini ia atau Dev merasa hubungan tersebut justru menjadi penjara tersendiri untuk kedua nya.
Ara juga bukan tipe perempuan yang mudah cemburu apabila Dev berbicara dengan perempuan lain atau Dev tertawa dengan perempuan lain.
Tapi Ara tahu siapa perempuan yang berbahaya untuk hubungan nya dengan Dev. Perempuan-perempuan itu yang akan ia jauhi dari Dev bahkan wajib di cemburui.
Pukul 5 sore mereka sampai di stasiun Bandung. Dan langsung pergi ke pusat perbelanjaan terdekat untuk membeli pakaian. Seperti yang kalian tahu mereka hanya membawa pakaian yang saat ini mereka pakai.
" Dev beli baju couple yuk " ajak Ara yang terlihat bahagia. Sejak tadi tangan nya selalu menggandeng Dev.
" Ya... Boleh terserah kamu "
Ara masuk ke satu toko dan melihat-lihat pilihan pertama ada pada pakaian berwarna senada berwarna putih.
" Lo coba ini gue yang ini " Ara memberikan semacam kaos berwarna putih kepada Dev.
Sebenarnya baju yang Ara berikan tidak masalah bagi Dev namun yang membuatnya menolak adalah karena pakaian yang Ara pilih untuk dirinya sendiri.
" Itu crop top Ra " Ara mengangguk.
" Iya "
" Cari yang lain " jawab nya dan langsung sisi dingin dari seorang Dev keluar.
" Ish! Kok cari yang lain sih Dev? Ini kan bagus " Dev berbalik lalu menjawab keluhan Ara dengan tatapan nya yang mematikan.
Dengan menggerutu Ara mencari pakaian lagi dengan warna senada.
" Nah, ini! " Dev melihat dua pakaian yang ada di tangan Ara.
" Baju untuk aku accept, tapi... Ara... Ini kenapa baju nya gak ada lengan nya? " Protes Dev lagi membuat Ara kesal.
" Ini ada Dev, masa gak ada "
Pakaian yang Ara ambil adalah pakaian dengan model tangan buntung sehingga menunjukkan lengan mulusnya dan baju itu terlihat press ketika di pakai.
" Itu mah bukan lengan Ra, tapi cerobong udara " Ara menunjukkan ekspresi jengkel nya.
Terlihat bahwa Dev tak ingin melihat Ara memakai pakaian itu karena terlalu mengekspos bagian tubuh nya. Tapi padahal biasanya juga style Ara tidak jauh dari beberapa pakaian yang ia pilih tadi.
" Argh! Terserah deh! " Ucap Ara merajuk.
" Yaudah aku aja yang pilihin baju "
Dev menggandeng tangan Ara dengan sangat erat menuju satu pakaian yang sejak tadi sudah menjadi targetnya apabila Ara memilih pakaian yang kurang bahan seperti tadi.