Chereads / Devara / Chapter 15 - She's have a reasons

Chapter 15 - She's have a reasons

" Data perusahaan yang ada di Canada bocor. Tim yang dikerahkan untuk menangani kasus ini mencurigai satu oknum yang pernah menjadi teman aku saat SMP di Swiss. Dan untuk memudahkan pencarian Papa minta aku ikut serta dalam kasus ini.

Dan untuk beberapa waktu kedepan Papa juga minta aku untuk memeriksa kembali semua keamanan data perusahaan. Karena takut ada orang dalam ikut menutupi masalah ini "

"  Periksa semua keamanan data perusahaan itu gak sebentar Dev. Kenapa Papa kamu gak pakai orang untuk mengerjakan nya? Kamu masih seorang siswa loh, kamu ada tanggung jawab lain. Sekarang aku tanya berapa lama waktu yang kamu butuh kan untuk menyelesaikan ini semua? Hm?

Memanfaatkan libur semester? No... That's not enough untuk menyelesaikan tugas itu. Dan aku yakin kamu gak akan mengerjakan itu disini kan? Kemana kamu pergi? "

" Canada... Of course "

" Great... Yeah "

" Ra. Aku cuma pergi sebentar, aku pasti balik ke Indonesia aku janji "

" Yeah, same like 4 years ago you said that. But the fact... You come back after 4 years, ninggalin aku tanpa kasih kabar apapun. Saat itu aku masih kasih kamu kesempatan, aku lupakan semua kejadian itu dan menerima kamu.

Tapi kalau ini terulang lagi. Gak ada kesempatan lagi Dev, kalau lo gak balik dalam waktu 20 hari gue balikin cincin pertunangan nya "

Dev mengusap wajahnya kasar. Makan malam yang di impikan akan berjalan romantis dan hangat berubah menjadi kacau.

" Gua mau balik " Ara berjalan begitu saja meninggalkan barang-barang yang Dev kasih.

" Ra "

Dev langsung menyusul langkah Ara dengan membawa kedua barang tersebut.

" Ra, aku antar " Dev memegang tangan Ara agar berhenti. Ara tak menjawab ia menepis tangan Dev dengan wajah marah.

" Ra... " Wajah Dev seperti memohon dan ia kembali memegang tangan Ara mencegahnya pergi.

" Yaudah lo boleh anter gue tapi don't touch me! " Jawab nya kesal lalu berjalan lebih dulu di depan Dev.

Di sepanjang jalan orang-orang yang berlawanan arah dengan Ara memperhatikannya karena ekspresi wajahnya. Karena feeling nya kuat Ara menoleh membalas tatapan orang yang menatap nya.

" Kenapa lo ngeliatin gua begitu? Ada masalah? " Ujar Ara tiba-tiba menghampiri seorang laki-laki yang memperhatikannya dari tadi.

" Enggak mbak.. "

" Ra... Udah ayo " Dev memisahkan laki-laki itu dengan Ara. Tatapan matanya benar-benar sangat menyeramkan.

Di dalam mobil tidak ada yang bersuara sedikitpun. Ara terus membuang pandangan nya ke luar jendela.

Sampailah dirumah Shera. Ara keluar mobil dan tidak bersuara sama sekali. Ia berjalan tanpa menoleh. Dev memukul stir mobilnya kesal.

" Eh udah pulang? " Tanya Shera ketika Ara masuk rumah. Bukannya menjawab Ara berlalu begitu saja seolah-olah tak melihat Shera dan Topan.

" Lah, tuh anak kenapa? " Gumam Topan. Lalu datanglah Dev yang membawa paper bag dan buket bunga.

" Dev? " Shera bangun dari duduk nya.

" Malam tan, bang Topan. Saya titip ini untuk Ara " ucap Dev memberikan kedua barang itu. Topan bangun dari duduk nya dan menghampiri Dev.

" Lagi ada masalah ya? " Tanya Topan. Dengan lesu Dev tersenyum dan mengangguk.

" Sabar... 3 hari lagi udah balik lagi dia " ucap Topan memberi semangat Dev.

" Yaudah kalau gitu saya pulang dulu "

" Iya, hati-hati Dev "

Di balkon kamar Ara membiarkan angin malam menyapu kulit lengan nya yang mulus. Ia sudah meminum dua kaleng minuman soda tanpa jeda yang membuat tenggorokan nya terasa sakit.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

" Ra... " Panggil Topan tak ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu juga tidak ada respon. Ketika ingin mengetuk pintu untuk ketiga kali Topan urungkan niatnya. Mungkin Ara hanya ingin menenangkan diri dulu untuk saat ini. Topan pun pergi dari depan kamar Ara.

Di saat bibir nya yang bungkam air mata yang jatuh dari kedua mata Ara tidak bisa membohongi perasaan nya. Pagi hari nya masih dengan perasaan yang sama seperti semalam Ara ikut sarapan dengan Shera dan Topan dengan wajah datar.

Biasanya dia yang ribut di meja makan apalagi saat ini ada Topan yang selalu ribut tak kenal waktu sekarang hanya diam.

Ketika sedang menghabiskan minum nya tiba-tiba terdengar suara tak asing bagi mereka.

" Selamat pagi "

Dev datang untuk menjemput Ara seperti biasa.

" Eh? Dev, sudah sampai. Udah sarapan? " Tanya Shera.

" Udah tan " Ara memakai topi dan ranselnya. Lalu berpamitan dengan Shera dan juga Topan.

" Aku berangkat " Ara melangkah dan melewati Dev tanpa menoleh.

" Kalau gitu saya permisi "

Dev pun keluar dan melihat Ara yang sudah masuk kedalam mobil. Berulang kali Dev menghela nafas jika begini ia tak yakin dalam waktu 3 hari Ara tidak marah lagi kepadanya.

" Malam ini bunda ajak kamu, tante Shera dan bang Arfan makan malam. Karena besok aku, bunda dan Rara pergi ke Canada "

Deg!

Apa ini? Kenapa mendadak sekali. Baru semalam Dev membicarakan itu dan ingin langsung pergi? Ara menahan rasa marah serta sedih nya dengan mengepal  erat kedua tangan nya.

" Aku harap kamu datang "

Tak ada jawaban apapun dari Ara. Ia pun tidak melihat Dev sama sekali pagi itu, terus mengalihkan pandangan nya bahkan sampai turun dari mobil.

Seperti semalam tidak bersuara dan tidak menoleh. Sesampainya di kelas Ara langsung memakai headset dan menenggelamkan kepalanya di kedua lipatan tangan di atas meja.

Iki, Danish serta Gavin yang terkejut dengan kedatangan dan sikap Ara seperti itu saling pandang. Ketika Danish ingin menepuk pundak Ara, Iki larang dan menggeleng.

" Something bad " ucap Iki pelan.

Akhirnya mereka pun pura-pura tidak tau dan bersikap biasa saja memberikan waktu sendiri untuk Ara. Ketika ada guru masuk Iki langsung membangunkan Ara.

Tidak hanya Ara yang raga nya ada di dalam ruangan tapi pikirannya tidak. Dev pun sama, di ruang OSIS ia terlihat murung. Aldan yang mengerti ekspresi sahabat nya langsung mengajak Dev keluar sebentar.

" Dev, ikut gua ke minimarket bentar "

Dev yang tak fokus saat itu hanya mengiyakan dan mereka keluar dari ruang OSIS. Bukan nya ke minimarket Aldan malah membawa Dev ke lapangan basket yang tak ada siapapun disana selain mereka.

" Loh, katanya mau ke minimarket? "

" Jujur sama gua lu ada masalah apa? Masalah sama Ara? Tadi pagi gua liat ekspresi Ara beda setelah turun dari mobil lo "

" Argh... " Dev menundukkan kepala nya sejenak.

" Apa ini karna data perusahaan bokap lo bocor? " Tebak Aldan tepat sasaran.

" Kok lo tau? "

" Bokap bahas itu tadi pagi. Jadi... Bener? " Dev mengangguk.

" Terus apa hubungan nya sama hubungan kalian? "

" Gue harus ke Canada besok "

" What?! " Pekik Aldan sama kagetnya seperti Ara.

" Are you kidding me? " Dev menggeleng sekali lagi. Ia menceritakan alasan kenapa ia harus ke Canada kepada Aldan.

" Gue gak tau pasti yang buat dia marah banget sama gue karena apa. Tapi kalo misalkan hanya karena kepergian gue itu... Berlebihan Al. Gue tau Ara selalu kasih ruang ke gue bahkan di awal tahun ini pun gue pergi untuk bantu bisnis bokap gue dan dia gak mempersoalkan itu. Tapi kali ini... "

" You want to know? " Suara mengejutkan itu membuat Aldan dan Dev berbalik. Mereka melihat Ara yang berdiri dihadapan mereka saat itu juga.

" Karena gue tau lo capek Dev. Gue larang karena gue perduli sama lo! Udah terlalu banyak tanggung jawab di pundak lo. Gue tanya sekarang, ikhlas lo jalanin tugas ini hm? Ikhlas ninggalin tanggung jawab lo sebagai ketua OSIS? Ini yang hati lo inginkan? "

Dev tidak langsung menjawab.

" Jawab gua!! "

" Itu takdir bagi pewaris utama Ra. Papa ngelakuin ini agar aku belajar "

" Takdir sama nasib beda Dev. Lo bisa ubah apa yang gak lo suka, dan apa yang papa lo bilang itu cuma alasan yang secara gak langsung nyiksa anak nya sendiri!

Gua tau apa yang lo mau, gue tau lo capek tapi lo selalu terima permintaan bokap lo. Sadar... Lo bukan robot lo bisa atur sendiri kehidupan lo pilih yang lo mau. Jujur sama hati lo sendiri, gue gak mau apa yang terjadi sama bang Rey terulang sama lo  "

Ara mengucapkan itu penuh dengan emosional. Matanya memerah bahkan meneteskan air mata.

" Ra! Ara! " Dev mengejar Ara yang pergi dan mengarah ke gerbang depan. Ia tak membawa ransel nya hanya membawa ponsel dan dompet di kantong jaketnya.

" Eh? Mau kemana dek Ara? " Cegat satpam. Ara mengangkat pandangan nya dengan mata yang masih merah dan berkata.

" Bukan urusan anda " jawabnya penuh penekanan lalu berlari keluar sekolah. Dev yang hendak keluar pagar pun di cegat oleh satpam.

" Loh, ini den Dev mau kemana? "

" Itu pak saya mau kejar Ara... "

" Aduh... Maaf mas saya udah kebobolan satu kali masa harus kedua kalinya nanti kepala sekolah marah. Mas Dev masuk kedalam lagi aja ya " ucap satpam itu dengan wajah memelas.

" Argh... " Dev menarik rambutnya frustasi. Ara pergi dalam keadaan marah dan ia takut sesuatu terjadi pada gadis itu.

Ia kembali masuk kedalam sekolah dan menelfon Topan untuk membantunya mencari Ara.