Sejak pagi hari sampai jam makan siang Ara tidak melihat Dev dimana-mana. Mungkin ini saat nya Dev sibuk dengan organisasinya.
" Ra, nanti malem mau temenin gue nongkrong di cafe gak? Berdua aja, gue mau bahas sesuatu " ucap Efa ketika mereka berjalan di koridor menuju kelas masing-masing.
" Boleh, mau di cafe mana? Di tempat biasa? "
" Jangan. Di tempat lain aja nanti gue kasih tau " Ara mengangguk paham.
Di tengah pelajaran terakhir seseorang mengetuk pintu kelas.
" Masuk "
Mata Ara tertuju pada pintu penasaran siapa yang datang. Dan ternyata... Dev. Senyuman tipis langsung terukir di wajahnya.
" Dev, ada apa? "
" Maaf pak, saya bawa undangan dari kelas 12 untuk partisipasi kelas 11 "
" Oh, untuk pengisi acara ya? "
" Betul pak "
" Ya silahkan "
Dev dengan almamater nya berdiri dengan tegap di depan kelas. Matanya melirik Ara dan tersenyum sebentar sebelum menyampaikan undangan tersebut.
" Selamat siang, teman-teman saya disini membawakan undangan dari kelas 12 untuk partisipasi teman-teman semua. Saya akan membacakan keseluruhan isi surat tanpa mengubah atau menambahkan kata apapun "
" Emang bijaksana yaa laki lu " goda Gavin di telinga Ara.
" Salam persahabatan, adik-adik semua. Kami kelas 12 yang akan mengadakan acara kelulusan beberapa minggu lagi mengundang adik-adik untuk ikut berpartisipasi dalam kebahagiaan kami.
Dengan penuh harapan adik-adik yang nama nya tertulis bersedia untuk berbahagia bersama kami di acara kelulusan. Dengan ini kami meminta :
- Niko Andara
- Danish Sambara Zayyan Volker
- Rifki Taqi
- Adeline Bara
- Nathaniel Siregar
- Viola Prameswari
Dengan senang hati dan bersedia memenuhi undangan kami. Terimakasih " .
Ara langsung tersenyum miring.
" Nama kita kok gak ada Ra? " Tanya Gavin.
" Lu tau sendiri siapa nyonya di angkatan atas? " Jawab Ara.
" Clara? " Ara mengangguk.
Nama-nama yang dipilih memang berdasarkan hasil diskusi kelas 12. Tidak ada campur tangan guru maupun kepala sekolah.
Dan mereka yang mendapati undangan itu selain menghadiri pesta juga mengisi acara. Entah sebagai pengiring musik, atau menampilkan pertunjukan lainnya.
Dan di setiap tahun pemegang tahta terkuat di alat musik adalah Ara And Geng. Tapi berdasarkan kejadian beberapa waktu lalu Ara berfikir Clara masih menyimpan dendam kepadanya bahkan ke Gavin.
" Setelah pulang sekolah bisa berkumpul di ruang OSIS lebih dulu untuk mendapatkan undangan nya dan diskusi sedikit "
" Siap!! KETOS "
" Kalau begitu saya permisi pak "
" Ya, ya terimakasih Dev "
Sebelum keluar ruangan Dev melirik Ara sekali lagi yang terlihat bete dan memfokuskan pandangan nya ke pulpen yang ia genggam.
" Argh... Udah lah gak penting juga dateng ke acara nenek lampir itu " gumam Ara sedikit kesal.
Seperti yang Dev katakan di kelas tadi akan ada diskusi sebentar di ruang OSIS yang otomatis mereka tidak bisa pulang bersama. Alhasil Ara pulang bersama Gavin.
Di perjalanan ketika Gavin sedang menyetir dengan tenang tiba-tiba ada mobil yang muncul tiba-tiba disamping nya dan seperti ingin memepet mobil Gavin.
" Anjing... Apaan nih " gumam Gavin.
Mobil disebelah nya terlihat ingin mencari masalah dengan mereka. Menghalangi jalan nya dan terus memepet. Karena sudah keterlaluan Ara memotret mobil tersebut sampai plat mobil nya terlihat.
" Kejar Vin! " Ucap Ara ketika mobil tersebut kabur. Gavin yang merasa kesal pun menancap gas menyusul mobil tersebut.
Tin! Tin!
Gavin terus membunyikan klakson nya agar mobil itu berhenti namun tidak berhenti juga.
" Pepet Vin, kalo perlu tabrak aja " celetuk Ara sudah sangat kesal.
Gavin terus menambah kecepatan nya sampai selaras dengan mobil itu dan melakukan hal yang sama seperti yang tadi dilakukan kepadanya.
" Di depan kosong langsung kunci aja " celetuk Ara.
Maksud nya kunci adalah Gavin berhenti di depan mobil tersebut agar berhenti. Berhasil memberhentikan mobil tersebut Ara dan Gavin langsung keluar dari mobil.
Sedangkan pengendara mobil tersebut hanya menurunkan kaca mobil nya lalu bertanya dengan wajah santai.
" Turun lo " perintah Ara baik-baik.
" Ada apa? Anda minta saya turun? Ada keperluan apa? "
" Ngeyel nyet! "
Tanpa aba-aba Ara langsung mengambil kunci mobil tersebut dan membuka kunci mobil dari dalam.
" Keluar! " Ara menarik baju yang digunakan pengendara tersebut.
" Eh? Jangan main hakim sendiri dong "
" Eh! Lo bodoh atau gimana sih?! Jelas-jelas tadi mau nyerempet mobil gua. Maksud lo apa? " Kini Gavin angkat bicara.
" Gak ada maksud apa-apa saya cuma nyalip karena kalian lama. Lagian anak sekolah udah bawa mobil aja "
Sudah tak bisa menahan emosinya Ara menampar pipi pengemudi tersebut.
" Gak usah bohong jing! Temen gua nyetir udah di batas kecepatan jalan raya. Emang lo aja yang cari masalah! "
Perkelahian mereka di pinggir jalan menarik perhatian orang sehingga berkumpul di dekat mereka.
" Temen gua juga udah punya SIM, Gak usah banyak bacot! Bilang kenapa lo mau nyerempet mobil kita! Kalo gak gua bawa lo ke kantor polisi "
" Eh! Gak usah bawa-bawa polisi! "
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat di pipi orang tersebut ketika berteriak kepada Ara. Tapi bedanya tamparan itu berasal dari Gavin.
" Mobil gue punya kamera ya. Gua punya bukti apa yang lo lakuin tadi. Sekarang gini deh, lo ngaku kesalahan lo atau gua bawa lo ke kantor polisi? " Ancaman dari Gavin begitu kuat.
" I... Iya mas, mbak. Sa... Saya minta maaf, tadi saya cuma tes drive aja "
" Gila ya lo! Ngetes drive di jalanan gede, bahayain pengendara lain tau gak lo! Kalau mau balapan di sirkuit ada tempatnya bukan di jalanan! " Ucap Ara sedikit keras.
" I... Iya mas, mbak maaf sekali lagi "
Warga yang menonton keributan mereka pun bersorak.
" Huuu!!! Ugal-ugalan "
" Sekali lagi gua liat lu, gak ada nasib baik ya " ucap Ara penuh penekanan.
Setelah pengakuan itu Ara dan Gavin masuk ke dalam mobil lagi.
" Huft... Masih ada aja orang kaya gitu " gumam Ara.
Saat sampai dirumah Ara memanggil nama tante nya namun tidak ada jawaban. Lalu memanggil nama abang sepupu nya juga tidak ada jawaban.
" Bi "
" Ya non? "
" Tante Shera sama bang Topan kemana? "
" Tadi sih pamit beli sembako non "
" Dari kapan? "
" Em... Kaya nya baru dua jam lalu "
" Oh yaudah makasih ya Bi "
" Sama-sama, non "
Ara pun langsung pergi ke kamarnya untuk mandi sebelum pergi bersama Efa. Selesai mandi Ara cek ponsel apakah Efa sudah mengirimkan alamat cafe yang akan mereka kunjungi.
" Ini deket apartement bang Topan dulu " gumam nya setelah mendapat alamat.
Ia pun segera bersiap-siap menuju ruang pakaian nya. Ketika sedang memilih-milih baju ponsel nya berdering.
" Dev? Hallo? "
" Ra, udah pulang? "
" Udah dirumah gue. Urusan lo gimana? "
" Baru selesai. Nanti malam mau jalan gak? "
" Boleh. Tapi gue mau keluar dulu sama Efa berdua "
" Oh... Kemana? "
" Ke cafe doang sih ngobrol sesama perempuan "
" Yaudah, nanti kalau udah selesai sama Efa kabarin ya nanti aku jemput "
" Oke "
" Eh iya. Dandan nya jangan cantik-cantik nanti dilirik buaya "
Ara terkekeh.
" Mau dandan kaya gimana juga emang gue nya udah cantik "
" Oh iya ya. Tunangan aku kan emang udah cantik, hehehe. Yaudah aku mau istirahat dulu sebentar "
" Sip. Nanti gue kabarin lagi, dah "
" Bye honey "
Sambungan telfon pun terputus dan Ara kembali fokus dengan penampilannya. Pilihannya kali ini adalah rok hitam panjang, dengan pakaian crop top putih tanpa lengan dengan motif pohon-pohon summer tidak terlalu besar lalu di tambahkan cardigan crop top juga berwarna putih.
Sepatu putih model high-top serta tas hitam dengan sebagian tali tas berbentuk rantai.

Setelah pakaian nya rapih ia mengikat rambutnya ke atas dan menyisakan anak rambut sebagai pemanis. Sambil merias wajahnya Ara menelfon mang Abay.
" Mang "
" Ya non? "
" Tolong siapin mobil anter saya ke alamat yang saya kirim ya "
" Baik, non "
" 10 menit lagi saya turun "
" Siap, non "
Sambungan telfon pun terputus. Setelah penampilannya benar-benar rapih Ara kembali bercermin melihat keseluruhan penampilannya hari itu dan berdecak kagum dengan pilihannya.
Tak lupa ia juga memberi kabar kepada Shera kalau ia ingin pergi keluar. Jam 7 malam Ara berangkat menuju tempat yang di tuju. Efa baru memberi kabar kalau ia sudah menunggu disana. Dan perjalanan dari rumah ke cafe tersebut sekitar 30 menit.