" Ra, remed mtk udah ngerjain belum? " Tanya Niko ketua kelas.
" Belum. Besok gue pastiin selesai "
" Oke... Besok hari terakhir "
Ara menghela nafas berat.
" Dan, mtk gimana? "
" Gue minta bantuan kakak sepupu gue. Mau join? " Ara menggeleng.
" Gak deh "
Mereka bersama-sama menuju parkiran untuk pulang. Seperti biasa Ara pulang bersama Dev. Di dalam mobil Ara memikirkam cara bagaimana bicara dengan Dev untuk meminta bantuan menyelesaikan tugas remed mtk.
" Jangan di gigitin terus nanti luka " Dev tiba-tiba bersuara dan menjauhkan jempol Ara yang sejak tadi kukuk nya ia gigiti sendiri.
" Ada apa? Kaya cemas gitu? "
" Eum... Abis ini lo ada acara? "
" Enggak kenapa? "
" Bantu gue bikin remed " jawab Ara dalam satu kali tarikan nafas.
Selama hubungan nya dengan Dev ia tak pernah memanfaatkan kepintaran Dev untuk kepentingan pribadinya. Termasuk membantu dalam hal menyelesaikan tugas.
" Remed? Remed apa? " Dengan ragu Ara menjawab.
" Matematika " Dev terkekeh kecil.
" Soalnya susah banget ya? Kamu gak pernah minta bantuan aku kaya gini sebelumnya "
" Gua selalu remed di setiap ulangan anjir... Tapi ya kali gua bilang-bilang ke lu " batin Ara.
" I... Ya, jadi mau gak bantuin? "
" Iya... Aku bantu. Mau ngerjain dimana? "
" Di cafe biasa aja "
" Siap... Nyonya "
Dev langsung putar balik menuju cafe langganan mereka. Kedatangan mereka disambut oleh beberapa pegawai yang melihat.
" Kamu mau pesan apa? "
" Hazelnut latte sama cheese cake "
" Got it "
Ara langsung mengeluarkan alat tulisnya dan membaca sekilas soal matematika yang diberikan gurunya dari ponsel.
" Argh... Nih soal punya jimat atau apa sih? Belum apa-apa kepala gua udah pusing " gumam nya langsung meletakkan ponsel di atas meja.
Ara melihat suasana cafe yang ramai. Senyuman kecil muncul dari bibirnya.
" Your cake and coffee miss... " Ucap Dev.
" Makasih... "
Ara meminum sedikit minuman nya dan memakan setengah kuenya.
" Jadi... Mana soalnya? " Ara memberikan foto berisikan soal kepada Dev yang ada di ponselnya.
" Hmm... Oke... Ayo mulai " Ara mengangguk siap.
Di awal pengerjaan mereka berdua tenang Ara mengikuti apa yang Dev bilang. Tapi di pertengahan pengerjaan Ara mulai frustasi dan mengomel.
" Aish! "
10 menit kemudian
" Gak gini Dev! "
30 menit kemudian
" Argh... Kasih tau aja berapa hasil nya? "
1 jam kemudian
" Udah deh capek gue "
" Ih capek baru 2 soal Ra masih 3 soal lagi "
" Ah udah, udah bisa mati duduk gue kalo gini "
" Sssttt! Gak boleh ngomong gitu "
Ara pun merengekek seperti anak kecil.
" Huwaaa... Gak mau lo aja yang ngerjain ya gue bener-bener tertekan Dev... Please.. " Ara memohon-mohon dengan eskpresi sesedih mungkin agar Dev takluk tapi sia-sia.
" Ayo... Kerjain lagi waktunya tinggal besok kan "
" Gak mau! " Ara membuang wajahnya dengan melipat kedua tangan nya di depan dada sambil menggembungkan pipi nya.
Dev mengigit bibir bawahnya sendiri melihat ke gemasan ini langsung di hadapannya.
" Nanti aku beliin hadiah " seketika mata Ara langsung melirik Dev.
" Ice cream? Sorry gak tertarik "
" Bukan ice cream "
" Terus? Kue? Cemilan? Sorry gak tertarik juga "
Hilang sudah tembok pertahanan Dev melihat kegemasan ini. Ia tertawa lalu mencubit pipi Ara.
" Kamu udah besar kok bisa masih gemesin sih?? "
" Ish! Jangan cubit-cubit ya! " Dev terkekeh sekali lagi.
" Yaudah kita kerjain lagi nanti aku kasih hadiah spesial "
" Bener? Gue gak mau makanan atau minuman loh... "
" Iya... " Jawab Dev mengelus rambut Ara.
Akhirnya mereka kembali fokus mengerjakan soal mematikan itu. Selama beberapa jam di cafe akhirnya Ara menyelesaikan semua soal matematika dan mereka menuju jalan pulang.
Tengkuk serta punggung Ara terasa sangat pegal karena terus menunduk mengerjakan soal.
" Ra "
" Hmm "
" Mulai besok aku sibuk urus kelulusan kelas 12 sama beberapa guru "
" Hmm. Acara nya dimana? "
" PraVa hotel "
" Kenapa harus disitu? Tradition? "
" Ya "
Hotel PraVa adalah salah satu hotel milik salah satu pendiri sekaligus pemilik sekolah Pramah. Sudah beberapa tahun ini kelulusan kelas 12 di adakan di hotel mewah tersebut.
Setiba nya Ara dirumah ia melihat mobil Topan terparkir.
" Tumben bang Topan pulang di hari biasa " celetuk Dev.
" Iya ya. Yaudah gue masuk ya hati-hati kabarin kalau udah sampe rumah " Dev mengangguk lalu pergi dari rumah tersebut.
" I'm home!!! " Teriak Ara memecah keheningan rumah.
" Wei... Sista gue udah balik!! " Sambut Topan heboh. Ara langsung berlari dan memeluk Topan.
" Lu di DO ya maka nya balik sekarang? " Baru saja berpelukan beberapa detik lalu Ara sudah membuat percikan api.
" Sembarangan lu kalo ngomong. Gue udah libur dong... Bwleee emang enak belum libur? "
" Dih... Bentar lagi gua juga libur bwlee jangan sombong dulu jadi manusia maka nya "
" Tapi gue liburnya lama lu cuma dua minggu palingan "
" Ya bodo amat! Mending libur dua minggu tapi gak tersiksa. Nah elu harus lewatin 6 bulan non-stop kuliah tanpa libur setelah itu dapet libur cuma setengah nya jhaaa " ledek Ara lagi membuat Topan bungkam.
" Kalian tuh ya kalo gak saling ejek gak pernah puas ya rasanya " celetuk Shera datang membawa cemilan malam.
" Nih anak laki-laki nya tante mulutnya lemes " Topan melotot lalu melempar bungkus permen.
" Gaya lu tu kaya laki-laki "
" Ye.. masalah buat lo? Masih mending gua lah masih keren nah elu? " Topan ingin melempar bantal ke arah Ara namun ditahan Shera.
" Eits... Udah dong, Ara baru pulang kamu juga baru pulang kerumah yang baik-baik aja lah "
" Ogah! " Jawab mereka berdua serempak. Di tengah obrolan mereka ponsel Ara berdering. Ara melihat dari siapa panggilan tersebut.
" Tan, aku ke kamar dulu ya mau bersih-bersih juga " Shera mengangguk.
" Tuh mih liat? Masa pamitan sama mami doang? "
" Sssttt... Kamu gak keliatan mungkin "
Ara mengangkat panggilan telfon setelah masuk kedalam kamar.
" Hallo? "
" Hai... Nice to hear your voice again. How are you? "
" Ya... I'm great "
" Sorry, gue baru telfon sekarang "
" Ya... It's okay, you have something to tell me? "
" Yeah, of course. Dan ini sedikit mendadak sebenarnya "
" What? "
" Bulan depan pertandingan untuk menuju The world racing segera dimulai. Ada masa penyaringan di setiap negara termasuk Indonesia dan lo harus ikut agar ke babak berikutnya "
" Wait... Kenapa tahun ini berbeda? Bukannya dulu masing-masing tim memiliki kuota ikut serta tanpa pemilihan? "
" That's right. Tapi karena ada beberapa investor baru mereka mengubah beberapa kebijakan dalam peraturan ini "
" Tapi bang, apa memungkinkan gue untuk tampil di depan umum? Mereka pasti butuh identitas gue kan. Dan lo tau gimana rencana kita sejak awal? "
" Yeah i know that's the problem. But, don't worry i have a solution. Gue akan ke jakarta minggu depan, untuk beberapa waktu ini lo fokus latihan dulu setelah gue ke jakarta kita bicarakan ini sama-sama. Deal? "
Ara menghela nafas berat.
" Oke.. deal "
" Great. See you in Jakarta"
Sambungan telfon terputus. Ara mengusap wajahnya secara kasar. Peperangan akan segera dimulai ia harus menyiapkan dirinya apapun harus dilakukan karena impian nya sudah ada di depan mata. Ralat! Bukan hanya impian nya melainkan impian dia dan juga kakak laki-laki nya. Rey.