Dari pos 1 sampai ke pos 3 kondisi Lily semakin memburuk. Ia merasa sudah lemas dan ingin menyelesaikan kegiatan ini dengan cepat.
" Argh! " Salah satu anggota kaki nya terkilir sampai terjatuh.
" Eh? Kenapa-kenapa? "
" Lu gak apa-apa? " Tanya Gavin.
" Aduh... Nyeri kak " ucap nya.
" Coba gua liat " Ara melihat posisi kaki anggota nya yang terjatuh lalu menekan di salah satu bagian pergelangan kakinya.
" Bagian ini sakit ya? "
" Aw! Iya kak "
" Hei!!! Kelompok yang disana cepet maju!!! " Mereka diteriaki oleh penjaga pos 3 dengan cahaya senter mereka ke arah kelompok Ara.
Kelompok Iki sudah berjalan lebih dulu jadi posisi nya mereka berada di barisan paling belakang.
" Coba bisa jalan gak? "
" Bi... Sa kak, gak apa-apa ayo "
Ara khawatir karena kondisi kelompok nya tidak baik lagi. Ia berharap tantangan di depan tidak perlu effort terlalu besar.
" Kalian ngapain tadi disana? Ngobrol? "
" Maaf kak, tadi ada yang tergelincir " jawab Gavin.
" Udah di bolehin pake senter sama bawa lilin masih aja gak liat jalan! "
" Anj... Bener-bener ya mereka setan! Gak ngerti kondisi orang " batin Ara.
" Ketua nya siapa nih? "
" Saya kak " Ara mengangkat tangan nya.
" Oh... Elu, gimana jadi ketua kelompok? Beban gak mereka semua? "
" Enggak kak. Kelompok kita team work " jawab nya singkat namun jelas.
" Ah masa? Yaudah deh gue coba kalo emang kompak. Sekarang jalan dari sini sampai ke pohon itu jalan jongkok "
" Intrupsi kak! Untuk anggota saya yang tergelincir kaki nya apa bisa tidak jalan jongkok? " Ucap Ara.
" Gak ada. Kegelincir doang, semua jalan jongkok seperti yang gua bilang tadi ayo! "
Mereka berdelapan mengambil posisi dan mulai berjalan jongkok secara perlahan.
" Damn! Gua tandain semua OSIS tahun ini. Gak pake perasaan banget " ia mengumpat dengan mata nya.
Sesekali Ara melirik ke belakang untuk mengecek anggota nya. Semua terlihat biasa saja namun tidak ada yang tahu jika mereka juga menahan rasa sakit.
" Selesai kak "
" Bagus.... Sekarang karena kita baik sama kalian minum dulu. Tenang ini gak bekas, ini baru kok "
Ara mengambil botol air mineral yang sangat ia curigai. Dan benar saja ketika ia meminum nya secara perlahan.
" Setan! Asin! " batin Ara.
Ia memberikan kepada rekannya. Dan mungkin mereka tidak tau jebakan apa yang ada di dalam sehingga hampir mengeluarkan kembali air itu dari mulut mereka.
" Jangan sampe di keluarin lagi ya. Itu niat baik kita kok. Oke, tugas dari kita yang terakhir adalah makan timun ini bareng-bareng sampe habis "
Fadil yang tak menyukai timun langsung merasa mual.
" Huek! " Ia kelepasan mual di depan penjaga pos.
" Eh, lu kenapa? Hamil? Hahaha "
" Maaf kak. S... Sa... Saya g.. gak bisa... "
" Gak bisa apaan? Ini LDK bro "
" Timun... Saya gak bisa makan "
" Lah. Gimana, kan harus nurut suka gak suka ya harus suka. Buka mulut lo "
Secara paksa Fadil di paksa untuk membuka mulutnya.
" Yah... Masa makan timun pake nangis sih? "
Merasa sudah keterlaluan Ara ingin menjauhkan tangan kotor itu dari wajah Fadil. Namun di dahului oleh Gavin.
" Maaf kak, saya kira ini terlalu berlebihan kalau udah menyangkut trauma "
" Lo mau kelompok lo dalam bahaya? " Mita bersuara.
" Biar saya yang makan timun nya gantiin Fadil " ucap Gavin lagi.
" Oh gitu? Boleh aja... "
Laki-laki itu menggantung perkataan nya lalu berbalik untuk mengambil sesuatu. Dan ternyata garam ia taruh dengan banyak di seluruh timun.
Mata Ara hampir keluar karena tidak menyangka.
" Nih. Habisin semua nya wakilin sekalian buat kelompok lo. Oh! Atau mau ketua nya aja? "
" Saya aja kak. Saya wakil ketua " ucap Gavin langsung mengambil timun itu. Dengan mengumpulkan keberanian ia pun menggigit timun itu.
" Asu... Asin bet... Asin. Kalo gua gak bawa mereka udah gua tabok ni muka mujaer " batin Gavin.
Untung timun yang diberikan timun kecil kalau tidak mungkin lidah Gavin menjadi kebal selama nya.
" Oke. Gue kasih stamp silahkan lanjut... "
Perjalanan dari pos 3 ke 4 cukup jauh. Ara menanyakan kondisi setiap anggota nya terutama Gavin.
" Lo gak apa-apa Vin? "
" Aman Ra "
" Gua gantiin di depan deh "
" Lo udah enakan? " Ara mengangguk.
Dan inilah pos terakhir penderitaan terakhir mereka. Namun dari kejauhan ketika melihat Clara, Ara sudah mencium bau tidak enak di pos terakhir.
Beberapa meter sebelum sampai di pos 4 keseimbangan Lily sudah goyah.
" Eh? Eh? Lo kuat gak Li? " Ara pun menoleh seketika.
" Lily kenapa? "
" Oleng kak "
" Li, mending lu nanti istirahat aja ya "
" Gak.. usah kak... Nanti... Kena hukuman "
" Gak... Gua yang bilang nanti "
Sampailah mereka di pos 4. Clara langsung menargetkan Ara. Ini kesempatan nya untuk mempermainkan Ara.
" Oke semuanya posisi siap! " Clara mengambil alih sejak awal.
" Hmm.. postur badan nya bagus-bagus. Coba gue tes "
Ia berjalan di belakang mereka dan tiba-tiba... Sengaja mendorong bagian belakang lutut sehingga membuat Fadil oleng.
" Hahaha! Lemah! "
" Argh! " Clara mendorong betis anggota yang kaki nya terkilir tadi. Karena kaki nya tidak kuat maka ia terjatuh.
Refleks Ara langsung membantu ia berdiri.
" Are you okey? " Tanya Ara. Ia pun mengangguk tapi dari sorotan matanya tidak.
" Eh! Siapa yang suruh keluar barisan? "
" Maaf kak. Kaki anggota saya terkilir "
" Kak?! Ya ampun... Ternyata bisa juga lo panggil kita kak? Kok sekarang jadi penurut banget sih Ra? "
" Saya hanya menjalankan tugas sebagai ketua kelompok "
Ara mengepalkan tangan nya menahan emosi.
" Wow... Bagus... Bertanggung jawab "
" Sekarang gua minta kalian push up dan squad jump sebanyak 10 kali "
" Maaf, intrupsi kak. Kalau boleh dua anggota saya yang kondisi nya gak baik tidak ikut dalam gerakan ini " ucap Ara tidak mau Lily dan satu anggota nya semakin tersiksa.
" Sakit? Bohong. Kalau sakit kenapa gak dari awal bilang jadi gak usah ikut jurit malam "
" Maaf kak tapi... "
" Cukup! Lo udah terlalu banyak omong. Sekarang lakuin aja atau gua gak kasih stamp ke kelompok kalian "
" Siap kak! " Jawab anggota nya.
Lagi-lagi Ara harus menahan emosi yang sudah menumpuk sejak tadi. Mereka sudah mengambil posisi masing-masing.
" Semua harus serempak kalau gak ulang lagi. Naik... Satu! "
Mungkin selama 15 detik mereka dibiarkan seperti itu. Samar Ara mendengar suara tawa dari Clara.
" Turun... ! "
" Shit! Kenapa sengaja di lamain sih" batin Ara.
Ara menoleh ke Lily dan Vivi yang terlihat menahan sakit di bagian kakinya.
" Naik... Dua "
Ketika ingin ketiga kalinya Lily ambruk pingsan di tempat. Seketika semua langsung berubah dari posisi nya.
" Li... Lily... " Ara menepuk pipi Lily pelan namun tak ada jawaban.
Dengan emosi yang sudah memuncak Ara berdiri dan menarik kerah almamater yang di pakai Clara.
" GUA BILANG APA! MEREKA GAK SEHAT! LU PUNYA OTAK GAK SIH HAH?!! " Bentak Ara tiba-tiba membuat mereka terkejut sekaligus membuat jantung Clara hampir copot.
" APA LO! TERIAK-TERIAK KE GUA! "
Anggota OSIS yang berasal dari pos sebelum nya segera menghampiri mereka ketika ingin berjalan kembali ke tempat camp mereka di atas.
" Kalian bisa bawa Lily? Gua disini tenangin Ara " ucap Gavin.
" Heh! Apaan nih! Lo tau gak lagi di posisi apa "
" Gua tau! Tapi gua liat dari awal tadi lo semua gak punya hati nurani! " Suara Ara yang tak disangka terdengar sampai ke camp mereka.
Beberapa orang yang mendengar pun langsung menghampiri TKP.
" Wah Ra lo cari masalah sama kita. Gak lulus lo LDK kali ini "
" BODO AMAT! LU juga GOBLOK! Ketua OSIS apaan lu hah?! Bisa lo liat orang sakit di siksa di suruh push up, di suruh squad jump? HATI SAMA FIKIRAN LO DIMANA NYET!! "
Ara mendorong ketua OSIS sampai tersungkur ke tanah. Anak-anak yang awal nya di camp mulai berkumpul termasuk beberapa dewan guru.
" Ada apa ini? " tanya kepala sekolah.
" Gak tau bu ni cewek kerasukan kali bu teriak-teriak " celetuk Clara semakin membuat Ara marah.
" LO YANG SETAN! Bisa-bisa nya lo membalikan fakta. Kalian fikir kalian berhak atas tubuh kita hah?! Kalian fikir kalian siapa? Orang tua mereka?!
Mereka MANUSIA. Kalian sebagai orang organisasi harusnya lebih tau dari GUA! Kalau nyawa mereka tanggung jawab kalian!
Jangan sok-sokan tegas. Sok-sokan galak cuma karena kalian panitia kegiatan ini! Harusnya kalian malu pake almamater sekolah! Ngaku jadi manusia tapi gak bisa memanusiakan orang lain !! "
Ara melempar kertas yang sudah berisikan stamp ke wajah Clara lalu pergi naik ke atas ke camp mereka. Ke delapan teman nya langsung mengejar Ara.
Ketika sampai di atas dan ditempat dimana Lily di rawat ia melihat satu sosok dengan seragam kebanggaan nya ada disana.
Deruan nafas terlihat jelas dada nya kembang-kempis. Melihat laki-laki itu berdiri dihadapan nya semakin membuat Ara marah.
Ara mengecek suhu tubuh Lily dan semakin panas.
" Kita bawa Lily kerumah sakit aja. Percuma disini panitia nya juga gak ada tindakan " celetuk Ara pedas membuat pembina OSIS merasa malu.
" Bawa pake apa kak gak mobil "
" Pakai mobil saya. Ayo " ucap laki-laki berseragam itu.
" Tunggu! " Cegah Ara.
" Bawa Vivi juga. Vin, lo temenin mereka biar gua yang selesain masalah disini "
" Tapi Ra... " Ara memberikan tatapan tajam dan Gavin tak bisa bicara apapun lagi.
Malam itu di tutup oleh kejadian yang sama sekali tak terduga. Amarah Ara, ekspresi terkejut anggota OSIS tadi masih terngiang di otak orang-orang yang tadi melihatnya.
Pancaran mata Ara saat ini tak ada lagi yang bisa berani. Bahkan untuk menegur saja mereka takut. Perkataan Ara tadi menjadi tamparan keras untuk seluruh panitia kegiatan.
Dengan berlangsung nya kegiatan ini bukan berarti semua yang ada di diri masing-masing murid juga harus di atur. Apapun itu alasan nya pasti memiliki batas sendiri.
Manusia yang benar-benar payah dan bodoh adalah memanfaatkan kelemahan untuk menindas orang lain. Karena jika tidak di saat itu mereka tidak bisa melakukan nya.
Tuhan yang memberikan penyakit artinya untuk istirahat sejenak. Tapi kenapa makhluk nya justru menuntut lebih. Tuhan memberikan manusia perasaan untuk saling perduli bukan mencaci atau menyakiti.