Chereads / Devara / Chapter 2 - You and Beautiful Night

Chapter 2 - You and Beautiful Night

Jam setengah empat sore bel pulang sekolah berbunyi. Semua langsung keluar dari kelas masing-masing layaknya anak kambing yang baru keluar dari kandang nya.

Di luar pintu utama mobil mewah sudah berjejer siap untuk menjemput Tuan dan Nona mereka. Ara menggelengkan kepalanya.

Karena barisan mobil itu berjejer sampai luar gerbang sekolah sehingga terkadang menimbulkan kemacetan diluar.

Seperti biasa Ara dan yang lain menunggu teman-teman mereka keluar dari sekolah lebih dulu di parkiran setelah itu pulang bersama.

Dari kejauhan terlihat Dev dan Aldan akrab dengan OSIS saat ini. Namun yang membuat Ara memicingkan matanya adalah ketika seorang perempuan yang diketahui wakil ketua OSIS memegang rambut Dev.

" Cih?! " batin Ara berbicara.

" Eh? "

" Sorry... Itu tadi ada kotoran " ucap wakil ketua OSIS. Dev dan Aldan pergi menghampiri teman-temannya.

Dari kejauhan Dev melihat raut wajah Ara yang di tekuk.

" Udah kumpul semua. Berarti ini kita sekalian nongkrong ya? "

" Siapp "

Mereka langsung naik kendaraan masing-masing. Beberapa dari mereka membawa kendaraan pribadi seperti mobil hanya Iki saja yang membawa sepeda motor.

Mereka bersama-sama pergi menuju plaza yang di dalam nya terdapat beberapa toko yang mereka cari dan tempat mereka berkumpul.

Ting!

Notifikasi masuk kedalam hp Ara dan Dev bersamaan.

( Message )

My Sista Efa :

Guys... Jangan lupa pake jaket atau apa gitu buat double seragam kita.

" Oh iya! "

Ara baru ingat bahwa Plaza yang ingin mereka kunjungi harus memakai jaket bagi para pelajar yang masih menggunakan seragam ketika berkunjung.

" Kenapa? "

" Jaket gua di loker " jawab Ara.

" Yaudah kamu pake hoodie aku ajaa "

" Terus lo? "

" Aku pake kaos Ra "

Ara mengangguk paham.

" Dimana hoodie nya? "

" Di tas "

Ara pun menoleh ke belakang untuk meraih tas Dev. Kecepatan yang ditempuh Dev awal nya sekitar 50 sampai 60 tapi ketika Ara berbalik untuk mengambil tas nya ia langsung menurunkan kecepatan mobil nya agar Ara tetap pada keseimbangan nya.

" Udah? " Tanya Dev.

" Got it "

Ara langsung melepas dasi dan memakai hoodie kekasihnya itu. Semerbak parfume khas Dev pun langsung menempel di tubuhnya.

Ketika sampai di parkiran mereka masuk bersama-sama ke dalam plaza.

" Eh kalian yang gak cari barang langsung ke cafe nya aja cari tempat gimana? Kita juga gak akan lama kok " saran Ara diterima dengan baik oleh yang lainnya.

" Yaudah ayo "

" Aku ke cafe duluan? " Tanya Dev dan Ara pun mengangguk.

Karena Nyonya nya sudah berkata seperti itu Dev tak bisa menolak. Akhirnya yang pergi cari barang Ara, Gavin, dan juga Rhaka.

Mereka masuk ke sebuah toko yang menjual banyak jenis barang. Alih-alih mencari barang kelompok Ara tergoda oleh barang-barang Disney.

" Mendingan yang warna putih atau merah? " Tanya Rhaka.

" Ra, menurut lo yang mana? " Gavin menoleh ketika pertanyaan nya tak ada jawaban.

" Loh?! Ni bocah kemana? "

Gavin dan Rhaka langsung mencari Ara.

" Lain kali bawa tali deh Vin kalo jalan sama Ara " celetuk Rhaka.

Karena kebiasaan Ara adalah selalu menghilang tiba-tiba apalagi di tempat yang penuh dengan pernak-pernik cantik.

" Guys.... " Panggil Ara kepada Rhaka dan Gavin. Keduanya menghela nafas berat ketika melihat dua barang yang ada di tangan Ara. Barang yang diluar konteks kelompok.

" Kita harus gimana Vin? " Tanya Rhaka pelan. Gavin menggeleng.

" Mata Ara emang lebih bahaya dari mata anak kecil "

Selesai di toko mereka pergi ke cafe.

" Hai, guys... " Sapa Ara sangat gembira dengan membawa dua belanjaan nya.

Awalnya mereka tidak curiga Ara membeli barang lain karena tidak terlihat.

" Banyak amat kantong belanjaan nya? " Celetuk Belden.

" Apaan? Belanjaan kelompok? Ini doang itu mah belanjaan Ara " jawab Gavin menunjuk dua kantong belanjaan yang ada di dekat Ara.

Semua pun langsung melirik Ara terutama Dev. Ara tersenyum kuda lalu mengeluarkan barang belanjaan nya.

" Taraa!!! Disney " dengan bangga Ara menunjukkan tas dan bola kristal kepada teman-teman nya termasuk Dev.

Ketika yang lain ingin melihat barang nya Dev malah mencari struk belanjaan Ara. Mata nya terbelalak ketika melihat total dari dua barang itu.

" Hampir 3 juta buat dua barang Ra? " Tanya Dev. Wajahnya tidak terlihat marah begitu pun nada suaranya karena ini bukanlah hal baru untuk nya.

Dari pada membeli make up yang banyak Ara lebih memilih mengkoleksi barang-barang seperti ini terutama dari Disney.

" Yang kuat ya Dev. Perjalanan masih panjang, kecuali lo mau nyerah ada gue kok " celetuk Gavin menepuk pundak Dev.

" Sembarangan! " Jawab Dev dengan wajah ditekuk.

Di depan Ara sudah ada ice matcha dengan cream cheese di atasnya. Beserta cheese cake dengan buah strawberry.

" Lo yang pesenin Dev? " Tanya Ara. Dev mengangguk mengiyakan.

Selama 4 jam mereka di cafe itu dihabiskan dengan mengobrol. Dan sudah berapa gelas serta piring kotor di meja mereka.

Pukul 07.30 malam mereka baru pulang kerumah masing-masing.

" Dev " panggil Ara ketika mereka sudah ada didalam mobil.

" Ya? "

" Gue mau lihat city light " jawab Ara terus melihat keluar jendela.

" Got it "

Dev sudah tahu kemana tujuan nya. Yaitu Helipad di hotel milik ayah Dev. Karena Dev dekat manajer hotel ia mudah memiliki akses untuk pergi ke helipad.

Setelah bertemu dengan manajer hotel Ara dan Dev kini berada di paling atas hotel. Ara berlari ke tengah helipad.

Angin malam cukup kencang menerpa rambutnya.

" Angin nya kencang jangan terlalu lama ya " ujar Dev duduk lebih dulu. Ia membawa dua minuman yang mereka beli di minimarket tadi.

Ara duduk disamping nya. Mereka tak banyak mengeluarkan suara, Ara yang terpukau dengan pemandangan kota Jakarta di malam hari dan Dev terpukau oleh senyuman cantik kekasihnya.

" Ara lagi ada masalah ya? " Pertanyaan itu membuat Ara menoleh dan senyum nya sedikit turun.

" Gak... Cuma lagi kangen aja... " Jawab Ara kembali melihat city light.

" Ara ketemu bang Rey ya? " Kedua kali nya pertanyaan Dev membuat Ara menoleh.

" Kok tau? "

" Ya... Habisnya siapa lagi yang Ara kangenin. Aku udah disini, temen-temen, tante Shera, bang Topan. Semuanya ada di dekat Ara setiap hari "

Merasa obrolan ini mulai serius Ara memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Dev.

" Gue boleh ungkapin rasa khawatir gue beberapa hari ini gak? "

" Ya, of course "

" Kalau nanti lu resmi jadi ketua OSIS, tolong sisihin waktu buat temenin gue ke tempat ini atau bahkan ke tempat yang lain, ya? "

" Ya pasti lah... Gak usah kamu bilang itu udah aku jadikan kewajiban di hidup aku. Jadi, ini masalahnya beberapa hari keliatan lebih cuek ? " Ara mengangguk.

" Ada satu lagi sebenarnya "

" Apa? "

" Gua gak pernah larang lo deket sama siapa aja bahkan sama perempuan. Tapi, gue tau mana perempuan yang dengan ikhlas gue biarin dan emang bukan dangerous buat hubungan kita.

Tapi ada perempuan yang gue tau betul arti sikap nya seperti apa, pikiran nya seperti apa. Dan kita sama-sama tau gimana Clara yang dari awal masuk sekolah berusaha untuk mengacaukan semuanya.

Di tambah dia gak tau status kita selain teman apa. Dan tadi gua liat dia pegang rambut lo whatever alasan dia ngelakuin itu tapi gue bisa liat dari tatapan nya Dev.

Dan gue gak mau ada masalah dalam hubungan kita yang berkaitan dengan dia. Lo ngerti maksud gue? "

Dev mengangguk. Sejak tadi ia menggenggam tangan Ara yang mulai terasa dingin karena angin malam.

" Aku ingat dan masih ingat apa yang dia lakukan dulu. Don't worry, i always remember that. But... We must go home. Kamu udah kedinginan Ra "

Padahal Ara masih menggunakan hoodie milik Dev. Dan Dev hanya menggunakan kaos biasa, tapi yang suhu tubuh nya menurun malah Ara.

Mereka pergi dari tempat itu, Dev mengantar Ara pulang dengan terus menggenggam tangan Ara sepanjang jalan.

" Kalau udah sampe rumah kabarin ya Dev " Ara sudah sampai dirumah.

" Of course "

" Hati-hati "

" Good night sweety " ucap Dev sebelum Ara keluar dari mobil.

Sebenarnya Ara malu mendengar Dev bicara seperti itu. Pipi nya terasa panas tapi ia harus stay cool.

" Ah? Ya... Hehehe, night... "