Chereads / Setahun / Chapter 13 - Chapter 13: Malam Itu

Chapter 13 - Chapter 13: Malam Itu

Malam itu, Lynn merebahkan diri perlahan di atas ranjang. Menghempaskan napasnya cukup bertenaga. Bukan lelah raga. Lebih tepatnya lelah yang menjerat jiwanya.

Memandangi langit-langit kamar yang warnanya sudah memudar. Membayangkan apa yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini.

Kedua orang tua sepakat untuk tidak membuat Lynn banyak melakukan pekerjaan kasar. Lynn tak boleh banyak berkegiatan di luar rumah. Lynn hanya boleh memberi makan ayam-ayam yang ada di halaman belakang rumah.

Bahkan saat Lynn ingin bertukar posisi dengan Ayah. Dimana dirinya ingin setidaknya menyembelih ayam. Sementara Ayah yang berjualan di pasar.

Tetap saja. Ayah dan Ibu tidak mengizinkannya. Itu membuat jiwanya terbasuh lelah.

Kemudian ponselnya bergetar. Ia segera membuka sebuah pesan singkat yang baru dari Ale?

From: Ale

Udah tidur?

Lynn mengernyit, "Apa-apaan, nih, anak "

To: Ale

Belum. Ngurusin amat hidup gue Lo!

Tak sampai layar menghitam, Ale sudah langsung memberikan jawaban yang membuat Lynn nyaris menjeluak.

From: Ale

Lo kan calon bini gue. Hidup Lo, hidup gue.

Tak lupa Ale menambahkan stiker Oppa Korea yang sedang memperagakan tanda hati dengan dua jemarinya.

Belum sempat Lynn mengetikkan balasan, Ale sudah lebih dahulu mengiriminya pesan lagi.

From: Ale

Gue di depan!

Seketika Lynn terjerembab. Ia langsung membuka jendela kamar. Langsung menemukan Ale yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Berdiri keren di depan mobil.

"Ngapain Lo kemari?!" tanya Lynn sinis setelah berhadapan dengan pria itu.

Bahkan senyum Ale tampak berpijar di bawah temaram malam yang cukup cerah. Tak perlu mengucap sepatah kata, Ale menunjuk ke arah tempat yang sangat ramai tak jauh dari tempat mereka berpijak.

Lynn menyipitkan mata. Mengikuti kemana arah tangan Ale berakhir. Lantas menaikkan satu alis.

Keduanya berakhir di sebuah taman yang sedang diselenggarakan pasar malam. Lampu-lampu tampak berkilauan dari berbagai sudut. Padat merayap dikunjungi oleh banyak orang.

Banyak sekali penjaja. Mulai dari makanan ringan, berat hingga permainan-permainan.

Lynn tak mengerti kenapa Ale sangatlah tertarik dan antusias dengan pasar malam yang sudah biasa ditemukan di berbagai daerah. Ah, mungkinkah karena dia anak sultan yang tak pernah mengunjungi tempat-tempat seperti ini?

"Sesenang itu Lo ke pasar malam?" tanya Lynn memperhatikannya.

Ale mengangguk semangat sambil mencicipi cikibul. Ciki warna-warni yang bisa mengeluarkan asap.

"Waaah. Liat!" serunya menunjukkan ciki dalam mulutnya mengeluarkan asap.

Pun Lynn tergelak. Sejujurnya itu tidak seru. Bahkan Lynn kerap melihat anak-anak di sekitar rumahnya memakan ciki tersebut. Hanya saja, ia merasa agak aneh melihat orang sebegitu antusiasnya dengan makanan itu.

Tak sampai disitu. Perhatian Ale mengarah pada sebuah ketapel nyala yang beterbangan di udara. Tanpa ragu, ia membelinya satu dan mencoba menerbangkannya.

"Lynn! Nyala.. nyala!" Ale sangat antusias melihat ujung ketapel itu terbang menyala di atas langit malam

Lynn melipat tangan di depan dada. Tersenyum manis. Mendongak menatap ketapel di atas sana. Disini, ia menyadari bahwa kebahagiaan bisa kita dapat dari hal-hal sederhana.

"Lo tau? Hidup kita ini kaya ketapel nyala ini." ungkap Ale menatap angkasa, lalu beralih pada Lynn yang sedang menyimaknya, "Bahkan dia bisa melepaskan cahaya di antara hamparan langit hitam. Semua orang bisa bersinar. Segelap apapun dunianya."

"Trus jatuh lagi?"

"Bukankah skema kehidupan memang seperti itu? Jatuh bangun?" Ale menyunggingkan senyum terbaiknya, "Setidaknya masih bisa bersinar." sambungnya penuh makna mendalam.

***

Lynn dan Ale terduduk di sebuah bangku yang berada di pinggiran taman. Membawa permen kapas berwarna merah jambu yang merupakan makanan wajib di pasar malam.

"Siapin waktu buat pertemuan orang tua kita." ujar Ale sambil mencecap permen kapas.

Ucapan itu sontak menjadi sebuah kejutan yang tak diinginkan bagi Lynn.

"S-secepat itu?" Lynn memastikan.

Ale mengangguk yakin, "Nunggu apa lagi?"

Diam-diam napas Lynn Melena menghembus. Embun yang dihasilkan menjelaskan betapa abstrak pikirannya saat ini. Hanya satu hal yang dapat Lynn lakukan. Berpasrah.

Diam-diam Lynn menatap gurat wajah tampan Ale, "Lo beneran nggak mau nikah beneran? Maksud gue, apa Lo nggak ada rencana apa gitu setelah kontrak selesai?"

Ale memberikan tatapan tajam, "Udah gue bilang nggak usah ikut campur urusan gue!"

"Iya tau! Tapi---"

Belum sempat Lynn menamatkan kalimatnya, Ale sudah lebih dahulu menyambung, "Nggak! Gue ngga mau nikah dan gue punya rencana lain. Puas?! Nggak usah nanya-nanya lagi Lo!"

Gadis itu langsung mengulum bibir. Menguncinya rapat-rapat. Membuang wajah ke arah lain. Canggung.

Diam-diam Ale sedang menekuri lantai. Antusiasme yang terpancar sejak tadi mendadak sirna ditelan nestapa. Banyak pikiran yang menggelayut.

"Ayo! Gue antar Lo balik." ajak Ale.

Lynn menaikkan satu alis, "Lo jauh-jauh kesini mau ngapain, sih? Cuma mau ke pasar malam?"

"Uhmm." Ale mengangguk sambil tersenyum gemas seperti anak manja.

Lynn memutar bola matanya jengah. Lantas memperhatikan cara berpakaian Ale yang sangat santai. Hanya jaket Hoodie dan celana pendek sepanjang lutut.

"Gue bener-bener nggak ngerti ama lo, Ale."

"Gue kesini karena pengen ngeliat Lo. Eh ada pasar malam---" Ale memberikan tatapan menggoda pada Lynn, "Kenapa nggak?"

Gadis berambut sebahu itu langsung mendorong wajah Ale dari hadapannya sembari memekik, "Awas Lo kalau belum apa-apa udah bikin gue baper!"

"Dih!" Ale tersentak, "Jantung Lo murahan banget, yak!"

"Lah?! Lo tau sendiri gue jomblo sejak orok! Wajar, dong!"

Ale tak langsung menanggapi. Ia menatap lekat Lynn yang sedang merajuk dalam beberapa waktu.

"Ayo, pulang!" ajak Ale lembut.

Pun Lynn menurut tanpa perlu mengucap sepatah katapun. Keduanya membawa sisa permen kapas. Satu pandangan mengejutkannya.

Sepanjang jalan, Ale mendahulukannya. Menjaga Lynn dari belakang. Termenung ia di setiap langkah. Banyak sekali yang berjalan di pikirannya.

"Lynn!" panggil Ale. Pun gadis itu menoleh sambil memakan sisa permen kapasnya, "Omong-omong, kenapa Lo nggak naik lagi ke atas pohon lagi?"

Lynn mengerutkan keningnya. Butuh penjelasan lebih akurat.

Khmm.. Ale berdeham demi memecah rasa canggung, "M-maksud gue pas kelas 3 dulu. Kenapa Lo nggak naik lagi ke atas pohon?"

"Itu urusan gue! Nggak usah ikut campur!" tegas Lynn menjulurkan lidahnya.

"Dih!" Ale mengernyit heran.

Tiba-tiba satu pandangan menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Ale.

"A Fannan?" kaget Lynn.

Fannan yang sudah berdiri di depan pintu rumah Lynn tampak mengguratkan senyuman terbaiknya.

"Sejak kapan A Fannan disini?" tanya Lynn panik.

"Tenang.. Barusan, kok. Aku mau kasih martabat spesial coklat untuk Miss Coklat."

"Waaah!!!" Lynn berbinar, "A Fannan emang paling tau dah."

Diam-diam ada mata yang terus menatap kedekatan mereka. Hatinya bergetar hebat. Tanpa alasan. Namun, dirinya tetap bertahan.

"O-oh?! I-ini Ale." kata Lynn saat menyadari keduanya sempat saling bersitatap. Kemudian mengarahkan dagunya pada Ale, "Ini A Fannan."

"Halo.. Aku Ale, calon suami Lynn." katanya penuh percaya diri yang membuat Lynn kesal.

Dalam hati yang menjerit, Fannan tetap ingin terlihat tangguh, "Ah~ kamu."

"Iya. Saya."

Beberapa detik kemudian, sebuah sepeda motor justru melanggar aturan. Melaju seenaknya sendiri di atas trotoar--tempat dimana Ale dan Lynn berpijak.

Dengan cekatan, Fannan langsung menarik satu lengan Lynn agar terhindar dari motor tersebut. Dan berakhirlah ke dalam pelukannya. Setidaknya untuk saat ini.

Ke dalam pelukan hangat Fannan.

Jantung Lynn berdegup tak beraturan saat dirinya juga sedang mendengarkan degup jantung lain yang tak kalah berisiknya. Ritme yang tak beraturan.

Sedangkan di antara mereka ada Ale yang sempat tercengang dengan aksi cekatan Fannan yang tak terduga. Mata Ale bergetar terbelalak.