"Bawa aku saja dan lepaskan dia," Apple menegaskan kata- katanya lagi. "Kau bisa membawaku saja."
Apple lalu berdiri, menunjukkan dirinya di hadapan pria yang telah dibutakan oleh nafsu dan pikirannya telah tertutup oleh alcohol yang membuatnya mabuk.
"Kau?" pria itu lalu mengalihkan perhatiannya pada Apple, matanya menatap gadis di hadapannya yang menawarkan diri tersebut dengan sorot mata yang rakus, seolah dia ingin menenggelamkan Apple dengan hanya menatapnya saja.
Dia menjilat bibirnya dengan sorot mata yang sugestif, dan butuh seluruh kendali diri dalam diri Apple untuk tidak menerjang pria itu dan menikamnya dengan pisau karena telah menatapnya seperti itu.
Tapi, alih- alih membunuh pria itu langsung, Apple mematung di tempatnya berdiri, membiarkan pria itu membuat penilaian atas dirinya.
"Kau benar- benar berani untuk menawarkan dirimu sendiri, cantik." Tentu saja pria gila itu menyukai apa yang dia lihat. Apple memiliki kecantikan alami yang membuat dirinya terlihat sangat manis, tapi juga fierce di saat yang bersamaan ketika dia menatap seseorang dengan tajam.
Dan itulah yang tengah dia lakukan sekarang.
Apple terlihat sangat percaya diri dalam kondisi seperti ini.
"Tentu saja aku akan menerima tawaranmu, jangan menyesal nantinya," pria itu tertawa terbahak- bahak, ketika dia menarik tangan Apple dan mendorong gadis pertama yang dia tangkap dengan cukup keras ke seberang ruangan.
Gadis itu akan kesakitan sekarang, tapi setidaknya dia akan selamat dan tidak menjajdi mainan di tangan pria menjijikkan ini.
"Kuharap kau juga tidak menyesal karena memilihku," gumam Apple, lebih kepada dirinya sendiri.
Pria itu menarik tangan Apple dengan sedikit kasar dan membuatnya sedikit terantuk kakinya sendiri, tapi beruntungnya dia memilik pertahanan tubuh yang bagus, sehingga dia dapat menegakkan dirinya sendiri dengan sangat cepat dan membuat dirinya dapat mengikuti Langkah pria ini.
Pria itu juga tidak lupa mengunci kembali pintu tadi sebelum dia membawa Apple ke arah yang berlawanan darimana dia datang tadi.
Sepertinya dia membawa Apple ke arah ruang mesin, dimana tempat tersebut sangat sempit dan panas.
Apple mengerutkan keningnya ketika mereka berada di dalam sana.
"Tidak bisakah kau membawaku ke tempat yang normal? Tempat yang sedikit lebih luas daripada ini dan tidak panas?" Apple melayangkan komplainnya terhadap pria tersebut, dia tidak percaya kalau dirinya harus berada di tempat seperti sekarang. Ini sangatlah tidak nyaman, bahkan untuk berdiri.
Entah ini karena pria ini sedang mabuk, maka dia membawa Apple ke tempat yang sangat jelek ini, atau memang seleranya saja yang sangat buruk.
"Diam!" serunya dengan kasar, dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Apple, memberi gadis itu pelajaran karena terlalu banyak berbicara.
Tapi, sayang sekali, dia tidak menyadari siapa yang sedang dia hadapi sekarang.
Bahkan sebelum dia dapat melayangkan tangannya ke pipi Apple, gadis itu telah mengangkat kakinya lebih dulu dan menendang bagian selangka dari pria tersebut dengan sangat keras, hingga membuat dia bent his body over because of the pain.
Tapi, saat dia menundukkan tubuhnya, Apple justru mengangkat lututnya dengan cukup keras, sehingga menghantam wajah pria tersebut, membuatnya jatuh ke belakang.
"What the hell!!!" serunya dengan keras, tapi suaranya sedikit teredam oleh suara mesin di sekitar mereka. "B*tch!"
Ini memang menjadi tempat yang tidak akan dia duga akan menjadi tempatnya menderita.
"Hey, jangan merutuk, aku tidak suka ada orang yang merutuk di hadapanku, terutama ketika kata- kata itu ditujukan padaku," ucap Apple, bibirnya tertekuk hingga membentuk senyuman jahat.. "Sudah kukatakan bukan, kalau jangan menyesal karena telah memilihku." Apple mengingatkan.
Tapi, tentu saja pria itu tidak mendengarkan, dia berusaha untuk berdiri, seketika itu juga dia sober up, menggelengkan kepalanya untuk mendapatkan kembali his vision yang tadinya sempat buram karena 'mencium' dengkul Apple.
"AKAN KUBUNUH KAU!" serunya dengan amarah yang meluap- luap. Dia lalu berdiri dengan cepat dan membuat gerakan yang sangat berbahaya, yang mengarah ke kaki Apple, dia hendak menarik kaki gadis tersebut, membuatnya kehilangan keseimbangan.
Tapi, Apple bergerak dengan cepat, kecepatan yang bahkan membuat pria itu cukup kaget karena dia dapat bergerak secepat itu dan lalu menendang wajah pria itu lagi.
"Brengsek!" rutuknya dengan marah, menutupi wajahnya yang kesakitan karena tendangan Apple tepat mengenai hidungnya, dia dapat merasakan kalau hidungnya patah dan darah hangat yang mengalir ke tangannya.
"Apa? Masih mau lagi?" tanya Apple di sela- sela tawanya. Dia tidak habis pikir, bagaimana pria brengsek seperti ini dapat hidup dengan tenang? Pria- pria semacam ini seharusnya dimusnahkan dari muka bumi ini.
Tepat pada saat itu, Apple mendapatkan sinyal komunikasinya lagi dan suara Jayden terdengar kembali.
"Apple?"
"Ya, aku di sini," ucapnya, merasa lega karena mendengar suara pria itu lagi, tapi kali ini suara Jayden terdengar jauh lebih serius daripada sebelumnya.
"Bagaimana keadaan di sana?" tanya Jayden, dia ingin menanyakan bagaimana keadaan gadis itu, tapi dia merasa pertanyaan itu terdengar salah, maka dari itu dia mengganti kata- katanya.
"Tidak masalah. Semuanya masih berada di bawah kendaliku."
"Good job," ucap Jayden sedikit lebih senang.
"Dimana kau?" tanya Apple lagi. "Sudah menyelesaikan masalahmu di sana? Aku tidak mau mengganggumu, tapi sepertinya kau harus segera ke sini. Aku tidak mungkin mengatasi tujuh pria dalam waktu yang bersamaan dan agar kau tahu saja, aku tidak tahu bagaimana menjalankan sebuah kapal."
Jayden tertawa pelan mendengar itu. "Kurasa Pyro tidak mengajarkanmu semua triknya."
"Aku masih muda, masih banyak waktu bagiku untuk belajar semua itu."
"Well, aku bisa mengajarimu kalau kau mau," Jayden menawarkan.
"No, thanks, you can save it for yourself. I am okay with my own self now."
Tapi, di tengah perbincangan mereka berdua, pria itu menyelak dan mengancam Apple dengan suara yang geram.
"Kau tidak akan bisa melarikan diri dari tempat ini! Siapapun yang…" tapi, sebelum pria tersebut melanjutkan kata- katanya, Apple telah menendangnya lagi dengan cukup keras dan membuatnya jatuh ke belakang, hingga kepalanya membentur sebuah mesin, membuat bunyi yang cukup keras.