Chereads / My Fierce and Lovely Bodyguard / Chapter 37 - KEINGINAN UNTUK MEMBUNUHNYA

Chapter 37 - KEINGINAN UNTUK MEMBUNUHNYA

Ini aneh, Apple dan Jayden seharusnya berada di dalam situasi dimana nyawa mereka berdua berada di ambang kematian, tapi dengan komunikasi yang terjalin di antara mereka berdua, Apple justru merasa sedikit relax berada di tengah situasi ini.

Terutama dengan mendengar komentar- komentar dari Jayden. Pria itu seperti tidak mengenal rasa takut dan menanggapi segala situasi dengan kepala dingin.

Well, Jayden akan tampak seperti ini dan menguasai situasi kalau saja traumanya tidak kicked in di saat- saat dirinya merasa tertrigger dengan apa yang ada di sekitarnya.

"Kurasa kalau aku berada di sana, aku pun mempunyai keinginan untuk menembakmu," balas Apple tanpa perasaan ketika dia mendengar apa yang Jayden sampaikan.

Ini seperti sebuah obrolan biasa dimana mereka berdua tengah berbincang- bincang mengenai topik yang ringan, alih- alih membicarakan mengenai orang- orang yang saling menembak satu sama lain dan melibat kematian.

Apple lalu berjalan ke arah kirinya, dimana dia tidak mendengar banyak suara dan terdengar jauh lebih hening. Sepertinya ke tujuh orang tersebut tidak memeriksa bagian ini setelah mereka menggiring para tawanan itu masuk ke dalam.

Tentu saja, siapa yang akan menyangka kalau ada orang yang akan menyelinap masuk, terutama ketika mereka tengah berada di lautan.

Apple lalu berjalan dengan sangat hati- hati, menyusuri koridor dan mendapati sebuah pintu, dimana di dalamnya hanyalah sebuah pantry tanpa ada pintu lainnya.

Sebenarnya, Apple cukup terkejut karena mereka meninggalkan pria itu seorang diri dengan salah satu dari tawanan mereka dan tidak ada satupun dari mereka yang curiga ataupun mencarinya.

Kenapa bisa begitu? Itu adalah sebuah pertanyaan bagi Apple, karena seharusnya mereka tidak meninggalkan pria itu dengan seorang gadis muda yang akan mereka jual nantinya, bukan?

Walaupun begitu Apple tidak punya waktu ataupun informasi yang cukup untuk mencari tahu akan hal tersebut, tapi tentu saja dia akan membicarakan keanehan itu pada Jayden saat mereka berdua bertemu.

Apple lalu menyusuri koridor tersebut, menemukan dua ruangan lain, tapi tidak menemukan orang- orang yang disekap, maka dari itu, dia berjalan lurus terus hingga dia menemukan pintu ketiga dimana dia mendengar suara sayup- sayup anak kecil yang menangis.

Itu adalah tempat dimana mereka menyekap anak- anak malang tersebut, yang mana, yang paling tua diantara mereka, mungkin hanya berbeda beberapa tahun dari Apple.

Gadis itu lalu meraih sesuatu dari dalam saku jaketnya, sebuah pisau lipat dengan beberapa tools yang terdapat di sana, yang dapat membantunya untuk membuka pintu tersebut.

Salah satu hal yang paling menguntungkan untuk menjadi anak dari Pyro adalah; tidak ada satu pintu pun yang tidak dapat Apple buka. Dia dapat membuka semua pintu dengan trik yang dirinya warisi dari ayahnya.

Dan bahkan, dia mampu untuk membuka beberapa brankas tanpa merusaknya.

Bukankah itu suatu kebisaan yang luar biasa? Dan Apple bangga karena dia telah mempelajari seluruh trik dari ayahnya dengan baik.

Well, baginya itu adalah hal yanb bisa dia sombongkan.

Hanya butuh waktu kurang dari satu menit bagi Apple untuk dapat membuka pintu tersebut. Dia dapat melihat ada beberapa anak dan remaja yang duduk saling berdekatan di pojokkan.

Seluruh mata di dalam ruangan tersebut menatap ke arah Apple dengan sorot mata penuh ketakutan dan pertanyaan, karena mereka belum pernah melihat gadis muda ini sebelumnya.

"Jangan berisik, okay?" Apple berbisik, menempelkan jarinya ke bibirnya dan melangkah masuk ke dalam. "Aku di sini untuk membebaskan kalian semua," ucapnya.

Dia lalu mulai bekerja pada kunci pintu itu lagi dan mengunci dirinya sendiri dengan anak- anak dan remaja ini.

Mereka semua menatapnya dengan bingung karena bagaimana mungkin ada orang yang ingin berada di dalam ruangan ini, terjebak bersama mereka.

Apakah gadis muda ini benar- benar akan menyelamatkan mereka? Karena dia tidak terlihat terlalu reliable sama sekali…

Saat Apple telah mengunci kembali pintu tersebut, dia membalik tubuhnya dan mendapati gadis paling kecil di sana mulai menangis.

"Kau bilang kau akan menyelamatkan kami, tapi kenapa kau mengunci pintunya lagi?" tanya gadis kecil itu di sela- sela tangisnya.

"Hei, apa kau baru saja membuat seorang anak kecil menangis?" tanya Jayden melalui alat komunikasi mereka. "You are so bad."

"Shut up!" Apple menggeram pada Jayden.

Tapi, tentu saja gadis kecil itu tidak tahu akan hal tersebut, dan dia berpikir kalau Apple baru saja membentaknya, karena kenapa tidak? Ekspresi wajah Apple sangat mengerikan dan suaranya terdengar sanga sinis ketika dia menyuruhnya untuk berhenti berbicara.

Dan gadis itu kembali memeluk seorang anak gadis remaja berusia sekitar empat belas atau lima belas tahun, dengan lebih erat.

"Hey, hey… aku tidak marah padamu, okay?" Apple berusaha membujuk gadis malang tersebut, tapi dia justru membenamkan wajahnya di dalam pelukan gadis tersebut.

Sementara yang lainnya berusaha untuk menjauh dari dirinya. Mereka menatap Apple dengan khawatir dan hampir menangis juga.

"Aku sedang berbicara dengan seseorang." Lalu Apple menunjukkan earphone yang berada di telinganya, sembari mengabaikan Jayden yang mengatakan; say hi to them from me.

Pria ini sungguh brengsek, bagaimana bisa dia membuat lelucon di dalam situasi seperti ini? Bahkan Apple dapat mendengar dengan jelas kalau gencatan senjata masih terjadi di latar belakang Jayden saat ini, tidak heran kalau Misha memiliki keinginan untuk menembak sepupunya tersebut.

"Aku ke sini untuk menyelamatkan kalian, okay?" Apple lalu mendekat pada mereka, melepaskan topinya sehingga mereka juga dapat melihat dirinya dengan baik. "Apakah kalian tahu kemana kalian akan dibawa pergi?"

Mereka semua menggeleng.

"Bagaimana mereka bisa mendapatkan kalian semua?" dia kembali bertanya, setidaknya, sambil menunggu kedatangan Jayden dia bisa mendapatkan beberapa informasi dari mereka.

Lagipula, tidak ada yang bisa dia lakukan selama menunggu.

"Aku sedang bermain di taman," jawab seorang bocah laki- laki dengan rambut ikal yang lucu. "Lalu ada seorang pria yang datang dan memasukkanku ke dalam mobil."

"Aku baru pulang sekolah ketika ada pria yang mengajakku pergi."

Mereka lalu memberitahukan Apple satu persatu.

Tapi, sementara Apple mendengarkan penjelasan mereka, dia merasakan ada yang tidak beres dengan alat komunikasinya. Ada suara- suara yang tidak jelas ketika Jayden berbicara.

"Hey, aku tidak dapat mendengarmu dengan baik," ucap Apple sebelum komunikasi benar- benar terputus.