Cinta memang perlu di kejar, tapi menurut Nata, cinta akan datang sendiri apalagi jika cinta berasal dari masa lalu atau mungkin saja cinta di masa depan. Menurut Nata tidak ada yang perlu di ubah dari sikap seseorang jika kita benar-benar mencintainya. Menurut Nata cinta itu menyakitkan bahkan juga cinta sangat menyedihkan sekali. Nata berpikir hidup sendiri lebih damai apalagi, ketika kita sedang mengalami kesusahan setidaknya kita tidak terlalu merasakan susah sangat lama atau sedih berkepanjangan.
Nata yang hoby berkhayal dengan menghasilkan cuan saat masa pandemi tiba-tiba mengalami kesialan, dia di pecat dari kerjaan toko bunga karena usaha bos nya bangkrut sehingga dia kena PHK. Nata lebih senang berada di rumah dan mengurus tanaman nya ketimbang dia berada di luar memperebutkan cinta sosok lelaki yang memang berengsek.
Nata tukang rebahan yang selalu melakukan sendri tanpa bantuan orang bahkan orang mengira Nata adalah sosok lelaki yang berparas cantik sehingga membuat Nata seringkali di ejek oleh anak sekitarnya, tapi Nata tidak memperdulikan omongan tetangga bahkan ejekannya yang dia pikirkan adalah KERJA DAN UANG. Ya itulah Nata sosok anak yatim piatu yang di tinggal pergi oleh kedua orang tuannya sekitar delapan tahun yang lalu sehingga membuat dia menjadi sosok yang dingin dan keras kepala. Di rumah yang kecil hanya ada dua kamar, satu kamar mandi dan meja makan menyatu dengan dapur. Orang berpikir pasti hidup Nata menyedihkan tapi menurut Nata tidak ada yang menyedihkan justru orang lain yang hidupnya sangat menyedihkan. Mereka justru sangat menyedihkan karena berkomentar kehidupan orang lain tanpa mengetahui apakah kehidupan dia lebih baik dari orang atau tidak?.
Perkenalkan namaku adalah Natasya Aprilia berumur dua puluh empat tahun. Aku hanya lulusan SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena terkendala biaya. Aku hanya tinggal sendiri di rumah yang minimalis ini dan aku juga hidup sebatang kara tidak ada kedua orangku. Mereka sudah pergi meninggalkan aku seorang diri di dunia ini sehingga membuat aku bersikap dingin dengan tetanggaku bahkan saat ini juga penampilan aku di ubah tanpa aku sadari. Jika dulu mungkin aku hanya anak gadis ayah tapi kini aku sudah menjadi sosok gadis tanpa ayah sehingga membuat aku berpenampilan seperti lelaki.
Di pagi hari sekitar jam lima pagi aku sudah bangun dan aku juga menyirami beberapa sayuran yang ada di depan rumah dia. Setelah selesai aku langsung bersiap-siap untuk mengantarkan susu dan beberapa koran. Pekerjaan ini sudah aku tekuni sejak kedua orang tuaku meninggal dunia sehingga membuat aku pun langsung mencari pekerjaan. Jika selesai melakukan pekerjaan ini jam sembilan pagi, maka aku melanjutkan bekerja di toko bunga dan jam 21.00 toko bunga tutup dan aku langsung pulang di lanjut dengan aku membuat novel. Tapi kali ini aku harus mencari pekerjaan yang lain untuk mengganti jam siang yang terbuang cukup banyak.
"Huft sangat melelahkan sekali saat ini. Bagaimana aku mencari pekerjaan bahkan beberapa hari yang lalu aku sudah mencari pekerjaan tapi tidak ada yang cocok sama sekali denganku," aku menghela nafas dnegan kasar saat melihat brosur yang di mencari karyawan tapi mereka hanya mencantumkan maksimal Pendidikan S1 sehingga membuat aku kesulitan mencari pekerjaan saat ini. Dengan berat hati aku langsung menggoes lagi sepeda dan mencari pekerjaan.
Tak terasa matahari mulai turun sehingga membuat aku semakin harus segera pulang, " Mungkin besok saja, lebih baik aku mencari makanan untuk makan malam." ujarku langsung mencari rumah makan.
Aku hanya memesan beberapa sayuran itu dengan porsi sedikit karena memang aku sendiri yang akan menghabiskannya. "Huft akhirnya kenyang juga aku!" aku langsung mengusap perutku dengan kenyang dan di lanjut aku langsung pulang setelah aku membayar makanan tersebut.
Seperti biasa di kota yang cukup padat, di antara jam 17.00 sampai jam 22.00 jalanan cukup ramai bahkan beberapa suara motor dan mobil saling bersautan sehingga membuat aku kesal. "Iya tau memang kalian semua orang kaya, tapi setidaknya pergunakan suara klakson baik dan benar," cibirku dengan pelan saat aku melihat lampu merah yang hendak berganti enjadi warna hijau.
Pukul 20.00 aku sudah sampai di rumah, rumah yang dulunya penuh dengan canda tawa kini sudah menjadi sunyi bahkan sudah delapan tahun aku tidak tertawa dengan suara terbahak-bahak.
"Semoga kalian Bahagia, karena aku pun di sini Bahagia tanpa kalian." Aku langsung menyeka air mata saat air mata tanpa di sadari turun tanpa aku sadari.
"Natโฆ." terdengar suara dari luar sehingga membuat aku pun langsung keluar dan melihat siapa yang memanggilku namaku.
" Eh ibu Yani. Ada apa ya bu"? tanyaku kepadanya
"Kau sudah dapat kerjaan baru Nat?" tanya dia dengan wajah serius. Bu yani memang tetangga yang cukup peduli dengan sekitar, dia salah satu teman dari bundaku yang hingga kini masih menjalin hubungan denganku dengan baik, tak jarang dia menawarkan aku ikut makan malam dengan mereka tapi aku selalu menolak karena memang aku selalu pulang malam.
"Belum bu hehehehe," aku menjawab dnegan tersenyum dengan canggung.
"Oh baguslah." ujarnya dengan tersenyum di akhir kalimat sehingga membuat aku pun langsung terdiam sejenak. "Bukan maksud ibu tidak senang. Begini kan ibu sedang ada banyak orderan catering cukup banyak, bahkan bu Dika juga kewalahan menghadapi jumlah konsumen. Ibu boleh minta tolong sama kamu. Kalau kamu belum mendapatkan pekerjaan mungkin kamu bisa membantu ibu untuk usaha catering. Perihal gaji sesudah kerja selesai ibu akan bayar langsung. Bagaimana apakah kamu mau?" tawar dia kepadaku tanpa aku berpikir dua kali aku pun langsung menganggukkan kepala menyetujui dia.
"Boleh banget bu. Kebetulan Nata juga belum mendapatkan pekerjaan tapi kalau pagi sampai jam 8 pagi, Nata tidak bisa membantu karena Nata kan masih kerja untuk mengantarkan susu dan koran di pagi hari." Aku langsung menjelaskan kepada bu Yani agar jika tiba-tiba dia meminta aku untuk bekerja di catering.
"Tidak apa-apa ibu pun mengerti bahwa kamu kan kerja di pagi hari." Dia langsung tersenyum dengan tipis. " Jadi deal ya Nat, kamu bersedia membantu ibu?" tanya dia sekali dan aku pun langsung menganggukan kepala dengan tersenyum dengan manis.
"Ya sudah ini buat kamu. Ibu pamit dulu mau ke warung. Jangan lupa di makan ya Nat!" dia langsung menyerahkan satu makanan makanan sehingga membuat aku pun merasa tidak enak.
"Makasih ya bu. Maafkan merepotkan ibu Yani terus selama ini," ucapku dengan menundukkan kepala sedangkan dia langsung menggelengkan kepala tidak setuju.
"Kamu memang selalu berbicara seperti itu. Sudah tidak apa-apa. Ibu juga sudah menanggap kamu sebagai anak juga. Tidak usah sungkan terhadap ibu." Jawab dia dengan langsung pergi meninggalkan aku seorang diri di bawah cahaya bulan sabit.
"Terima bunda telah ada di samping Nata sampai saat ini. Bersama bayangan bunda dan ayah, Nata akan tetap mengingat kalian semua." aku langsung masuk ke dalam rumah dan langsung membersihkan badan yang terasa sangat lengket sekali. Meskipun aku hidup seorang diri kadang kala aku selalu merindukan mereka bahkan tak jarang aku pun menangisi kepergian mereka berdua yang terlalu cepat untukku.