Chereads / Three miracles / Chapter 7 - Kompensasi

Chapter 7 - Kompensasi

Entah apa yang membuatku sangat sial sekali, Lukaku memang tidak terlalu serius hanya saja kaki dan dan sikuku cukup sakit, apalagi jika aku tak sengaja aku gerakan maka akan sedikit ngilu, mungkin ini akibat kulitku bergesekan dengan aspal cukup kencang sehingga membuat kulitku cukup sakit.

"Saya baik-baik saja. Huh!Suster kenapa ngotot ingin saya berada di sini?" aku tak habis pikir dengan suster yang tengah berdebat denganku. Dia menyuruhku untuk beristirahat sedari tadi padahal aku sudah berada di sini sudah lima jam sehingga membuat aku sangat kesal.

"Tapi ini perintah, sebentar lagi Pak Brata akan datang menemui anda!" dengan wajah memelas hingga akhirnya aku mengiyakan ajakan dari nya lagi pula aku sepertinya harus berusaha untuk menahan ego karena aku membutuhkan biaya untuk mengganti baya rumah sakit, sepedaku dan kompensasi atas luka yang ada di sekejur badanku. "Benar-benaran sialan itu cowok," umpatku dengan kesal.

Di sini aku sudah melihat jam yang di dingding tapi sampai sekarang Pak Brata tak kunjung datang sehingga mmbuat aku langsung beranjak dari branker.

"Emang kalau engga ada niatan ganti rugi ya minimal sadarlah sama kemampuan orang, ujung-ujungnya apa?" aku langsung menatap nanar ponselku yang sudah hancur dan retak.

"Ini mah udah jatuh tertimpa tangga dan durian secara bersamaan!" aku langsung keluar dari ruangan itu dan segera langsung mengurus biaya adminstrasi untuk pengobatanku sendiri saja.

"Nona… tunggu," aku langsung menoleh kea rah seseorang yang memnaggilku dari belakang sehingga membuat dia langsung menarik nafas ngos-ngosan.

"Iya kenapa?" tanyaku dengan mengangkat alis dengan heran

"Apakah nona yang bernama nona Nata?" aku langsung menganggukan kepala sedangkan dia langsung berjabat tanganku dan tersenyum dengan canggung.

"Maafkan saya yang telat datang ke rumah sakit! Eummm…. Kenalkan saya Pak Brata!" dia mungkin melihat wajahku yang terlihat sangat bingung sehingga membuat dia langsung memperkenalkan diri sedangkan aku langsung menerima jabatan tangan darinya.

"Ah saya Nata pak," uajrku dengan menerima uluran tangannya

"Maafkan saya yang menahan nona di sini, tapi saya akan bertanggung jawab atas kecelakaan tuan muda!" ujarnya dengan menundukkan kepala sedangkan aku langsung tersenyum dengan canggung.

"Ya tidak apa-apa meskipun saya akan pergi dari sini karena terlalu lama berada di rumah sakit." Aku langsung menatap ke arah lain sedangkan dia hanya menggaruk kepala yang tak gatal

"Mari kembali ke ruangan lagi nona,"

"Ada yang ingin saya katakan kepada nona," aku langsung mrngikuti langkahnya dan juga langsung Kembali ke ruangan semula.

Aku mendudukkan diri dekat branker sedangkan pak Brata duduk di kursi yang tak jauh dariku.

"Sebelumnya saya atas tuan muda meminta maaf atas kesalahan yang dia buat. Saya juga sudah siap dengan biaya ganti rugi terhadap ponsel, sepeda dan kompensasi atas kecelakan tersebut." aku langsung membelakakan mata saat dia mengeluarkan ponsel dengan keluaran terbaru dan aku rasa itu memiliki harga yang fantastis. Aku terdiam melihat ponsel dengan warna sky blue.

Aku mengucek kedua bola mataku dan sesekali aku mellihat ke arah Pak Brata yang tengah menyodorkan ponsel tersebut.

"Hah," aku langsung tersentak kaget saat ponsel tersebut sudah berada di tanganku.

"Sudah terima saja, saya tahu ponsel kamu hancur karena terlempar cukup jauh bukan?" tanyanya sehingga membuat aku pun menganggukan kepala dengan ragu-ragu.

"Ta…tapi ini terlalu berlebihan dan ini juga terla…lalu mahal." ucapku dengan suara terbata-bata karena ponsel ini memang impianku tapi aku rasa ini terlalu mahal untuk mengganti rugi ponsel dan mungkin saja ini sepuluh kali lipat dari milikku yang sebelumnya.

"Sudah tidak usah kamu pikirkan soal harganya," dia langsung terkekeh dengan kecil dan juga dia langsung menepukk pundakku dengan kecil.

"Saya juga sudah membelikan sepeda, mengingat sepeda nona rusak, maka dari itu saya kan menggantinya. Jadi tunggu sebentar lagi anak buah saya akan segera datang" dan benar dalam lima menit kemudian seseorang lelaki badan besar dengan raut datar, dia masuk membawa sepeda yang sangat bagus. Lagi-lagi aku di buat tercengang dengan Pak Brata.

"Ini sepeda nya mungkin tidak bagus, tapi semoga ini cocok untukmu!" dia tersenyum dengan tipis dan menatapku, lalu aku alihkan kepada pak Brata yang tengah tersenyum tersebut.

"Pak… ta…tapi maaf saya rasa bapak berlebihan dengan semuanya," aku benar-benar tidak dengannya karena kau rasa harga ponsel pun sudah sangatlah dan di tambah dngan sepeda baru yang aku rasa mungkin harganya lima uta keatas.

"Tidak ada yang berlebihan.. saya justru minta maaf atas kelakuan tuan muda yang menabrak nona dan menyebabkan nona terluka," dia langsung menundukkan kepala.

"Ta….tapi pak saya rasa bapak tidak perlu mengganti untuk sepeda karena itu saya rasa juga terlalu mahal untuk saya," aku benar-benar tidak dengan Pak Brata, tapi lagi-lagi dia tersenyum dengan tipis.

"Tidak apa-apa," jawabnya sehingga membuat aku langsung menatap ke arah Pak Brata. Aku terenyuh saat melihat dia dengan kebaikannya entah apa yang membuat dia sebaik itu terhadap orang yang baru di kenalnya.

"Pak, terima kasih sudah membantu," ujarku dengan pelan sedangkan dia malah terkekeh dengan pelan. "Tidak usah berterima kasih kepada saya, saya justru yang meminta maaf kepada nona yang telah di tabrak oleh tuan muda," lalu hak tersebut membuat aku langsung menganggukan kepala

"Dan ini juga, uang untuk mengganti waktu kamu yang terbuang dengan sia-sia," dia langsung menyodorkan amplop yang lumayan tebal sehingga membuat aku langsung menggelengkan kepala.

"Pak tidak usah, ini benar-benar terlalu berlebihan," dengan segera aku menolak pemberian kali ini karena ini benar-benar di luar ekpetasiku dan juga ini sudah tidak benar pikirku.

"Tidak, terima saja, saya ikhlas untuk nona!" ujarnya dengan paksaan tapi kali ini aku tidak akan goyah bahwa aku tidak ingin menerima amplop tersebut.

"Nona jika nona tidak mengambilnya saya merasa gagal menjalankan sebagai bawahan yang bertugas menjaga tuan muda," dia langsung menyerahkan amplop tersebut kepadaku lalu aku mengembalikan kembli dengan menggelengkan kepala tidak mau.

"Pak tapi benar saya tidak bisa menerima uang tersebut bukan saya tidak menghargai usaha Bapak, atau bagaimana tapi ini sudah cukup dan saya tidak mau menerimanya lagi," aku berusaha menjelaskan apa yang aku maksdukan.

"Bukan saya tidak bersyukur tapi tapi rasa itu bukan milik saya, dan juga Bapak sudah menggantikan ponsel dan juga sepeda juga sudah cukup," aku menjelaskan dengan perlahan supaya dia mengerti penjelasan aku.

"Lalu bagaimana dengan uang ini?" tanyanya dengan raut bingung sedangkan aku malah menyeringgai dengan mengusap daguku seakan-akan mempunyai jenggut.

"Bagaimana uangnya," sengaja aku gantungkan sehingga membuat dia langsung mengangkat alis dengan bingung.

"Apa?"

"Mending buat Bapak aja, dan saya juga akan tutup mulut. Jadi Bapak tidak perlu khawatir jika akan di omeli oleh atasan Bapak dan juga di pecat gegara uang tersebut!" dia langsung memutar bola mata dengan malas.

"Yang benar saja. Sudah nona terima saja uang ini," paksa dia sedsngkan aku langsung menggelengkan kepala tidak setuju.

"Pak bukan saya orang kaya tapi uang tersebut bukan uang milik saya juga saya juga tidak enak jika menerima uang tersebut karena saya juga sudah cukup dengan ponsel dan sepeda yang Bapak kasih kepada saya!" dia menhela nafas dnegan kasar lalu dia mendudukan diri di kursi yang tak jauh dariku dan juga dia langsung menggeret kursi lebih dekat denganku.

"Entah apa alasan kamu yang menolak uang ini, tapi kamu benar-benar tidak perduli dengan uang ini dan juga kamu juga tidak mau dengan uang yang bukan hasil kerja keras kamu." Pak Brata langsung menepuk pundakku dengan pelan sedangkan aku hanya tertawa dengan kecil.

"Ya sudah sebagai gantinya, apakah kamu sedang mencari pekerjaan atau kamu sedang bekerja?" aku terdiam sejenak dan langsung menatap mata Pak Brata terlebih dahulu.

"Saya sedang mencari pekerjaan Pak!" jawabku dengan lugas lalu Pak Brata menghembuskan nafas dengan pelan.

"Ya sudah kalau begitu, kamu besok bisa datang ke perusahaan ini," dia langsung berdiri dan juga langsung dan mengambil dompet lalu menyerahkan kartu nama kepadaku.

"Brata Adi gunawan." ucapku dengan pelan sedangkan dia langsung menganggukkan kepala.

"Kalau begitu, besok kamu datang ke kantor jam sepuluhh pagi bagaimana?" tanya nya sehingga membuat aku langsung menganggukkan kepala dengan setuju.

"Ya sudah kalau begitu, saya akan menunggu nona untuk ke kantor kalau begitu!"aku langsung tersenyum dengan lebar dan mengucapkan kata terima kasih kepadanya.

"Terima kasih Pak, sudah membantu saya." Uajrku dengan menjabat tangannya dan dia pun langsung menerima uluran tanganku.

"Iya sama-sama."