Kami langsung mengobrol, ah lebih tepatnya aku hanya Aldo sedangkan Farel hanya membaca buku peninggalan ayahku. Aku melihat dia hanya beberapa kali berbicara kepadaku dan itu singkat sehingga membuat aku berpikir bahwa dia memang tidak menyukai kebisingan sehingga membuat aku berusaha berbicara dengan pelan.
Aku tidak menyangka bahwa Aldo pernah pacaran dengan orang di sana.
"Cie yang udah punya mantan di sana ya, hem pantesan lo di sana sibuk banget." Ujarku dengan menahan cemburu di dalam hatiku.
"Dia cuman mantan, hem.. karena dia korban bully makanya gua tolong dia." ujarnya dengan menyenderkan kepala di bahuku lalu aku menghembuskan nafas dengan kasar.
"Rasanya enak mungkin kuliah!" celetukku dengan pelan lalu Aldo langsung mengangkat kepala dan menatap ke arahku.
"Semua ada sisi positif dan negatifnya, jadi lo engga boleh berpikir bahwa kuliah hanya ada enaknya saja!" ujarnya dnegan menjelaskan kepadaku sedangkan hanya mentapnya dengan kesal.
"Lo buktinya. Pulang dari sana dapet kerjaan yang sudah jelas untuk masa depan lo!" aku langsung mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Tatap gua, Engga semua orang bisa punya kesempatan, jadi lo harus manfaatkan kesempatan lo,"
ujarnya seketika aku langsung mengangkat alis dengan bingung."Apa?"
"Engga usah pura-pura bego deh lo," ujarnya dan aku langsung tertawa dengan kecil
"Jangan bilang udah tau?" tanyaku dengan menutup mulut dengan tangan, sedangkan dia langsung menyentil dahiku dengan pelan.
"Diam-diam seperti cupu, bergerak jadi deketitv," aku langsung menyemburkan tawaku.
"Engga usah ngelak, gaji lo sebulan berapa itu?"
"So..soan engga punya uang," lanjutnya dengan kesal seketika kau langsung mengantupkan bibir dengan kesal.
"Ya tapi kan engga sebanyak lo gajinya sampe jutaan sebulan," ujarku dnegan membela diri sedangkan dia langsung mentapku dengan berdecak dnegan kesal.
"Pengikut lo lebih banyak daripada gua, karya lo lebih banyak dan juga buku lo? masih mau ngelak?" aku yang tak kuat dengan cibiran langsung tertawa dnegan lebar.
"Hahahahahahaha. Iyad eh si paling tahu."
"Tapi lo tahu darima soal itu?" tanyaku dengan muka penasaran dan juga ku langsung menatapnya dengan serius.
"Lo emang engga sadar?" tanyanya sehingga membuat aku langsung menggelengkan kepala.
"Ya si cuek engga sadar dengan salah satu pengikutya," ujarnya dan kau langsung mencubit pinggangnya denga keras.
"Asli gua engga tahu, lo diem-diem follow dan juga tahu soal itu?"aku benar-benar tak mengetahui soal itu sehingga membuat aku langsung bergumam.
"Gua pikir lo pergi, lo engga akan balik dan juga engga akan perduli sama gua lagi," ujarku dengan pelan lalu Aldo langsung menole ke arahku dengan menjewer telingaku.
"Inget gua ke sana menuntut ilmu bukan meneteap di sana!" aku langsung menganggukan kepala dan juga langsung memeluknya dengan erat.
"Terima kasih sudah hadir di kehidupan gua," aku langsung emnagis dengan tersedu-sedu sedangkan dia langsung membalas pelukanku dan juga menepuk punggung dengan pelan.
"Engga perlu berterima kasih, gua lakuin ini ikhlas dan juga gua akan bantu sebisa gua.2" aku langsung menganggukan kepala dan juga langsung melepaskan pelukan dan menyeka air mata.
"Ya sudah seperti Farel akan jengkel karena kita sedari seperti sepasang kekasih yang sedang melepaskan rindu." Ungkap Aldo lalu aku langsung menatap Farel yang diam menatap kami berdua dengan pandangan menyebalkan.
"Hehehehe.Btw kalian kapan bekerjanya?" tanyaku menatap mereka silih berganti.
"Kami akan bekerja mungkin seminggu lagi," aku langsung menatapnya dengan bingung.
"Ya mau gimana, kita pulangnya terlalu cepat, jadi kita ada waktu untuk qually time Bersama."
"Cih qually time, sorry nih gua kerja engga pengangguran," ujarku kepadanya sehingga membuat dia langsung memutar wajahnya ke arahku.
"Lo terlalu bekerja dengan keras sampe lo lupa sama kehidupan lo sendiri," ujarnya dengan kesal sedangkan aku langsung mnegerucutkan bibir dengan kesal.
"POKOKNYA LO SEMBUHKAN KAKI DAN TANGAAN BARU LO BOLEH KERJA," dengan mata menatapku dengan songong sehingga aku langsung menghembuskan.
"Engga bisa dong, terus siapa yang anter susu dan koran?" tanyaku dengan bersedakap dada sedangkan dia malah tersenum dengan devil.
"Farel yang akan membuat kita sarapan, dan gua akan anterin susu dan korannya," ujarnya lalu aku langsung menoleh ke arah Farel.
"Ko lo bisa nyuruh tanpa sependapatnya Farel. Kalau dia engga mau gimana?" tanyaku dengan berbisik dengan pelan sedangkan Aldo hanya mengedikan bahu dengan.
"Udah sana lo mandi, kita abis ini mau pergi," ajaknya kepadaku sedangkan aku langsung berbinar saat dia langsung mengatakan seperti itu.
"Kemana?" tanyaku sedangkan dia beranjak dan mengabaikan aku.
"Sekali lagi lo tanya kita akan kemana, lebih baik kita engga usah pergi. Udah sana siap-siapa aja!" sebelum aku bertanya dua kali dia sudah mengatakan seperti itu sehingga membuat aku langsung mengurungkan pertanyanku dan bersiap-siap untuk mandi.
Setengah jam kemudian aku datang menghampiri mereka yang sudah siap dan membawa botol minum yang cukup untuk kami bertiga.
"Lo yakin bawa botol segede gaban?" tanyaku dengan tidak percaya sedangkan dia langsung menganggukan kepala.
"Ya siapa tahu lo nanti haus," ujarnya sehingga membuat aku langsung memutar bola mata dnegan malas.
"Emang kita mau kemana?" tanyaku dengan rasa penasaran dan di acuhkan oleh mereka berdua yang mengobrol menggunakan bahasa jepang yang sama seklali aku tidak mengerti.
Kami meniaki bus dan duduk berjejer tapi aku merasa tidak asing dengan jalan sehingga membuat aku langsung menoleh ke arah Aldo.
"Kita akan pergi ke kebun binatang?" tanyaku dan dia langsung menganggukan kepala.
"SERIUS KITA AKAN KE SANA?" tanyaku dengan penasaran.
"Nah kan apa gua bilang bilang, lo kurang menikmati hidup makanya lo hidup kaya gitu." Ujarnya dengan menepuk dadanya dengan bangga.
"Ko lo tahu si?" dia berdecak dengan kesal.
"Ingat ya gua tahu bukan kesukaan lo aja bahkan gua tahu ukuran bra dan cd lo." Ujarnya dengan malas sedangkan beberapa orang langsung menatap horror ke arah Aldo.
"Sialan lo! Bikin malu aja." ujarku dengan mengeplak kepala dan dia hanya meringgis menahan sakit di kepalanya.
"Ya kan bener ucapan gua napa lo yang sewot?" tanyanya spntak membuat aku langsung menegakkan badan dan meninjak kaki dnegan keras, seketika seluruh penumpang meliri ke arah kami dengan kesal.
"Maaf ya ka." ujarku dengan menundukkan kepala dan tersenyum terpaksa sedangkan Alo tenhag menahan sakit di kakinya.
"Lo si nyari gara-gara, makanya lo jadi gitu!" aku langsung tersenyum dan mentap bengis ke arahnya.
"Engga usah mengumpat di dalam hati." seakan tahu dia hanya memalingkan wajah ke arah lain.
"Ya udah kalau begitu ayo turun sudah sampai!" ujar Farel sehingga membuat aku langsung menatap jalanan yang sudah sampai.
"Awas aja lo Al, gua gentok pala lo ya!" ancamku lalu dia lalu menganggap ucapanku hanya angin lalu.
Memang Aldo kadang bersikap sangat menyebalkan dan itu membuat aku kadang merindukan sikap dia yang sangat tidak malu-malu denganku tapi ya kadang dia juga bersikap tegas terhadapku meskipun selalu ada penolakan dari aku sendiri.