Aku langsung mengekori Pak Brata yang tengah membolak-balikan halaman kertas yang tengah Pak Brata baca. Sekilas aku melihat kertas yang bertulisan proposal.
Pak Brata langsung menyerah map kepadaku dan aku langsung menerima map tersebut dan dia meminta aku untuk langsung mempelajari isi proposal tersebut.
Cukup lama aku mempelajari materi yang Pak Brata berikan kepadaku, " Nata kami akan melakukan meeting dengan Yn copra. Kamu di sini mungkin sebentar kami akan melakukan meeting dengan mereka." Aku langsung menganggukan kepala dengan setuju dan langsung undur diri tapi sebelum aku pamit, sekilas aku melihat tuan muda ah ralat El sedang menatapku dengan tersenyum dengan miring.
"Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu Pak!" pintaku dengan menunduukan kepala.
Huft aku sangat sangat Lelah mempelajari semua semua ini dan untung saja aku mempunyai otak yang encer sehingga membuat aku berpikir dengan hati-hati dan juga harus belajar lebih giat. Aku memikirikan tuan El yang jarang sekali bertanya atau berbicara terhadap Pak Brata atau pun dengan bawahannya, kalau pun dia berbicara itu pasti hanya beberapa kata saja.
Sudah sampai sore aku berkutat dengan laptop dan juga tumpukan kertas, sehingga membuat aku langsung merenggangkan pinggang yang terasa sangat pegal dan juga panas pantatku. "Apa aku hubungi saja Pak Brata?" tanyaku dengan menimang karena sebentar lagi sudah mau pukul lima sore tapi atasan aku belum juga datang.
Setelah aku menghubungi bahwa dia mengatakan tak akan datang ke kantor, begitu pula dengan CEO yang tidak akan kembali ke kantor sehingga membuat aku langsung mengerti. Mungkin ada urusan lain karena sampai saat aku belum mengerti tentang agenda tuan muda.
Dengan langkah kecil aku langsung menuju lft dan ketika pintu lift terbuka, Ketika itu pula aku langsung tersenyum dengan canggung saat melihatku dengan tatapan berbagai macam. Aku hanya mengedikan bahu dengan acuh.
Aku langsung masuk, namun telingaku mulaii tidak enak namun meskipun begitu aku harus bersikap dengan tenang. Ya memang aku hanya perempuan biasa saja bahkan aku hanya memakai sunscreen saja tidak terlalu mengerti tentang make up.
'Dia beruntung banget bisa masuk ke sini dengan mudah'
'Dia hanya lulusan SMA, namun bagaimana dia bisa masuk kerja di sini'
'Aku tidak yakin jika dia tidak menjual diri kepada bos kita'
'Apalagi gua liat dia kaya di sayangan banget sama Pak Brata'
'Hust nanti dia ngadu, nanti kita di pecat'
Seketika aku langsung meneguk ludah dengan susah payah saat mendengar suara wanita yang sedang membicarakan aku. Aku melirik ke arah belakang rupanya ada beberapa wanita yang sedang bergosip tentangku dan tadi bagaimana mereka tahu aku hanya lulusan SMA saja.
TING
Aku langsung keluar dari lift dan hendak keluar, namun aku mendengar seseorang memanggil dengan suara yang cukup kencang sehingga membuat aku lansgugn mencari asal suara tersebut.
"Nata."
"Tunggu," seketika bola mataku langsung keluar saat melihat Xavi yang berlari dengan kecil ke arahku, dan hal itu membuat aku rishi karena beberapa orang langsung menatapku dengan tatapan tidak suka.
"Loh Xavi!" aku langsung menyebutnya dengan reflek sedangkan dia sedang mengatur pernafasan yang terengah-engah.
"Lo kerja di sini?" tanyanya dengan tidak percaya dan aku langsung meringgis dengan bingung.
"Ya seperti yang lo liat," aku langsung menunjukkan nama tag.
"Tap…"
"Ayo, jangan di sini. Banyak yang sedang menguping pembicaraan kita," aku langsung mengajak taman yang sebelah kantor dan juga dia langsung mengikuti aku. Kami duduk berdampingan di kursi dan aku juga bingung harus memulai darimana. "Jadi kenapa lo bisa kerja di sini?" tanyanya dengan raut penasaran.
"Inget waktu gua nabrak patung yang ada di rumah lo?" dia menganggukan kepala dan membuat aku langsung melanjutkan untuk menceritakan.
"Sehari sesudah gua nabrak lo, gua di tabrak sama bos kita dan kebetulan sepeda gua ancur dan terluka meskipun engga terlalu parah tapi ya setidaknya engga sampe patah tulang. Terus abis itu ya gua di tolongin sama Pak Brata dan dia juga nanyain soal kerjaan . Dia nawarin kerjaan ya gua mau lah, siapa juga yang mau nganggurkan," jedaku dengan menatap sekitar karena melihat beberapa yang masih mencuri informasi tentang aku.
"Lalu?"
"Ya gua piker cuman jadi OG, makanya gua datang ke sini dan niat mau kerjaa!" aku memutar bola mata dengan malas.
"Terus lo bagian asisten Pak Brata?" aku langsung menganggukan kepala seketika Xavi langsung melototkan mata dengan tidak percaya.
"Ko bisa?" aku hanya mengedikan bahu dengan tidak perduli dan langsung beranjak dari taman.
"Mau kemana?" tanya Xavi saat melihat aku yang hendak pergi.
"Ya pulang lah, mau ngapain lagi." ujarku dengan berjalan menjauh dari Xavi sedangkan Xavi langsung membuntiku.
"Lo naik sepeda?" tanya dengan tidak percaya lalu aku menganggukan kepala dan mengendong tasku dan juga langsung mulai menggoes sepedaku.
Aku awalnya canggung jika berbicara dengan Xavi dan tidak terlalu peduli dengannya tapi Nenek meminta aku supaya tidak canggung namun aku merasakan bahwa Xavi juga masih canggung denganku, mungkin jika bukan permintaan Nenek, Xavi tidak akan seberani itu memanggil namaku.
Satu jam aku menggoes sepeda dan rasa Lelah dan pegal sudah terasa sekali di kakiku. Aku duduk di teras sembari melihat hujan yang perlahan-lahan turun dari langit dan seketika bau petrichor mulai tercium. Aku menghirup udara yang sangat nikmat.
"Eh Nat sudah pulang?" aku tersentak kaget saat melihat Bu Yani yang tengah berjalan ke arahku, "Iya B. Ini baru sampai!" aku langsung menganggukan kepala.
"Ini buat kamu Nat," aku langsung menatap rantang Bu Yani berikan kepadaku.
"Apa itu Bu?" dia langsung menyerahkan rantang tersebut.
"Ini ambil saja, seperti biasa catering sedang mengalami lonjakan sehingga ada sisa untuk Nata." Aku langsung tersenyum dengan canggung dan enggan menerika nya tapi Bu Yani langsung menggelengkan kepala. "Tidak menerima penolakn loh Nak," aku langsung meringgis dengan pelan dan dengan ragu-ragu aku langsung menerima rantang tersebut.
"Mari Bu. Masuk dulu." Aku langsung mengajak Bu Yani masuk ke dalam tapi di tolak olehnya, "Ah engga usah, Ibu cumin sebentar. Cuman anterin itu saja."
"Oh iya, kata Aldo kamu beneran di terima di perusahaan?" aku langsung menganggukan kepala.
"Alhamdulilah kalau begitu mah, " dia langsung memelukku dengan erat dan juga mencium kepalaku dengan sayang.
"Hehehehehe, iya Bu, alhamduliah Nata juga." aku langsung melepaskan pelukannya dan juga mencium pipinya dengan bergantian.
"Ya sudah kalau begitu, Ibu pamit dulu yaa! Udah magrib.' Dia langsung pamit dan aku langsung melihat rantang berisi makanan. "Ya setidaknya malam ini aku tidak masak!" aku langsung masuk dan membersihakan diri.
Dua jam aku berkutat di depan laptop dan Ketika itu aku endaptkan nomor asing yang menghubungiku.
'Nata besok kamu atur jadwal tuan muda, sepertinya saya tidak bisa masuk kerja karena tidak enak badan.'
Bola mataku hampir saja keluar. GLEK.
Dengan mata berulang kali aku membaca isi pesan tersebut, sektika bulu kudukku merinding. "What the hell, a..aku besok ngurus jadwal tuan muda?"seketika aku langsung merinding. Bagaimana mungkin Pak Brata izin sakit padahal tadi terasa bugar sehat jasmani. Entah mengapa aku merasa tidak enak dengan besok.