Butuh waktu satu jam untuk sampai di depan rumah, dan kami semua langsung turun, "Terima kasih atas tumpangnya Xav," aku langsung menundukkan kepala dan di balas dengan senyuman.
"Aw..aws nagapin si lo?" aku langsung menyikut lengan Aldo untuk mengucapakn terima kasih kepada Xavi sedangkan dia langsung mengerutu. "Lagian buat apa ngucapkan terima kasih, toh dia sendiri yang nawarin,"
"thanks." Ujar Aldo dengan muka datar sedangkan dia hanya menganggukan kepala.
"Thanks," ujar Farel dengan nada dinginnya sedangkan dia hanya terkekeh dengan pelan.
"Next time boleh engga, kalau gua join sama kalian?" aku langsung menganggukan kepala dengan ceria sedangkan mereka berdua langsung memutar ." Engga usah modus," anarkis Aldo dan Farel langsung berdecih dengan jelas.
"Eh iya gpp, boleh ko next time. Nanti gua akan kabari lewat wa,"
"Pulang sono, dah malam." dengan nada sindir halus kepada Xavi
"Ya udah, kalau begitu gua pulang dulu ya,"
"Thanks ya udah nganterin kami bertiga," aku langsung melambaikan tangan sebagai tanda terima kasih kasih kepada Xavi.
"Awsh… lo apaan si Nat?" aku langsung mencubit dengan keras kepada Aldo sedangkan Aldo langsung menatapku dengan kesal. "Lo yang apa-apaan. Udah baik dia nganterin kita eh lo malah ketus sama dia,"
"Udah sono pulang lo pada," aku langsung mengusir mereka saat mereka membuntutiku.
"Galak bener deh lo, perasaan lo tadi manis banget sama kudanil,"
"Lo suka ya?" aku langsung memalingkan muka ke arah lain dan berusaha untuk menetralkan nada suaraku.
"Dih so tau lo," aku langsung menyuruhnya segera pulang karena aku merasa malu untuk menjawab pertanyaan dari Aldo.
"Jawab dulu, lo suka sama dia?"
"Emang penting gitu, kalau gua jawab buat lo?" aku langsung menyeringgai dengan menatapnya, "Sini lo, gua ketekin." aku langsung meronta-meronta saat dia mengapit kepalaku di keteknya dan dia hanya terkekeh dengan puas.
"Sialan lo, udah tau ketek lo bau, masih lo umbar-umbar. Setan." gerutuku dengan sebal.
"Ya udah sono pulang, ngapain masih di sini?"
"Ya udah sini, gua ketekin lo lagi baru pulang,"
"Ogah," aku langsung ngacir masuk ke dalam sedangkan mereka berdua langsung tertawa terbahk-bahak. "Sialan memang dia," aku langsung merebahkan badan di dekat ruang makan dan seperti saat ini rumah yang keadaannya masih gelap dan juga hanya kesepian yang menemaniku di dalam.
"Ya setidaknya aku masih memilki beberapa orang yang benar-benar membuat aku tersenyum meskipun aku tidak tahu bahwa sampai kapan bibirku masih bisa tersenyum." Aku menghembuskan nafas dengan pelan dan langsung menyalakan saklar untuk menerangkan rumahku saat ini.
Aku menggarap novel saat sudah hampir menuju ending, Ketika aku membuat novel maka aku merasa seperti tokoh utama di dalam cerita, namun meskipun begitu aku harus memikat para readers ku untuk membaca dan memberikan komentar yang membuat aku selalu di hujat.
Kali ini aku langsung merebahkan badan saat aku melihat jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan aku sudah berkutat selam empat jam di depan laptop sehingga membuat aku merasa pegal dan perih dimata. "Huft.. saatnya tidur," aku langsung mematikan laptop dan langsung merebahkan diri di kasur lipatku dan sebelumnya aku selalu mengunci pintu dan juga memastikan bahwa lampu sudah di matikan tanpa terkecuali.
Hari ini aku bangun sangat siang bahkan aku melewatkan menyiram tanam dan aku langsung tersentak kaget sat jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, segera aku langsung beranjak dari Kasur dan langsung mencuci muka sekaligus menggosok gigi. "Baru pertama kali aku bangun sampai jam dua belas siang, untungnya hari ini minggu, shit." umpatku dengan pelan.
Rencana hari ini aku akan membereskan kamar dan juga beberapa ruangan yang sudah berdebu dan sekaligus mencuci pakaian yang kotorku yang sudah menumpuk, TOK…TOK…Tok. Aku melirik ke arah pintu dan seketika aku langsung menghembuskan nafas dengan pelan. "Jika benar itu mereka lagi akan aku buat samsak tinju mereka," dengan langkah lebar aku langsung menyemprot mereka tapi saat itu pula aku langsung meringgis dengan malu.
"Eh lo, hehehehe." Aku langsung mempersilahkan mereka Xavi masuk ke dalam rumah yang sedikit berantakan.
"Maaf gua engga tahu, yang datang lo." Jawabku dengan tersenyum canggung sedangkan dia hanya tersenyum dengan tipis.
"Eumm.. maaf juga telah menganggu lo, tapi ya gua ke sini mau nagajk lo makan siang. Lo mau?" aku langsung melirik ke arah meja makan yang sudah tersedia makanan yang tadi aku buat.
"Eh sorry, gua engga tahu bahwa lo udah masak." dia meringgis dengan pelan saat matanya tak sengaja melihat makanan yang sudah tersaji di meja makanan.
"Ya udah gpp, lo makan siang sama gua aja gpp ko." tawarku dan dia langsung menggelengkan kepala.
"Engga usah, engga enak gua." aku langsung mengerucutkan bibir dengan sebal. " Udah gpp, sebentar gua mau mandi dulu. Engga enak abis beresin rumah yang sedikit berantakan." aku langsung undur diri dan dia langsgung menganggukan kepala.
Setelah aku membersihkan diri, aku saat ini sedang berada di meja makan bersama Xavi. Ya menu makan siang kali ini sangat simple dan juga sangat sederhana. "Lo bisa masak?" tanyanya dengan basa-basi sedangkan aku menganggukan kepala dan juga tesenyum dengan tipis.
"Btw, nyokap dan bokap lo dimana?" seketika aku langsung mengurungkan sendok yang akan aku masukan ke dalam mulutku. Dengan susah payah aku langsung meneguk ludah dan menatap ke pelafon dan tersenyum, "Mereka ada di atas." dia langsung menggaruk kepala dan menatapku sendu, "Sorry gua engga tahu."
"Engga perlu lo natap gua kaya gitu," ujarku dan langsungnmelanjutkan makanan yang hendak akan aku makan.
Kami saat ini duduk di teras dan juga sedang berngobrol dengan ringan, sesekali aku di buat ketawa olehnya,"Jadi lo suka sama dia ldi kira cewek?" dia langsung menganggukan kepala.
"Yaw ajar dong, kalau gua beranggap dia cewek tulen secara dia keliatan gitu eh pas gua tanya ke temen gua, dia cowok. Sungguh cry." Aku langsung tertawa dengan terbahak-bahak saat wajah masam dia.
"Ya tapi untungnya gua naksir juga cuman sekedar untuk tanya dia."
"Btw lo sama mereka udah temanan dari lama ya?" aku langsung mengerutkan dahi dengan bingung.
"Aldo dan Farel,"
"Ya bisa di bialng Aldo itu teman dari kecil dan juga sahabat terbaik sedangkan Farel, gua tau nya dia temanan sama Aldo pas kuliah di sana." Dia langsung menganggukan kepala dan setelah itu hendak berpamitan kepadaku, dia juga mengajak aku berkunjung ke rumahnya karena nenek sudah sembuh dan sesekali dia menanyakan keadaan aku. "Ya sudah next time, gua akan main ke sana. Thanks ya atas kunjungnya." ujarku dengan melambaikan tangan dan di balas dengan senyuman tipis.
Hari demi hari dan tanpa terasa aku sudah bekerja pada perusahaan tuan El sudah sebulan dan menurut Pak Brata kinerjaku lumayan untuk anak baru dan sekarang aku tidak canggung jika tiba-tiba Pak Brata izin untuk tidak masuk namun entah apa yang membuat tuan muda sangat sensitive sekali, seperti saat ini. "Kan saya sudah bilang jangan pakai cabe ijo, lah ini kenapa pakai?" aku langsung menggaruk kepala dengan tak gatal bukan kenapa tapi aku membawa bekal ayam geprek dengan sambal ijo sehingga memggunakan cabe hijau bukan.
"Tapi pak,"
"Sudah kamu diam, saya engga menyuruh kamu untuk berbicara." aku menarik nafas dengan pelan dan di langsung menyuruhku untuk membelikan makanan tanpa delivery dan itu berarti aku langsung ke restoran tersebut.
"Sudah kamu sana cari makanan dan juga pas di sana kamu HARUS, membuat video masaknya biar saya percaya sama kamu." Aku langsung menganggukan kepala dan segera langsung pergi dan menghela nafas dengan kesal.
"Memang sialan banget bos, mau makan aja ribet banget."