TOK…TOK…
Aku langsung mengalihkan kepada pintu yang berbunyi. Aku yakin bahwa itu Aldo yang akan mengangguku saat ini.
Ceklek
Pintu di buka dan benar saja Aldo dan Farel sudah bertengger di depan pintu. Yang satu lagi sedang tersenyum dengan lebar dan satu lagi sedang menatapku dengan datar. "Baru pulang lo Nat?" aku langsung mempersilahkan dia masuk ke dalam rumahku dan juga aku langsung menganggukan kepala.
"Gimana soal kerjaan?" tanya Aldo dan aku hanya mengedikan bahu dengan acuh.
"Besok mau main kagak?" aku langsung mengetuk pelan daguku.
"Mungkin sekitar jam empat sore, rencana kita akan pergi ke danau yang dulu kita suka main ke sana." dan aku pun langsung menganggukan kepala.
"Ya sudah tapi jangan terlalu malam pulangnya oke!" dia langsung menganggukan kepala.
"Iya jangan lebih jam sepuluh malam kanjeng,"
"Ya udah sono, lo pada balik. Gua baru pulang kerja cape. Mau tidur dan mandi," aku langsung menyuruh mereka berdua langsung pergi dan di balas dengan dengusan kasar dari Aldo.
"Si anjir, ngusir lo?" aku langsung berkacak pinggang dan menatap garan.
"Heh kutil kuda, lo pikir gua pengganguran engga kerja dan juga engga cape apa?"
"Ya udah iye, nih gua balik tapi jangan lupa besok lo ya." aku langsung memutar bola mata dengan malas.
"Iya deh bawal banget deh lo. Sana lo pulang!" akau langsung mendorong Aldo dan dia langsung menatap sebal ke arahku.
"Apa lo liat-liat?"
"Udah sana pulang astaga," dia langsung ngacir saat aku hendak melemparkan sepatuke arahnya dan dia malah tertawa dengan terbahak-bahak.
Aku mengeliat saat cahaya matahari mulai menyorotiku, setelah aku menyiram tanaman aku langsung melanjutkan tidurku dan saat ini matahri sudah berada di atas, "Jam berapa ini?" tanyaku dengan meraih alaram yang ada di nakas meja. "Ah masih juga jam Sembilan," ujarku dengan pelan dan aku langsung merenggengkan badan.
Setelah itu aku langsung membereskan kasurku dan juga langsung membuat sarapan dan juga membereskan beberapa tempat yang berantakan.
Pukul empat siang, Aldo dan Farel sudah menungguku yang masih memilih pakaian. Bukan masalah aku harus terlihat cantik tapi udara hari ini lumayan panas dan juga sangat macet di jalan sehingga membuat aku berpikir harus memakai pakaian apa. "Udah belum, lama banget deh." teriak Aldo di ruang tamu yang menatap arah pintu kamarku dengan jengkel.
"Ia sebentar lagi ya elah, buru-buru banget heran." aku langsung keluar dan hari ini aku memakai kaos berlengan pendek dan memakai jeans dsn tak lupa jaket yang aku sudah di kenakan.
"Lagian ngapain si lama banget di kamar, perasaan muka lo juga engga di pakai apa-apa," aku langsung meleos dan memakai sepatu, mengabaikan dia yang sedang menggerutu.
"Ya udah kalau begitu, ayo kita pergi." ajakku dan mereka berdua langsung keluar dari rumahku.
Kali ini tujuan kami adalah pergi ke pameran yang berada di pusat kota dan itu membuat aku mendengus dengan kesal, namun mengingat hari weekend pasti banyak yang datang ke danau kami mengubah akan ke pameran yang tak jauh dari lokasi danau. "Ckckckck memang sialan lo mah Al," aku langsung menatap jengkel sedangkan sang empu hanya diam saja sembari melihat beberapa pameran. Aku langsung mendudukkan diri di samping Farel yang saat ini tengah beristirahat. "Mau engga?" aku langsung menyodorkan satu botol air mineral dan dia langsung mengambil.
"Thanks," jawabnya dengan acuh sedangkan aku hanya menganggukan kepala.
Aku mendengar suara es cream, seketika aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah asal suara tersebut.
"Gua ke sana dulu," aku langsung pergi ke asal suara tersebut dan juga langsung meninggalakna Farel yang sedang meneguk air minumnya itu.
Setelah melihat pameran dan waktu juga sudah menunjukkan pukul jam lima sore kami memutuskan untuk pergi ke pantai lagi dan untung saja dari lokasi pameran ke pantai tidak terlalu jauh sehingga membuat aku langsung menyenderkan kepala saat sudah berada di dalam bus.
"Lo laper engga?" tanya Aldo lalu aku menjawab dengan anggukan kepala.
"Ya sudah habis kita sampai di sana, langsung makan aja gimana?2 kami berdua langsung emnganggukan kepala.
Tak terasa waktu sudah malam dan aku melihat Aldo maupun Farel sepertinya kelelahan sehingga membuat aku langsung tertawa dengan kecil.
"Huft sangat melelahkan,"
"Tapi seneng juga si,"
"Senang." ya itu jawaban dari Farel, Setelah melihat sunset kami bertiga langsung menggopi dulu di kedai yang tak jauh dari halte sembari melihat kesibukan kota.
"Gimana soal kerjaan?" aku langsung menoleh ke arah Aldo dan langsung menghembuskan nafas dengan kesal.
"Ya seperti lo apa yang sesuai katakan tempo lalu," seketika bahuku langsung lemas saat mengatakan seperti itu dan aku pun langsung teringat dengan sosok CEO yang tak lain Pak El yang sangat menjengkelkan sekali hanya saja aku mals meningat semua perlakuan dia meskipun aku baru bekerja dua harinya dengannnya tapi sikap nya yang arogan membuat aku sangat jengkel terhadapnya.
"Ckckckck engga percaya di bilangin si. Ngeyel."
"Gimana lo?"
"Besok senin gua sama Farel akan masuk kerja jadi ya gitu,"
"Lo udah siap?" aku langsung mengangkat alis sedangkan dia hanya tertawa dengan pelan.
"Mau bagaimana, kalau di tanya siapa atau engga siapnya ya engga cuman ya berarti gua sia-sia sekolah jauh-jauh." Aku langsung terkekeh dengan kecil.
"Good luck untuk kalian berdua," aku langsung menepuk pelan bahu mereka bersamaan.
TIN… TIN…TIN
Aku tersentak kaget saat mobil mewah sedang menghampiri kami bertiga, "Abis darimana?" aku langsung tersentak kaget saat Xavi langsung membuka kaca mobil dan langsung menyembulkan kepala.
"Mau pulang," jawabku saat melihat Aldo baik Farel sama-sama diam, "Mau ikut kagak?"
"Engga."
"Tidak,"
"Eh, ap aini?" aku terkekeh dengan kecil saat mereka berdua menjawab dengan penolakan di waktu bersamaan.
"Kek nya engga deh," aku langsung menjawab Xavi saat aku melihat dia yang terlihat bingung.
"Kenapa, ini udah malam juga!" jawabnya seketika aku langsung mendekat ke arah mobil Xavi.
"Maaf, kita engga minat sama mobil mewah lo," sarkas Aldo dengan menatap tajam ke arah Xavi.
"Engga usah deh kayanya, kita lebih baik naik bus saja," jawabku dengan tersenyum manis kepadanya sedangkan Aldo sudah bersiap akan menyemprotnya.
"Udah ikut aja, udah malam juga, ini macet." Jawabnya dengan tersenyum tipis sedangkan Aldo langsung berkacak pinggang menatap tajam ke arah Xavi.
"Udah gpp, ayo naik."
TIN..TIN…TIN
"Mas kalau mau debat jangan di jalan raya dong, kita mau lewat." aku langsung menoleh ke arah supir angkot yang sedang meneriaki kami dan seketika aku langsung mengajak mereka langsung masuk ke dalam mobil Xavi meskipun aku melihat raut wajah yang tidak enak dari mereka berdua.
Posisi saat aku berada di samping Xavi sedangkan mereka berdua duduk di belakang. "Abis main di pantai ya?" tanyanya dengan basa-basi sedangkan aku hanya bergumam karena melihat wajah masam mereka berdu a benar-benar tidak mengenakkkan.
"Kalian sering ya main bersama?"
"Memang kami sering bersama, kenapa?" aku langsung menoleh kea rah Aldo yang terdengar dengan sangat ketus.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Kagak,"
Kehingah terjadi di antara kami sehingga membuat aku merasa tidak nyamaan saat ini. "Lo abis darimana?" tanyaku dengan mencuri pandangan sesekali kearah Xvi yang sangat tampan Ketika sedang menyetir mobilnya.
"Ya habis ketemu temen," jawabnya dengan singkat sedangkan aku langsung mengatupakn bibir dengan kesal. 'Sialan mereka berdua mengaap sangat ketus terhadap Xavi,' ujarku di dalam hati sedangkan mereka berdua hanya menatap jalanan yang penuh dengan aktifitas orang yang hendak akan pergi ataupun akan pulang ke rumah masing-masing.