Chereads / Three miracles / Chapter 17 - SIKAP TUAN MUDA (17)

Chapter 17 - SIKAP TUAN MUDA (17)

Sesuai dengan dugaanku bahwa hari ini mungkin hari sialku."Hei, siapa nama anda?" aku langsung tersentak kaget mendengar suara yang terdengar dengan jelas di hadapanku. Saat ini aku sedang berada di ruangan tuan muda dan setiap pagi aku harus menyuguhkan kopi pahit dan juga membacakan jadwal untuk hari ini. "Nat..Nata Pak,"

"Apa jadwal saya hari ini?" aku langsung gugup saat mata kami bertatapan dengan tidak sengaja.

"Jadwal anda hari ini adalah. Jam sepuluh anda meeting dengan perusahan Tale, di lanjut dengan perusahan Aneka Gold. Jam makan siang anda akan bertemu dengan perusahan Indrodrik. Jam tiga sore anda juga akan melakukan meeting dengan Guntur perkasa, sebagai penutup dari hari ini." Dia langsung menyanderkan diri di kursinya dan juga memijit pelipisnya yang terasa berat. Aku meneguk ludah dengan susah payah.

"Ya sudah kalau begitu, saya izin pamit jika tuan tidak ada yang perlu di butuhkan!" pamitku dengan menundukkan kepala dan dia hanya memanggukkan kepala.

Setelah itu aku langsung keluar dari ruangan yang terasa sangat pengap, apakah mungkin CEO memiliki aura yang menyeramkan bukan hanya sekedar bualan saja tapi kali ini aku merasakan hawa sesuai dengan novel-novel. Aku langsung menggelengkan kepala saat mengingat novel yang belum usai saat ini.

Meskipun Pak Brata, tapi dia masih setia membantu aku mengurus jadwal dan beberapa hal yang lainnya sehingga membuat aku langsung mengikuti apa kata Pak Brata saat ini. "Sepertinya saya tidak memilih kamu menjadi asisten saya Nat!" ujarnya dengan sembari tertawa sedangkan aku hanya mengeryitkan dahi saat Pak Brata berucap seperti itu.

"Selain kamu jiwa tanggung jawab kamu juga sangat dislipin. Mudah menyerap materi yang saya berikan kepada anda!" aku hanya mengedikan bahu dengan acuh lalu setelah itu aku langsung menutup panggilan saat sudah selesai dengan dengan materi untuk meeting dan juga waktu sudah menunjukkan pukul sembilan tiga puluh.

Tok…tok…tok

"Permisi Pak, sepertinya kita akan berangkat sekarang dan juga saya sudah mempersiapkan materi." Dia langsung menyambar jas yang di letakan di kursi dan dia langsung menyuruh mengikutinya.

"Ya. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan sedikti pun soal kerja sama ini!" aku langsung menganggukan kepala dengan ragu bagaimana pun aku hanya seorang pegawai baru dan juga baru pertama kali bekerja di sini di tambah aku juga tidak percaya diri saat berada di sekitar tuan muda.

"Ya sudah ayp. Kamu juga ikut!" aku langsung menganggukan dan membawa tas formalku dan membawa materi yang sudah aku siapakan.

Kami sudah sampai di kantor Yn Chopra namun aku hanya mendengarkan beberapa karyawan tenagh membicarakan aku. Mungkin jika aku memakai sepeda kets aku akan di sangka perempuan tapi karena memakai sepatu khas perempuan, dan dengan mudah dia mengenaliku sebagai perempuan.

"Selamat pagi Pak. Silahkan masuk ke ruangan ini sebab tuan sudah menunggu di dalam," dengan langsung ia masuk ke dalam tanpa mengajakku.

"Selamat pagi Pak," aku langsung tersentak kaget saat sekretaris tersebut menyalamiku dan memanggilku dengan Pak.

"Selamat pagi juga Pak, tapi maaf Pak saya perempuan." Dia langsung menatapku dengan meneliti lalu aku langsung merentangkan tangan di dada, sepertinya dia juga baru menyadariku bahwa aku perempuan.

"Ah maafkan saya tidak tahu!" aku hanya menganggukan kepala dengan tersenyum terpaksa.

"Dimana Pak Brata?" aku langsung menjelaskan tentang Pak Brata dan dia pun mengerti apa yang aku maksud.

Setelah itu meeting dan hanya Pak El yang menjelaskan dan tugasku mencatat apa yang menurutku penting saja,

"Berapa keuntungan saya, jika perusahaan yang membiayai produk tersebut?" aku lihat para atasan mereka di sini langsung menatap atasannya.

"Anda akan untung sekitar enam puluh persen," aku langsung menganggukan kepala dan Tuan Muda menganggukan kepala dan menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Baik saya akan memberitahukan di hari selanjutnya," aku langsung berdiri dan juga sekalian pamit kepada mereka semua karena waktu meeting dengan mereka sudah habis sehingga membuat mereka semua menghela nafas dnegan kasar.

"Ya sudah kalau begitu, terima atas kerja samanya. Saya akan memberikan yang terbaik untuk anda!" aatasan mereka langsung menyalami tuan muda dan juga aku secara bergantian.

Dengan langkah-langkah terburu-buru, kami berdua langsung pergi ke lobby untuk bertemu dengan suoir yang sudah standby di depan lobby.

"Pak jalan Merpati, perusahan Aneka Gold, sebelah kanan Pak," aku langsung mendudukan diri dan langsung menyebutkan tujuan kami dan dia pun langsung menancap gas untuk sampai ke sana. Butuh waktu lima belas menit sampai di sana dan kami langsung terlambat.

Hari ini aku sangat lelah sekali bahkan makan pun tidak enak alias hambar, sedari selesai meeting kami langsung bertemu kembali dan juga sembari makan siang di tambahkan meeting yang terakhir kalinya itu sangat sulit menentukan hasil akhir sehingga membuat aku harus menghitung berapa keuntungan perusahaan kami jika bekerja sama dengan mereka.

Sudah pukul empat sore tapi kami belum sampai di perusahaan sedangkan tuan muda sedari tadi hanya diam menatap ipad miliknya. Untung saja aku mengingat semua yang di katakan oleh Pak Brata sehingga membuat aku langsung menuruti semua perintahnya.

Aku menyusun agenda di dalam note ku yang akan nanti di salin ketika sudah sampai di kantor. Macet yang membuat aku sangat kesal sekali bagaimana mungkin sedari tadi mobil ini tidak berjalan sehingga membuat aku merasa kesal juga mengantuk.

Akhirnya kami sudah sampai di kantor dan tuan muda segera masuk ke dalam ruangan sedangkan aku langsung mrnyalin note yang aku sudah di tulis tadi. "Saya pulang dulu." ujarnya dengan to the point untungnya aku tidak menutup rapat pintu sehingga membuat aku langsung beranjak dan menundukkan diri sebagai tanda hormat kepadanya.

Sudah hampir satu jam aku berkutat dengan laptop dan akhirnya selesai juga, bahkan matahari juga mulai turun dan akun harus bergegas untuk pulang saat ini. Hari ini aku menggunakan bus untuk menuju pulang bukan karena aku kesiangan ataupun malas hanya saja aku sangat lelah seperti kemarin dan juga mengingat Pak Brata tak masuk sehingga membuat aku memutuskan untuk menaiki kendaraan umum. Aku sudah berada di halte dan menunggu bus datang tapi sudah hampir setengah jam aku sudah menunggu tak kunjung datang juga sehingga membuat aku langsung mengigit kuku dengan cemas. "Apakah mereka tidak datang?" tanyaku dan sesekali aku menatap arlojiku yang terpasang di tangan kananku.

TIN...TIN..TIN

Aku menatap mobil yang ada di hadapanku dan aku langsung mendongak saat seseorang lelaki turun dari mobil tersebut. "Kenapa belum pulang?" tanyanya mengeryitkan dahi. "Sedang menunggu bus datang!" jawabku lalu dia langsung menghampiriku dan juga langsung menyurhku untuk masuk ke dalam.

"Ayo ikut," aku langsung menggelengkan kepala tidak setuju.

"Kenapa?"

"Gpp. terima kasih atas tawaranya pak," dia langsung memutar bola mata dengan malas.

"Udah ayo, Ini udah malam ketimbang di halte sendirian. Bahaya." dia langsung menarik tanganku dan juga langsung menyuruhku masuk dengan paksa.

"Ta...tapi gua saya engga enak pak." tolakku dengan halus sedangkan dia hanya memutari mobil dan langsung menancap gas.

Di tengah jalan, aku merasa canggung dengan tuan muda yang tengah melajukan mobilnya namun dia tetap mengantarkan aku untuk sampai di rumah. "Dimana?" aku langsung menoleh ke arahnya dan mengangkat alis.

"Apa?"

"Ruah," aku langsung gelagapan saat otakku lemot dan dia menatapku dengan sinis.

"Jalan Ajibarang. Blok 34 xxxxx." setelah itu dia pun langsung menancap gas dan juga dia langsung melajukan mobil tanpa berbicara sepatah kataku pun.

Kehingan terajdi di antara kami, aku menoleh ke arah tuan muda. Dia memang tampang dan juga aura yang dingin sehingga membuat dorang yang mendekatinya berpikir dua kali. "Bapak mau kemana malam-malam?" tanyaku dengan menormalkan detak jantungku yang berdetak dengan kencang saat mata kami bertabrakan.

"Urusan!" aku hanya menganggukan kepala lalu kami sama-sama terdiam hingga aku berhenti di depan rumahku.

"Terima kasih pak, sudah mengantarkan saya."

"Hem.." ujarnya dengan melajukan mobilnya dan meninggalkan aku yang hanya menatap mobil yang perlahan-lahan mulai menghilang.