Tiba-tiba aku teringat dengan ijazahku yang hanya lulusan sma sehingga membuat ragu untuk bertanya kepadanya, " Pak…saya hanya lulusan SMA," dia mengegeryitkan dahi dengsn bingung.
"Hahahahahahaha…kamu itu sangat lucu sekali,"
"Tidak bututh ijazah kamu, perusahan hanya butuh orang yang jujur dan bisa menguasai Teknik dasar tanpa memandang rendah Pendidikan seseorang," sketika aku langsung kagum dengan pemikiran Pak Brata.
"Serius Pak?" tanyaku dnegan raut berbinar.
"Tentu saja, besok atau setelah kamu sembuh kamu bisa datang keperusahan. Tidak usah ragu dan malu." Ujarnya sehingga membuat aku langsung menganggukan kepala.
"Terima kasih kalau begitu ya pak," aku langsung menundukkan kepala dan di balas dengan anggukan juga.
"Ya sudah kalau begitu, saya pamit dulu. Jangan lupa datang ke perusahan ya nona Nata!" ucap dia sembari melihat kea rah jam yang melingkar di tangannya dan juga dia berpamitan karena dia terlihat buru-buru.
"Ya sudah kalau begitu, terima kasih ya Pak Brata!" setelah aku mengucapakan kata itu dia langsung pergi bersama anak buahnya.
Aku menghembuskan nafas dengan pelan dan setelah itu menatap ke arah plafon dan memikirkan apa yang akan ku lakukan besok pagi jika aku berjalanpun masih terseok-seok.
"Aiyo mengapa kamu masih memikirkan itu, kabari saja dulu ke Pak bos jika besok mungkin akua gak telat mengantarkan susu dan korannya," setelah itu aku langsung meronggoh ponsel dan mencoba menghubungi Pak bos.
Aku menaiki bus menuju ke bandara, bagaimana mungkin aku bisa ketiduran dan Ketika aku bangun sudah pukul enam malam sehingga membuat aku buru-buru langsung mencari bus untuk menuju ke bandara, tapi alhamdulilah bahwa bus sudah berada di bandara pukul 19.45 sehingga membuat dengan buru-buru aku mendekat ke arah pintu exit.
Dengan Langkah terburu-buru plus aku merasa sangat gugup jika harus bertemu Aldo karena in pertemuan pertama aku setelah tujuh tahu kami tidak bertemu Kembali.
Aku mengigit bibir dengan pelan sudah jam 20.20 tapi aku tak melihat keberadaan Aldo sama seklai bahkan pesawat dengan tujuannya sudah sampai. "Dimana Aldo?" tanyaku kepada diriku sendiri dan juga sesekali aku melihat orang yang sudah keluar dari pesawat tapi Aldo tak kunjung keluar.
Aku mengigit bibir dengan pelan, apakaha Bu Yani hanya bualan saja? Tapi aku rasa Bu Yani tidak sekejam itu kepada orang lain. "Lebih baik aku bertanya saja," dengan Langkah pelan dan aku menunggu pramugari kelaur dari pesawat.
"Ka, permisi!" aku langsung menghentikan dua orang pramugari yang menyeret koper mereka sendiri.
"Iya ada apa mbak?" tanyanya dengan mendekat ke arahku, lalu aku langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Begini ka, apakah tujuan dari jepang ke Jakarta sudah datang?" tanyaku dengan gugup sedangkan mereka beruda hanya saling pandang satu sama lain sehingga membuat aku sangat gugup.
"Maaf ya mbak, apakah mbak sedang menunggu seseorang?" tanyanya dengan raut tenang dan aku pun langsung menganggukan kepala.
"Siapa namanya kalau boleh tahu ya ka?" tanyanya sekali sedangkan aku langsung menjawab."Namanya Aldo ka." ujarku sedangkan salah satu dari mereka dan masuk ke kabin lagi utnuk melihat apakah ada orang di dalam atau tidak.
"Ya sudah kalau begitu, mbak tunggu di sini biar saya cek dulu." Ucaonya dan segera aku langsung menganggukan kepala. Kami sama-sama diam dan selang beberapa menit pramugari yang mengecek pesawat datang dan tidak menemukan orang lain.
"Maaf mbak, seperti orang Bernama Aldo sudah keluar karena saya tidak menemukan orang di dalam." ucapnya dengan tersenyum sedangkan aku sudah benar-benar kalut.
"Benarkah ka?"
"Ya sudah kalau begitu terima kasih ya ka!" aku langsung menganggukan kepala dan juga mengucapkan terima kasih kepada kedua pramugari karena sudah membantuku mencari Aldo.
"Iya sama-sama ya mbak. Ya sudah mungkin Aldo sudah menunggu di depan mbak!" aku langsung tersenyum menanggapinya dan dia juga langsung pamit kepadaku.
Dengan seera aku langsung meronggoh ponsel dan menghubungi Aldo tapi tak kunjung di jawab juga sehingga emmbuat aku langsung menatap marah ke arah ponsel tersebut.
"Kemana tuh bocah sialan!" umpatku dengan Langkah lebar dan juga menatap ke arah sekeliling tapi sialnya aku lupa dengan wajah nya, ralat bukan wajahnya tapi aku yakin dia sudah berubah dari postur badan dan bentuk wajah apalagi selama dia di sana aku juga tidak pernah melihat meski hanya lewat foto saja.
"Tut…tut…memang bocah ngerjain kek nya deh," aku langsung mendudukkan diri di kursi yang tak jauh darikuku. Dengan kesal aku langsung menghubungi sembari mentap ke arah sekeliling, namun aku terkejut saat mendengar suara ponsel yang berdering.
Aku mencari asal suara tersebut dan langsung menatap ke ponselku. "Apakah itu suara ponselnya?"monologku dengan pelan dan aku juga langsung mendial kembali nomor ponsel, lagi-lagi suaranya terdengar kembali.
Dengan Langkah ragu aku langsung mendekat ke arah asal suara tersebut dan menatap lelaki yang sedang membelakangiku. Dengan detak jantung yang terasa seperti marathon aku langsung menepuk pelan pundak lelaki, "Al?" tanyaku dengan pelan sedangkan dia langsung menoleh ke arahku dan juga mnegangkat alis dengan bingung.
"Siapa ya?" tanyanya seketika aku langsung menatap cengo ke arah dengan bingung.
"Aldo." Ucapku dengan terbata-bata dan menatap ke arah Aldo dengan tersenyum dengan tipis. Dia langsung menatapku tanpa menipis tanganku yang ada di pundaknya.
"Siapa lo?" tanyanya dengan raut kesal seketika aku langsung tersadsr, apakah dia bukan Aldo batinku bertanya-tanya tapi dia malah menatapku dengan kesal.
"Bisakan angkat tangan lo di Pundak gua?" tanyanya dengan raut kesal, seketika kau langsung tersadar bahwa ini bukan Aldo.
"Lo siapa?" tanyaku dengan panik sedsngkan dia malah terkekeh dengan kecil.
"Gua?"
"Lo engga usah tahu dan engga perlu tau." Ujarnya dengan songong seketika aku langsung mentap jengkel ke arahnya.
"Lo! ARGHHHHH!"
"Terus kenapa ponsel lo bunyi Ketika gua sedang mendial nomor sahabat gua?" tanyaku dengan berkacak pinggang sedangkan dia langsung membuang permen karet yang sedang dia kunyah.
"In…."
"Nataaaaaaaaaaaaaaaaa!" aku tersentak kaget saat mendengar suara seseorang yang aku rindukan saat ini, dengan pelan aku menoleh kea rah asal tersebut dan juga aku langsung meneguk ludah dengan susah payah karena jarak seratus meter dari hadapanku.
"Aldo?" tanyaku dengan pelan sedngkan dia langsung menubrukku dengan kencang bahkan mungkin aku hampir terjengkang jika dia tidak memegang pinggangku.
"Nata, gua kangen banget sama lo!" dia langsung terisak dnegan pelan sedangkan aku juga meneteskan air mata saat bisa menatapnya lagi ada di hadapanku.
"Gua pikir, lo cuman ngeprank doang, eh engga tahunya lo serius sama ucapan lo," aku langsung melpaskan pelukan karena ada beberapa orang yang sedang merekam dan memotret kami dengan sengaja. Mungkin mereka berpikir kami romantic dan juga beranggap kami sebagai kekasih.
"Lo?"
"Tau darimana gua balik, padahal gua engga kasih tahu ke siapapun?" tanyanya dengan mengeryitkan dahi dengan bingung sedangkan aku langsung tersenyum dan mengangkat alis dengan tersenyum lebar.
"Ibu?" tanyanya dengan mata memicing ke arahku sedangkan aku hanya mengedikan bahu dengan acuh.
"Terima kasih datang sesuai dengan janjimu waktu dulu." Ujarku dengan emnatap lembut ke arahnnya dan dia langsung mencubit pipiku.
"Woy… di sini bukan hanya kalian berdua saja," teriaknya dengan suara kesal dan menatap kami dengan jengah.