Aku baru mengetahui bahwa lelaki yang tadi memarahiku adalah teman Aldo, mereka bertemu di Jepang dan juga menempuh Pendidikan yang sama dan bekerja di perusahan yang sama.
"Ini gimana bisa tangan dan kaki terluka?" tanya dengan menatapku dengan tatapan kasian, sedangkan aku malah berdecak dengan kesal. "Aku sudah mengatakan bahwa aku hampir tergilas oleh lelaki sialan itu," ujarku dengan malas lalu Aldo terkikik geli saat melihat raut wajahku yang menekuk.
"Oh lo, belum kenalan sama teman gua,"
"Rel, ini sahabat gua namanya Nata, ya seumuran sama kita dia. Dan ini Nath, Farel temen gua pas disana." Kami saling berjabat tangan sedangkan dia langsung menganggukan kepala dan aku juga melepaskan jabatan kami berdua karena melihat dia yang enggan berkenalan denganku.
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita nyari taksi, takut kemalaman kita sampai ke rumah." Ajakku kepada mereka berdua sedangkan Aldo dan Farel langung membawa kopernya sendiri.
Kami sudah berada di dalam mobil meskipun ada sedikit perdebatan antara kami berdua dengan Aldo bagaimanan cara membawa sepedaku tapi sang supir mempunyai tali yang cukup kuat sehingga membuat aku langsung membawa dan di ikat di atas mobil.
Aku Bersama Aldo mengobrol dengan bercanda gurau sedangkan Farel dia hanay diam sembari menatap ke arah lain atau dia memotret Ketika sedang menemukan view yang bagus.
"Itu lo dapat teman modelan patung darimana?" tanyaku kepada Aldo, sedangkan Aldo malah terkekeh dengan kecil.
"Ya memang dia sikapnya kaya gitu, jadi ya mau gimana lagi. Lagipula dia baik ko orangnya engga rewel ataupun engga neko soal apapun." aku langsung menganggukan kepala dan juga langsung menatap ke arah jalan yang sudah lenggang tidak seperti biasanya pikirku.
Satu jam kami menaiki taksi, dan aku sudah benar-benar mengantuk dan juga sangat lelah untuk aktifvitas hari ini.
"Terima kasih udah mau anter," aku langsung melambaikan tangan kepada Aldo yang tengah menatapku.
"Sans aja kali sama siapa aja,"
"Ya udah lo masuk sana, udah malam ini." Lanjutnya kepadaku dan aku langsung menganggukan kepala.
"Ya udah thanks ya udah traktir makan," ujarku dan di balas dengan decakan dari Aldo.
Aku memasuki rumah dan langsung membersihakan diri tak lupa aku langsung mengerjakan naskah yang belum tamat.
Percayalah novel yang ku rilis kali ini 'I AM FAT', dan itu membuat aku di hujat habis-habisan oleh para readerku. Entah aku menyukai Wanita bodoh dan Ketika dia sudah di sakiti maka dia akan mempunyai cara utnuk balas dendam bukan.
Ya sama seperti karakter yang aku peran saat ini, dia yang memiliki badan gempal dan pendek harus mengalami masalah serius pada zaman sekarang yaitu pembullyan.
Aku melirik ke arah jarum jam yang sudah menunjukan pukul dua belas malam, sehingga membuat aku langsung menguap dan mengucek mata dengan perih. "Sudah berapa banyak yang waktu aku untuk menyelasaikan naskah ini?" tanyaku dengan merebahkan diri di atas Kasur.
Aku mengusap bulu kudukku dengan merinding, rupanya jendela kamarku belum tertutup dengan benar sehingga membuat hawa dingin langsung masuk ke dalam kamarku.
Dari sini aku melihat bintang yang cukup banyak dan awan pun cukup terang sehingga membuat aku langsung mengangkat bibir dengan tipis. "Terima kasih Tuhan telah menghadirkan orang yang perduli terhadapku." Setelah itu aku langsung menutup jendela kamar dan langsung menarik selimut dan memejamkan mata.
Aku merasakan cahaya matahari mengenai wajahku sehingga membuat aku langsung membuka perlahan-lahan mataku,
Aku mengeryitkan dahi dengan bingung. 'dimana ini dan mengapa matahari sudah menyinari wajahku?' tanyaku dengan bingung lalu aku langsung membulatkan mata tidak percaya dengan ini. "APA AKU KESIANGAN?" teiakku dengan kencang sehingga membuat aku langsung ke kamar mandi tanpa mandi dan hanya menggosok gigi.
"Sialan mengapa aku bisa kesiangan,"
"Aakhh.. ini juga belum sembuh juga?" umpatku lalu Ketika aku melewati dapur tiba-tiba mencium wangi yang sangat nikmat sehingga mmebuat aku langsung mengalihkan ke dapur.
"Apakah ada maling yang masak?" tanyaku dengan sendiri dan perlahan-lahan mendekat ke arah dapur dan juga aku langsung mengambil sapu yang terlihat olehku.
"Maling!!!!!!" teriakku dengan memukul badannya dengan sapu sedangkan sang empu mentap marah ke arah, seketika aku langsung menatap tak percaya kea rah Farel yang sedang masak menggunakan celemek.
"LOH!!!"
"Ngapin di sini dan bagaimana bisa masuknya?" tanyaku dengan menghembuskan nafas dengan perlahan-lahan dan juga aku langsung menarik kursi dan juga aku langsung menatap horror ke arah Farel.
"Masak!" jawaban yang singkat membuat aku kesal lalu aku mendengar derap Langkah kaki yang perlahan-lahan mendekat ke arahku.
"Loh udah bangun princes?" tanya Aldo seketika aku langsung mengangkat alis dengan kesal saat mengetahui bahwa ini ulah Aldo.
"Lo yang buka pintu rumah gua?" tanyaku dengan memicingkan mata dan di balas dengan cengiran dari Aldo.
"Hehehehhehe.. mangap!" ujarnya dengan tertawa di akhir kalimatnya sehingga membuat aku langsung memutar mata dengan malas,
"Sialan lo pada!" umpatku dengan memakan roti yang sudah di siap di atas meja.
"Ya sudah kalau begitu,, ayo makan ini gua udah bawa nasi uduk buatan emak gua!" ajaknya sedangkan aku hanya menatapnya dan juga Aldo langsung menarik kursi dan juga Farel juga sudah makan roti buatannya dan juga dia hanya diam mengamati kami yang sedang berbicara.
"Ya allah, aku melupakan bahwa aku harus mengantar susu dan koran," aku langsung lari denganterbirit-birit dan juga langsung masuk ke dalam kamar mengabaikan teriakan dari Aldo.
"Nat..enggga….us…"
"Diem lo kampret, gua kesiangankenapa lo engga bangun gua setan," umparku di dalam kamar dan juga langsung membawa tas dan juga mengambil ponsel lalu memasukan ke dalam tas dan juga langsung mengambil sepatu.
"Lo mau kemana?" tanyaku dengan menatapku dengan menguyah nasi uduknya sedangkan aku langsung memutar otak lalu berdecak dengan kasar.
"Sudah aku bilang aku harus bekerja," aku langsung berdiri dan hendak berjalana tapi Aldo malah menahan bajuku dari belakang sehingga membuat aku berusah melepaskan tangan yang ada di bajuku.
"Lo…apaan si?" teriakku dengan kesal sedangkan Aldo sudah berusaha menahan tawanya.
"Inget lo masih sakit kakinya dan juga tangannya jadi stop engga usah kerja hari ini," ajaknya dengan menyeretku ke meja makan lagi sehingga membuat aku langsung menatapnya kesal.
"Ini engga lucu sama sekali," aku langsung menatap garang ke arahnya dan berkacak pinggang sedangkan dia malah menatapku dengan diam.
"Lo tenang aja gua udah antar susu dan korannya," dia langsung menyantap kembali makanaan nya.
"Hah?"
"Apa, lo serius?" tanyaku dengan tak percaya sedangkan dia hanya memalingkan muka saat aku menangkup pipinya.
"Iya jadi lo tenang aja," aku langsung mencium pipinya dengan reflek sedangkan dia langsung menatapku dengan mata yang melotot.
"Jangan cium gua sembarang kampret," dia langsung mentapku dengan kesal sedangkan aku langsung memajukan bibir dengan kesal dan juga langsung mencabik-cabik tangan di udara,
"Biarin, tapi beneran kan lo udah anterin koran dan susunya?" tanya dengan menarik kursi dan mata memicing ke arahnya sedangkan dia langsung memutar bola mata dengan malas.
"Sudah ku katakanan, jadi cepat habiskan lah makananmu!" aku langsung menganggkan kepala dan juga langsung menatap Aldo dengan menyuggingkan senyum manis ke arahnya.
"Kenapa tersenyum?" tanya Aldo yang mengetahui bahwa aku sedang tersenyum ke arahnya, aku langsung mengangkat bibir dengan kesal.
"Liat cicak yang sedang fall in love," ujarku dengan kesal sedangkan dia dengan sikap yang acuh nya langsung mengabaikann ucapanku dan juga dia langsung beranjak membawa piring kotornya. Aku menatap Farel yang sedari diam saja dan dia juga makan dengan tenang.
"Farel makasih udah menyiapkan makannya!" ujarku dengan tulus sedangkan dia langsung menganggukan kepala tanpa menjawab ucapan terima kasih dariku.