Memang bu Yani terkenal orang yang ramah dan baik tak jarang dia pun memberikan makanan jika ada kelebihan makanan, maka dari itu semua orang mungkin ingin dekat atau berada di samping orang baik salah satunya impian tetangga tapi di setiap orang selalu ada minusnya dan bu Yani juga memiiki rata-rata cerewet yang luar biasa tingkat tinggi. kadang-kadang kecerewetan yang membuat aku kesal tapi dia memang mempunyai hati yang baik dan tulus.
"Maafkan yang sudah di buat repot oleh saya," ujar bu Yani sehingga membuat kami pun langsung terkekeh dengan geli.
"Tidak merepotkan sama sekali lain kali jika ada catering lagi bisa panggil saya!" ujar salah satu dari mereka.
"Iya bu Yani terima kasih sudah memberikan ini. Ini lebih dari cukup buat kami semua," ujar salah satu dari ibu-ibu.
"Iya jeng. Makasih banget loh ini sudah di kasih amplop dan bingkisannya. Lain kali kalau ada orderan banyak bisa hubungi kita lagi ya bu Yani. Kami usahakan akan datang dan membantu bu Yani lagi!" ujarnya salah satu dari temannya sehingga membuat bu Yani pun tersipu malu.
"Ah ibu-ibu bisa aja, saya juga berterima kasih sudah membantu saya. Iya kalau ada orderan banyak saya akan mengabari ibu-ibu semuanya."ujar bu Yani dan di balas dengan anggukan dari ibu-ibu yang lainnya.
"Ya sudah bu Yani saya mau pamit dulu. Ini sudah malam juga. Sekali lagi terima kasih ya bu Yani." ucap bu Dika dan di ikuti oleh beberapa ibu-ibu yang lainnya sehingga membuat aku pun hendak pamit pulang ke rumah.
"Nat… tunggu dulu," aku langsung menoleh rupanya bu Yani memanggilku.
"Eh ada apa bu manggil saya kembali?" tanyaku kepadanya sehingga membuat dia pun langsung menatap sekitar dan langsung menyeret aku Kembali ke rumahnya.
"Kamu tidak usah pulang dulu. Ada yang ingin bicarakan kepadamu!" ajak bu Yani sehingga membuat aku pun langsung menganggukan kepala dan mengikuti dia di belakangnya.
"Ayo duduk terlebih dahulu," aku pun langsung mendudukan diri.
"Ada apa ya bu?" tanyaku dengan penasaran.
"Begini ibu mau tanya?" jedanya sambal emnatap ke arah sekeliling.
"Apakah kamu sudah mempunyai pacar atau pendamping hidup?" tanya bu Yani sehingga membuat aku pun langsung mengeryitkan dahi.
"Belum bu. Memangnya kenapa?" tanyaku sedangkan bu Yani hanya tersenyum dengan sendirinya lalu menggelengkan kepalanya.
"Eh tidak. Oh ya udah kalau begitu mah. Tapi benernya kamu tidak mempunyai pacar atau kamu tidak dekat dengan lelaki?" tanyanya dengan selidik sehingga membuat aku memutar bola mata dengan malas.
"Bagaimana ada yang menyukai Nata jika Nata di sangka lelaki terus saja," ujarku dengan menghembuskan nafas dengan kasar.
"Ya sudah kalau begitu ayo ibu antar kamu pulang!" tawarnya sehingga membuat aku pun menggelengkan kepala, menolak ajakanya dia karena aku tidak enak terhadapnya.
"Tidak perlu bu Yani lebih baik istirahat saja ini juga sudah malam Nata tidak enak merepotkan bu Yani," Aku langsung beranjak dari tempat tidurku sehingga membuat aku ini pun langsung mengekoriku.
" Ya sudah kalau begitu Nata pamit dulu. Selamat malam dan terima kasih atas kebaikan Bu Yani." aku langsung mengeluarkan sepeda dan melambaikan tangan setelah itu aku pun langsung membawa sepedaku dan tak lupa aku pun langsung pulang ke rumah karena jarak rumahku dengan dia tidak terlalu jauh sehingga tidak perlu memakan waktu yang cukup lama.
Seperti biasa aku langsung bangun di pagi hari dan langsung mengantar susu dan koran secara bersamaan dan sialnya aku mengalami kesialan yang cukup menyita waktu.
"Permisi, mengantarkan susu!"ujarku dengan suara lantang dan tak lama seorang perempuan paruh baya langsung membuka pintu dan tersenyum kepadaku.
"Tumben telat?" tanya dia lalu aku pun langsung menyerahkan 2 kantong susu yang cukup besar.
"Bukan telat tapi hari ini byanyak yang memesan cukup banyak sehingga membuat aku harus berhati-hati membawanya," ujarku dengan tersenyum tipis sehingga dia pun langsung mengganggu menganggukkan kepala dan juga langsung masuk kembali ke dalam rumah.
"Terima kasih bibi sudah memesan susunya," teriakkuku dengan suara melengking dan tak lama aku mendengar balasan dari bibir tersebut.
"Ayo Nata demi masa depan kamu tidak boleh menyerah!" ujarku dengan semangkat dan langsung menggoes sepeda kembali . Cukup lelah hari ini sehingga membuat aku harus mengantar susu dengan banyak namun ini ketika aku melihat keranjang rupanya masih ada lima kotak susu yang belum di antarr sehingga membuat aku mengingat siapa yang belum aku antarkan susu tersebut.
"Rumah ujung yang belum aku antarkan susunya," aku membulatkan mata saat mengingat rumah tersebut.
"Aish memang aku pelupa atau bagaimana," Setelah itu akupun langsung Gowes menuju ke rumah yang berada di ujung jalan ini dan itu rumah berada cukup jauh dan nanjak sekali sehingga membuat aku ngos-ngosan menggoes sepeda.
Ketika aku hendak mengerem sepeda aku tiba-tiba tidak bisa sehingga membuat aku pun langsung menjerit karena aku hampir menabrak pintu gerbang.
"Kenapa ini?" tanyaku dengan panik di tambah ketika hendak sampai di depan rumahnya jalanan ini menurun sehingga laju akuSepedaku sangat cepat ditambah Aku tidak mempunyai beban sehingga aku merasakan bahwa aku akan menabrak sesuatu.
entah bagaimana ketika aku hampir mendekati gerbang tiba-tiba gerbang terbuka dengan otomatis sehingga membuat aku pun langsung menjerit dan terdengar suara benturan yang cukup keras.
DUG
BRUK
AWWSH
Badanku sangat sangat sakit sehingga membuat aku pun langsung membuka mata dan di saat itu pula aku terlonjak kaget saat melihat beberapa orang yang sedang mengelilingi ku, lalu pandangan aku tertuju kepada patung yang ada di hadapanku.
"Astaga itu aku yang menabraknya?" tanyaku dengan menatap kearah sekeliling sedangkan sekeliling langsung menatapku dengan was-was.
"Nona apakah kamu baik-baik saja?" pertanyaan sialan dari salah satu ada di belakangku. Apakah dia tidak melihat bahwa aku memegang pinggang.
"Eeeee… saya baik-baik saja." ujarku dengan terbata-bata setelah itu akupun langsung bangkit dan perlahan-lahan berdiri lalu tiba-tiba aku terjatuh kembali dan merasakan pinggang ku teramat sakit.
"No…"
"Kenapa kamu bisa seceroboh itu?" aku terlonjak kaget saat mendengar suara menggelegar dari hadapanku sehingga membuat aku pun langsung menoleh ke arah depan, aku berfikir lelaki itu sedang memarahiku ternyata ia sedang memarahi bawahannya sehingga membuat aku pun merasa tidak enak karena sudah membuat kekacauan di rumah pelanggan susu ini.
"Maaf tuan saya juga tidak mengetahui, mengapa Gadis itu tiba-tiba masuk dan menabrak patung," dengan perlahan-lahan aku pun langsung berdiri dan mendekat ke arah lelaki yang sedang memarahi bawahannya.
"Maaf tuan sepertinya ini juga kesalahan saya karena rem sepeda saya rusak dan dan jika gerbang tidak dibuka. Mungkin saya akan mati di tempat karena akan menabrak gerbang yang terbuat dari besi dan sedikit tajam," aku menjelaskan dengan menundukkan kepala sedangkan lelaki yang ada di hadapanku menatapku dengan diam.
"Huft!!!" tanya seseorang lelaki yang menatap ke arah bawahannya dengan marah lalu Menatap ke arahku.
"Apa kamu terluka boy?" Mulutku manga saat dia menanyakan ku atau bukan.
"Hah?"
"Apakah kamu terluka?" aku diam sejenak lalu menggelengkan kepala meskipun Pinggangku terasa Mau patah tapi aku rasa aku pun merasa bersalah karena aku sudah merusak patung dan susu pun tercecer di tanah.
"A…aku baik-baik saja. Tapi aku minta maaf patungmu sudah aku rusak!" aku mengigit bibir dengan takut bagaimana pun aku merasa waspada apalagi aku rasa patung memiliki harga yang fantastis yang sangat mahal.