Chereads / Three miracles / Chapter 4 - Nenek baik

Chapter 4 - Nenek baik

Aku benar-benar merasa tidak enak dengannya sedangkan dia pun langsung mengalihkan pandangan ke arah patung dan memijit pelipisnya dengan pelan.

"Ya tidak masalah," dan tak lama kemudian terdengar suara melengking yang sangat keras sehingga membuat aku pun langsung menyumpal telingaku dengan kedua tanganku.

"WHAT HAPPEND BOY?" Dia langsung menatap ke sekeliling dan dia pun langsung menatap kearahku dan terkejut melihat parasku mungkin aku memiliki perasaan seperti itu. Oke aku memang sangat percaya diri sekali.

"Kau?"

"Kenapa mirip dengan temanku?" hanya dia dan tiba-tiba dia pun langsung memegang wajahku sembari menepuk pelan pipiku.

"Nenek apa yang dilakukan? itu tidak sopan?" tiba-tiba tangan neneknya ditarik sehingga membuat nenek tersebut langsung menatap tajam kearah cucunya.

"Apa?" Jawab nenek dengan mata mendelik ke arahnya mungkin ia tidak terima karena tangannya ditarik dari pipiku.

"Nenek itu tidak sopan meraba pipi seseorang, Apalagi kita tidak mengenalinya," ujarnya sehingga membuat aku pun langsung terhadap situasi saat ini.

"Nenek saya minta maaf telah merusak patung milikmu tapi akan saya ganti mungkin akan dicicil." aku benar-benar merasa tidak enak. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

"APA?"

"Kenapa kenapa bisa kamu menabrak patung ada di dalam??" Nenek langsung menatap kearah patung tersebut dan aku pun bisa melihat raut kesedihan di wajahnya lalu penjaga gerbang pun menjelaskan kepada nenek apa yang terjadi yang menimpaku dan pintu gerbang.

"Tadi pagi pintu gerbang sedang ada masalah maka dari itu saya dan perbaikinya tapi bagaimana nona tersebut masuk ke dalam dan langsung menabrak patung!" Aku menganggukkan kepala karena aku pun merasa bersalah dan ini pun kesalahan aku karena tidak rem sepeda aku.

" Apakah kamu baik-baik saja?" tanya nenek kepadaku sehingga membuat aku pun langsung menganggukkan kepala.

"Baik-baik saja Nek tapi patungnya mungkin tidak baik-baik," aku menundukkan kepala dan meminta maaf dengan pelan-pelan kepada nenek tersebut.

"Kau ini bagaimana bisa kecolongan karena pintu rusak?" tiba-tiba nenek langsung memukul dengan kencang ke kepada cucunya sehingga membuat Sisinya pun merasa kesakitan.

"Nenek. Xavi tidak tahu mengapa pintu nya rusak!"ujarnya dengan mengusap bahunya dengan pelan-pelan.

"Ah Maafkan nenek-nenek tidak tahu." ia dengan tulus meminta maaf kepadaku,lalu akupun langsung menggelengkan kepala karena ini juga Memang kesalahanku.

"Nenek tidak perlu meminta maaf karena ini memang kesalahanku juga ada di saya juga. Jika rem sepeda saya mungkin tidak mengalami blong mungkin aku tidak akan menabrak patung tersebut." cicitku dengan suara pelan.

"Ya sudah ayo sebagai jaminan ini KTP Saya mungkin akan disimpan untuk mengganti biaya kerusakan patung tersebut."Buru-buru aku pun langsung mengeluarkan KTP dari dompetku dan menyerahkan kepada nenek untuk sebagai jaminan takut aku tidak mau ganti rugi sedangkan nenek langsung menolak dan memberikan KTP tersebut kepadaku.

"Tidak perlu nenek percaya bahwa kamu orang baik jadi nenek juga tidak perlu menahan KTP untuk mengganti rugi,"

"Bukankah kamu orang yang suka mengantarkan susu ya?" tanya dia sembari menatapku dengan serius sehingga membuat aku pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Iya benar Nek sayang yang tiap pagi mengantarkan susu kepada rumah ini dan maaf juga mungkin susunya tumpah. Saya besok akan gantikan dan bawakan lebih banyak untuk untuk nenek." jawabku kepada nenek sehingga nenek pun langsung terketik dengan pelan.

" Terima kasih sudah menolong saya dan besok pagi akan saya antarkan susu lebih banyak dari biasanya. maaf yang telah merusak Patung nenek tapi saya mungkin akan menyicilnya dengan perlahan-lahan." Aku langsung menundukkan kepala dan setelah itu nenek pun tersenyum dengan tipis.

" Ya sudah kalau begitu Nek saya izin dulu besok pagi saya akan mengatakan susunya kembali." Aku hendak berpamitan kepada dia Lalu nenek tersebut memegang tanganku dengan pelan.

"Sebaiknya kamu obati luka yang ada di tanganmu mungkin itu akan sakit dan kamu pun tidak bisa mengunggah sepedamu karena sepedanya sudah hancur," di akhir kalimat nenek memelankan perkataannya sehingga membuat aku pun langsung menoleh rupanya sepedaku sudah menjadi rongsok karena bagian depannya sudah rusak dan bengkok.

"Ah ya,"

"Huft bagaimana ini,"

"Sudah tidak perlu dipikirkan lagi lebih baik sekarang kita buat tidur dulu kamu dan perihal sepedamu mungkin nenek akan belikan yang baru untukmu."

"WHAT?"

"Nek, are you kidding?"Aku langsung menatap kearah nenek tersebut dengan mengerutkan dahi.

" Saya rasa itu berlebihan tidak usah perlu diganti."

"Enak sudah mendengarnya sendiri bukan berbelas kasih kepada orang lain Jika nenek pun masih peduli terhadap cucu sendiri," ujar dia dengan memutar bola mata malas sehingga membuat aku pun langsung menggaruk kepala yang gatal.

"Sudah kamu diam saja lebih baik kamu urus gerbang tersebut." ujar nenek dengan memalingkan muka kearahku dan dia langsung menarik tanganku untuk masuk ke dalam rumahnya.

Aku masuk kedalam rumahnya yang terbilang mewah, di dalam rumahnya ada beberapa Apa barang antik itu cukup mahal sehingga membuat aku pun langsung mengatupkan bibir tanpa berbicara sedikitpun.

"Sebentar Nenek ambillkan kotak P3K dulu,"dia menyuruhku untuk duduk di sofanya a sehingga membuat aku pun langsung mendudukkan diri dengan perlahan-lahan.

"Astaga empuk banget ini sofa nya, berapa harga sofa ini?" tak lama kemudian anak tersebut membuat datang dan memegang peti kotak P3K sehingga membuat aku pun langsung menatapnya dengan lembut. dengan pelan-pelan dia pun mengobatiku sehingga membuat aku pun langsung teringat dengan kehadiran Bunda ketika aku sedang terluka maka mengobati ku sama seperti yang nenek lakukan ini kepadaku tanpa nenek sadari bahwa aku pun meneteskan air mata, dengan segera aku pun langsung menyeka air mata.

"Sudah selesai, nak!" ujarnya Lalu setelah itu pun aku pun langsung menatap kearah lenganku yang sudah di perban olehnya sehingga membuat aku pun langsung menatap ke arahnya dan menundukkan kepala.

"Terima kasih sudah membantu saya." ujarku dengan lembut lalu nenek pun langsung menganggukkan kepala.

"Siapa nama kamu?" tiba-tiba dia menanyakan tentang namaku lalu dengan langsung aku pun menjawab bahwa aku adalah Nata.

"Ke mana orang tuamu?" tanya dia sedangkan aku pun langsung dibuat terdiam sejenak dan memalingkan wajah ke arah lain.

" Mereka sudah ada di tempat yang jauh dariku." jawab guru sehingga membuat nenek pun langsung menganggukan kepala.

"YAa sudah, minum dulu teh nya!" sejak kapan ada teh di depanku ada dua teh gelas di meja yang ada di hadapanku sehingga membuat aku pun langsung menoleh kearah tersebut yang sedang menyeruput tehnya.

" Ayo minum tidak apa-apa!" dengan ragu-ragu aku pun langsung menyerbu teh dan ketika itu pula aku merasakan aroma tehnya sangat wangi dan nikmat sehingga membuat aku pun meneguk tersebut dengan sekali tegukan.

"Teh nya sangat nikmat Nek!" ucapku kepada nenek lalu nenek pun langsung menganggukkan kepala.

"Ya memang ini nenek yang membuatnya sendiri sehingga membuat memiliki aroma yang berbeda," ujarnya lalu bola mataku udah keluar bagaimana mungkin nenek tersebut bisa meracik teh dengan senikmat ini dan wangi secara bersamaan.

"Wah nenek sangat hebat sekali bisa meracik teh nikmat ini," ujarku dengan sedangkan nenek langsung menyeruput teh lagi.

Setelah Nenek menolongku dan menjamu ku dengan baik akhirnya aku pulang dan tadinya aku hendak diantar oleh cucunya tapi tiba-tiba ada panggilan telepon masuk sehingga membuat cucunya tidak jadi mengantarkan aku pulang ke rumahku.

" Ya sudah Xavi pergi dulu ya nek jaga jaga kesehatan jangan lupa…" ucapan Xavi terpotong saat Nenek menyela ucapan dari Xavi.

"JANGAN SETRES!" teriak nenek kepada Xavi sehingga membuat Xavi pun tersenyum dengan tipis.

"Nenek Xavi hanya takut nenek kenapa-napa," ujarnya dengan menjelaskan kepada neneknya lalu Nenek hnya membalas dengan memutar bola mata dengan malas.

"Ya sudah sana pergi dari sini. KERJA!" ucap nenek dengan menekan kata kerja lalu aku hanya bisa memandang mereka berdua dengan tersenyum tipis.

"Ya sudah kalau begitu Xavi pamit dulu nek," ujarnya dengan mencium pipi neneknya lalu langsung pergi dengan menghilang di balik pintu.

"Ya sudah kalau begitu, Nata juga pamit ya Nek. Terima kasih telah menolong Nata dan di tawari makanan," ujarku dengan menundukkan kepala.

"Ya sudah besok mampir kalau kamu tidak sibuk ya!" ajaknya dia lagi dan aku pun menganggukan kepala.

"Ya sudah kalau begitu Nata permisi dulu nek," aku langsung melambaikan tangan dan tak lupa aku menyeret sepeda rongsokku yang mungkin bisa di jual dan menghasilakn uang.