Chereads / Takdir Untuk Terlahir Kembali / Chapter 29 - Memanas-Manasi

Chapter 29 - Memanas-Manasi

"Iya. Dia pernah tertawa ketika dia membersihkan kamar sebelum kau datang, mengatakan bahwa kau tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Dan juga saat kau meminta seprai merah padahal dia bahkan seharusnya tidak perlu datang," tutur Anne memanas-manaskan wanita tersebut.

Mendengarkan apa yang dibisikkan para pelayan di antara mereka, membuat seolah-olah Zophie mengatakan hal itu. Anne menundukkan kepalanya sedikit untuk menyembunyikan ujung mulutnya yang terangkat.

Maya melompat dari bak mandi, kehilangan kata-kata. Anne berhasil mempengaruhi pikiran kekasih sang pangeran pertanda rencananya berjalan dengan baik.

***

Ada saat ketika Zophie keluar dari kediaman itu, dia bertemu untuk berbicara dengan Miya di teater. Tak peduli bahwa dirinya yang awalnya adalah seorang penggemar, hubungannya dengan aktris tersebut sudah begitu dekat.

Terkadang mereka bahkan saling membagikan kisah sendu dan Zophie begitu tebuka, dia banyak mengeluh. Miya sering berkata, "Zophie, kau adalah gadis yang sangat baik, aku mohon kau tetap menjaga sikap baikmu."

Dia tidak perlu mendengarkan hal itu, tapi memang benar Miya telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mendukungnya. Suatu sikap yang tak pernah dia dapat dari rekan sesama pelayan karena mereka memperlakukannya dengan begitu dingin.

"Aku tidak percaya dia mengatakan itu di belakangku," tutur Lady Maya.

Setelah mengenakan gaun yang diberikan oleh pelayan pribadinya, Maya kembali menatap Anne. "Di mana Zophie sekarang?"

***

Pangeran Lucius Artorius tiba-tiba tertawa terbahak-bahak saat dia duduk di kereta di seberang Jalan Aalto, memandang ke jalan yang diterangi sinar bulan. Mata Albert dan Joseph tepat berada di depannya, tapi sang pangeran sedang memikirkan pelayan baru di kediaman itu, tanpa memperhatikan mereka berdua sama sekali.

Pria itu tidak pernah sadar akan tatapan mereka, sebab dirinya selalu dikelilingi oleh para pengawal, pelayan, dan ksatria. Mereka tidak terlalu berarti dan kurang lebih sama seperti pekerja lain baginya.

Setelah mengenal seorang gadis pada usia tujuh belas tahun, dia telah mempertahankan kehidupan panasnya yang pantas dan dukungan kehidupan sosial yang baik, seperti halnya pria biasa. Sebelum memiliki rumah terpisah di Jalan Aalto, sang pangeran pernah membawa wanita ke kamarnya di istana kekaisaran.

Lalu ada insiden yang membuatnya berpikir bahwa sebaiknya dia membutuhkan rumah pribadi dan pelayan khusus yang bertanggung jawab atas kehidupan malamnya. Dia merasa bahwa memanggil seorang wanita ke istana kekaisaran mungkin akan memberikan harapan yang tidak diinginkan kepada pihak lain.

Itu adalah hari setelah pesta ulang tahunnya yang kedua puluh tahun. Hari dimana seorang wanita mulai mencakar amarah Pangeran Lucius Artorius bahkan sebelum dia memulai hubungan asmara. Ketika dia pergi ke Istana Kekaisaran dan mengaku sebagai kekasihnya, wanita itu mendapatkan motif lain hanya dalam waktu singkat. Jika tidak ada masalah, dia tidak merasa perlu untuk meninggalkan wanita itu, tetapi itu adalah alasan mengapa hubungannya berlangsung paling lama enam bulan.

Marah pada aksi wanita itu untuk menekan dirinya demi mendapat posisi resmi, sang pangeran memanggil pelayan yang berada di luar untuk segera mengirimkan wanita itu pergi. Tapi, kala itu yang sedang bertugas jaga adalah seorang ksatria. Ksatria berbaju besi bergegas masuk atas panggilan marah sang pangeran, bukannya para pengawal atau pun pelayan yang berani melangkah masuk.

Pada saat itu, wanita dengan tubuh polos tanpa sehelai kain berusaha menempelkan dirinya pada sang pangeran, lalu mulai berteriak dengan malu. Wanita itu dibawa pergi oleh sang ksatria yang kembali terlambat.

Setelah itu ada skandal yang tiba-tiba beredar di mulut para penggila Pangeran Lucius Artorius. Mereka mengatakan bahwa sang pangeran berbagi wanita dengan para kesatria. Jelas siapa yang menyebarkan skandal konyol itu, tapi pria bangsawan itu sama sekali tidak berniat untuk mengusutnya.

Untungnya dia memiliki pelayan yang bersiaga di kamar tidurnya seperti bangsawan tua. Seorang bangsawan tua yang dimaksudkan di sini adalah seseorang yang bertugas dalam urusan-urusan yang bisa dianggap nyaman. Namun tujuan sang pangeran mempekerjakannya, yakni agar orang tersebut dapat mengambil peran sebagai seorang saksi jika diperlukan. Contohnya, seperti meluruskan kebenaran bahwa sang pangeran tidak pernah berbagi wanita dengan orang lain.

Tapi ada sesuatu yang dia abaikan. Saat Pangeran Lucius Artorius yang merupakan salah satu bangsawan mondar-mandir dengan tubuh polos di depan para pelayan, hal tersebut kerap membuat mereka terpesona.

Namun ada seorang pelayan unik yang tidak terpesona sama sekali, bahkan dia tampak acuh tak acuh saat masuk. Pelayan lain biasanya akan berlari mendekat ketika dia memanggil, mencoba bersikap baik dengannya atau mencoba tuk berbicara dengannya lebih lama.

Namun, pelayan baru kamarnya itu hanya sering mengangkat alisnya. Penampilannya sangat lucu, dan jika dia sering memanggilnya tanpa tujuan, pelayan itu akan berpura-pura bersikap sopan pada awalnya, tetapi apa yang dia pikirkan selalu terungkap di wajahnya, walau hal itu tanpa disadarinya.

Pada minggu sebelumnya, sang pangeran telah meminta untuk memberinya secangkir teh dan membiarkannya pergi tanpa sengaja meminumnya. Setelah itu pangeran memintanya untuk membawa kembali secangkir teh panas, jadi dia mengangkat alisnya lebih jauh.

Sangat lucu bahwa dia memesan hal yang sama dua hingga tiga kali dalam waktu yang sama. Gadis itu kali ini datang dengan sombong dan berkata, "Yang Mulia, berapa kali lagi kau ingin memintaku untuk membuat secangkir teh panas? Aku pikir aku akan menghemat daun teh atau air yang ada tapi jika kau begitu ingin maka aku dapat menyiapkannya tepat waktu."

Sang pangeran memberi nilai tinggi pada sosoknya yang mengesankan. Pelayan itu tampil beda dan tingkah tak masuk akal adalah sesuatu yang baru baginya. Namun, karena dia hanya orang biasa, gadis itu bisa dikritik keras begitu dia membuka mulutnya.

Dalam situasi yang sulit untuk mengatakan hal yang jelas, pelayan itu suka berbalik dengan bijaksana seraya berkata, "Maafkan jika diriku lancang Yang Mulia."

Sementara sang pangeran terus tersenyum nakal hari ini. Dia bertanya-tanya bagaimana cara mengolok-olok pelayan baru itu, dan keretanya telah tiba di dekat rumahnya.

***

"Ada apa denganmu nona?" tanyanya dengan sopan.

Memperbaiki kacamatanya yang bengkok, Zophie yang bahkan tidak tahu apakah Maya ada di sini, bertanya tentang sikap tidak adil sang Lady yang tiba-tiba masuk ke kamar tidur pangeran dan menampar wajahnya.

Dengan sombong wanita itu berkata, "Berani-beraninya kamu menganggapku sebagai hal yang lucu?"

Saat telapak tangan Maya yang pecah-pecah mendarat ke pipi satunya, Zophie juga mengangkat suaranya karena marah, "Katakan saja kenapa kamu memukulku?"

Maya sekali lagi mengangkat tangannya untuk memukul pelayan yang dianggapnya nakal. Dia terus menatap pelayan itu, menutupi pipinya yang bengkak.

**To Be Continued**