Zophie merasa jauh lebih baik tapi, tentu saja dia sedikit memberontak ketika mendapat perlakuan yang dianggapnya cukup berlebihan. Gadis itu mencoba mengembalikan mood-nya dan fokus untuk menyiapkan teh sang pangeran. Dia mengambil beberapa daun teh dengan hati-hati lalu menaruhnya ke dalam jaring ketel. Kemudian Zophie membuka dua kancing bagian depan seragam pelayannya.
Secara hati-hati Zophie mengambil sebuah termos kecil yang sangat mahal itu. Dia mengosongkan ruang kecil untuk menaruh benda tersebut di antara barang-barangnya lalu menggantungkan tali ketat di lehernya untuk menyimpan termos tersebut dengan lebih baik dari sebelumnya sebab setelan pelayannya masih cukup longgar. Namun, efeknya botol kaca yang tidak ringan itu menyebabkan leher bagian depan dadanya terasa begitu sakit, tapi dia memilih opsi yang jauh lebih aman.
Untuk saat ini dia harus segera menyiapkan teh pangeran dengan baik. Zophie memegang botol kaca itu seperti persembahan ritual lalu dengan hati-hati membuka tutupnya dan menuangkan air ke dalam ketel. Masinis yang mendengar perintah untuk menyiapkan teh pangeran secara perlahan-lahan mengurangi kecepatan kereta sehingga Zophie bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik karena kereta tersebut melaju cukup cepat sebelumnya.
Gadis itu diam-diam mengutuk pangeran sepuasnya, pria yang hanya suka minum teh di cangkir porselen mewah selama perjalanan. Zophie dengan hati-hati menuangkan teh ke dalam cangkir porselen emas itu dan meletakkan cangkir di atas piring karena tampaknya teh itu telah diseduh dengan benar. Lalu secara perlahan dia berdiri dan berjalan ke gerbong yang ada di belakang.
"Apa ini?" tegurnya.
Zophie bersumpah kepada tuhan saat ini bahwa dia sama sekali tidak ingin membalas dendam pada Joseph. Itu akan menjadi nasib buruk dan malapetaka bagi pria yang selalu marah padanya. Untung saja kereta itu berjalan dengan lambat, sebab menurutnya berpergian yang baik itu adalah perjalanan yang tidak terlalu diburu dan menikmati waktu di sepanjang jalan.
Itu tidak akan terjadi jika Joseph langsung muncul dan mengambil cangkir teh itu darinya saat Zophie memanggil-manggil namanya dari tadi. Karena sifat angkuh yang ditunjukan oleh Joseph membuat pria itu pada akhirnya membuka pintu di saat Zophie sedang membawa cangkir minuman milik Pangeran Lucius Artorius.
Namun, karena Joseph tidak melihat dirinya dan Zophie yang cukup sulit untuk mempertahankan keseimbangan maka tanpa sengaja teh panas yang dibuat olehnya menjadi tumpah pada Joseph. Hal itu terjadi karena kereta itu tiba-tiba berguncang dengan keras seolah baru saja melalui jalan yang berlubang. Tapi, gadis itu tahu bahwa Joseph akan mengutuknya dengan niat jahat dan aksi yang kejam.
Karena Joseph yang tiba-tiba tertumpah oleh cangkir teh, maka pria itu berteriak dan secara otomatis berekasi untuk memegang dagu dan menutupi wajahnya dengan tangannya. Insiden itu membuat kereta yang mengantar pangeran mendadak hendak berhenti.
Situasi dengan cepat menjadi kacau saat para ksatria, pengawal, pelayan berlarian ke gerbong tersebut akibat teriakan Joseph. Baron Albert yang berada di gerbong lain juga ikut berlari dengan perasaan panik dan takut sementara kapten para ksatria segera memeriksa keamanan pangeran, Zophie hanya bisa menyembunyikan wajahnya sembari mengintip ke dalam.
Itu bukan salahnya, tapi karena ini adalah tugas pertamanya, Zophie takut pada setiap kecerobohan yang ada sekalipun itu tidaklah disengaja. Dia kini secara ragu mendekati pintu yang terbuka untuk melihat situasi di dalam gerbong itu. Dia masih takut menatap pada orang-orang yang berusaha melindungi keselamatan sang pangeran. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Pangeran Lucius Artorius yang duduk di sana dengan santai, seolah-olah dia tidak ada hubungannya dengan insiden yang terjadi pada Joseph padahal pria itu tampak kesakitan saat menutupi wajahnya dan meratap sedih.
Sudah berbulan-bulan sejak dia bekerja sebagai pelayan di Kediaman Artorius tapi, Zophie terkadang masih terbebani setiap kali ia harus menghadapi pangeran. Gadis itu bahka mengernyit pada rentetan kemalangan yang ada.
Penampilan santai sang pangeran berubah ketika dia merasa bahwa wajahnya dipelintir seperti seseorang tengah mengunyah kesemek saat pandangannya bertemu dengan tatapan pelayan itu. Zophie yang menyadari segera bergegas untuk bersembunyi tetapi, pada saat yang sama dia diberi perintah tegas dari pangeran. Melihat pandangannya yang sedikit menunduk, pria bangsawan itu tampak senang seolah dia telah melihat sesuatu yang lucu.
"Bawa Joseph pergi dan sembuhkan dia. Oh iya kamu, kembali duduk di kereta," katanya.
Zophie menyadari bahwa perjalanan kereta yang menyenangkan baginya telah berakhir. Sekali lagi dia kembali mengutuk konspirasi dari manajer dimensi yang dibuat oleh anjing sialan menurutnya. Segera setelah perintah pangeran diindahkan, Joseph yang masih menangis, dibawa pergi dan kerumunan dengan cepat membubarkan diri. Mereka semua lantas meninggalkan area di sekitar gerbong kosong dalam sekejap.
Gadis itu tidak bisa menunda lebih lama lagi, terutama saat melihat pangeran mencondongkan tubuh dan memandangnya dengan kaki bersilang, seolah pria bangsawan itu ingin dia masuk ke dalam gerbong yang sama dengan cepat.
Saat dia dengan enggan melangkah ke gerbong itu, seseorang tiba-tiba muncul dari belakang dan menariknya. Pintu penghubung lantas ditutup, bahkan sekotak teh yang sebelumnya berada di bangku itu terbaring, dengan cepat seseorang menempatkannya kembali. Hal detail dan kecil seperti ini sudah menjadi keahlian Baron Albert yang cekatan dalam bertindak.
Segera setelah Zophie duduk kembali dengan hati-hati di tepi kursi yang berbahan beludru itu dan kelihatannya mustahil untuk kabur jika dia terus berdiri. Kini, instruksi keluar dari mulut Pangeran Lucius Artorius, "Teh."
Gadis itu dengan sopan merespon, "Ya, aku akan memberikannya kepadamu, jika kau memang ingin secangkir teh." Ini sudah bagian dari tugas Zophie untuk segera bersiap-siap. Gadis itu tak lupa mengucapkan, "Aku akan segera menyiapkannya." Zophie lalu berbalik dan mulai membuka kancing depan gaunnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Suara melengking Pangeran Lucius Artorius terdengar di dalam gerbong saat menyaksikan tindakan pelayan dihadapannya.
Zophie yang cukup polos membuat dirinya merasa kejang dan ingin marah pada hal-hal yang tak terduga. Pelayan itu seolah selalu menguji kesabarannya dan dengan santainya dia kini mengatakan, "Pangeran meminta teh, bukan?"
Sang pangeran dengan spontan menyahut dengan sebuah pertanyaan yang membingungkan, "Tapi kenapa kau melepaskan kancing bajumu dihadapanku?"
Zophie sangat ingin berpikir bahwa pria bangsawan itu mungkin salah paham. Namun, dia hanya bisa menggenggam kedua tangannya dan bersikeras menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tidak bersalah.
Gadis itu menjelaskan, "Tidak, ini, eh, jangan salah paham terlebih dahulu. Aku tidak bermaksud untuk melepas pakaianku dihadapanmu. Aku meminta maaf jika ini terkesan terlalu terburu-buru padamu tapi, percayalah bahwa aku hanya menyimpan botol kaca mahal itu di sini. Maksudku, jika Yang Mulia menutup mata, maka aku bisa mengeluarkannya tanpa harus ditatap olehmu, terutama jika kau merasa tak nyaman."
**To Be Continued**