Namun, dia harus bersyukur karena masih ada pelayan yang memiliki standar seperti Zophie karena Albert tahu jika dia mengatakan dia tidak memiliki pelayan lain yang disiapkan untuk mengganti maka sang pangeran akan memarahinya habis-habisan.
Untungnya Kate merekomendasikan pelayan yang ada di hadapannya itu sekarang. Oleh karena itu Albert bisa mendesah pelan dengan tenang. Sang pangeran hanya mengangguk tanpa berkata sepatah kata pun dan menundukkan kepalanya pada berkas-berkas miliknya lagi.
Zophie juga tampaknya ikut menghela nafas lega. Dia tidak berpikir pangeran akan mengenalnya, tetapi dirinya juga tidak bisa menahan perasaan yang gugup. Dia berpikir telah menggunakan ide yang bagus dengan menambahkan kaca mata pada mode penyamarannya. Karena hal tersebut dia juga menyukai kenyataan lain bahwa penampilan pangeran menjadi tak terlihat jelas. Semuanya tampak buram pada lensa kacamata murah yang dimiliki olehnya. Zophie lega mengira dia bisa melakukan hal yang lebih banyak sekarang.
***
Setelah beberapa saat, pangeran tiba-tiba membawa seorang wanita ke dalam kamar tidurnya di tengah malam. Tak tahu pria itu memang ingin menyalurkan hasratnya atau dia hanya sekedar ingin menguji pelayan baru yang kini ada di dalam kamarnya.
Zophie sedikit tertidur saat melaksanakan tugasnya tapi, telinganya mampu mendengar suara memalukan dari balik tirai. Dia hanya mencoba sebisa mungkin untuk tidak bersikap peduli dan membuat dirinya nyaman di sana.
Saat bangun di pagi hari, Zophie memutuskan untuk pergi ke Teater Magnum untuk berkunjung sebentar. Dirinya sadar bahwa ternyata pekerjaan itu jauh lebih melelahkan daripada bersih-bersih sepanjang hari. Zophie yang telah dipromosikan menjadi pelayan kamar sang pangeran merasa begitu lelah dan sulit untuk beristirahat di sana.
Tidak peduli seberapa keras kebisingan yang terjadi di kamar tidur, itu tidak terlalu menarik baginya dibandingkan dengan perasaan khawatir yang dimilikinya. Dirinya pernah menghadapi hampir semua jenis tantangan berbahaya sewaktu dirinya hidup sebagai Jeanne.
Faktanya, ruangan itu terlalu besar untuk sekedar digunakan sebagai perayaan kegembiraan atau penyaluran hasrat semata. Tirai kasur yang berada di satu sisi ruangan besar itu cukup tebal.
Meskipun cahaya bulan terkadang mencerminkan adegan panas mereka yang kelihatan jelas saat goyangan demi goyangan terjadi di atas kasur. Semuanya tetap saja terasa membosankan bagi Zophie karena dirinya hanya seolah menonton aksi pertunjukkan dewasa secara langsung.
Dirinya menghabiskan waktunya dengan lebih banyak berbaring. Namun, secara tiba-tiba dia mendapat perintah dari sang pangeran, "Nyalakan lampu dan ambilkan aku air."
Zophie sudah diberitahu cara menjawab hingga telinganya lelah mendengar hal tersebut. "Kamu harus memberikan jawaban yang siap dan segera mengambil tindakan ketika kamu dipanggil dan diperintahkan oleh pangeran."
Gadis itu menjawab secara refleks di tengah dirinya yang tengah berbaring, "Ya, Yang Mulia."
Dengan cepat dia mengambil segelas air dari seberang ruangan yang luas, Zophie lalu mengeluarkannya melalui tirai tempat tidur langsung kepada sang pangeran yang sedang menunggu di sana. Tapi, tidak ada respon dari dalam tirai.
Sementara itu Zophie berpikir sejenak tentang apa yang harus dilakukannya. Tapi untung saja, dia merasakan ada tangan dari dalam yang mengambil gelas tersebut pada akhirnya.
Saat dia menunggu dengan tangan terulur untuk mengambil gelasnya kembali, tiba-tiba sang pangeran yang tanpa mengenakan sehelai kain apa pun, muncul dihadapannya setelah membuka tirai. Pemandangan seketika itu membuat Zophie benar-benar terkejut
"Bangunkan wanita itu dan suruh dia keluar," perintah sang pangeran padanya.
Pangeran Lucius Artorius sempat merasa tersinggung dengan tangan yang menggenggam segelas air yang tiba-tiba menempel di ujung tirai, segera setelah dia memberi perintah. Ini adalah pertama kalinya dia diperlakukan dengan sangat tidak sopan.
Saat dia menatap pantulan kaca yang ada, dia berpikir pelayan itu mungkin merasa malu dibalik tirai sehingga dirinya hanya mengulurkan tangan saat memberi gelas tersebut. Meskipun Pangeran Lucius Artorius dengan enggan menerima gelas itu, tangan pelayannya masih berhenti di udara seolah dia memintanya untuk mengembalikan gelas tersebut saat dia telah meminum isinya.
Pangeran Lucius Artorius menatap tangan yang tidak sopan itu, mengosongkan gelasnya, lalu melompat dan turun dari tempat tidur. Langkahnya tiba-tiba diikuti oleh suara aneh "hi-i-ik," saat dia melangkah langsung ke hadapan pelayan yang tampaknya tidak mundur sama sekali.
Pria bangsawan tersebut mendengar suara itu dan langsung mengambil satu langkah mundur. Zophie merasa begitu syok seolah-olah dia baru saja bertemu monster. Alis sang pangeran terangkat oleh perilaku pelayan yang tidak biasa dan belum pernah dilihat sebelumnya.
"Apa maksud dari suara yang kau buat itu tadi?" tegurnya.
Dengan tangan di pinggang dan tubuh polosnya yang terekspos ke udara, pria itu berdiri dengan percaya diri. Zophie yang harus melihat semua itu bahkan ingin memukul dirinya sendiri karena tidak membawa handuk.
Namun, bahkan jika dia membawa handuk sekalipun, dia masih bertanya-tanya apakah sang pangeran akan menerimanya, karena pria itu masih berdiri di sana dengan rasa percaya diri. Zophie sendiri merasa bingung dalam menghadapinya.
Gadis itu membayangkan saja di depannya ada patung pria yang mengenakan handuk putih di sekitar area yang sepertinya paling dia banggakan. Dengan cepat dia tersadar saat melihat sang pangeran yang tiba-tiba menatapnya secara tajam.
Setelah merasakan ancaman bahwa dirinya mungkin untuk dipecat pada hari pertama, dia berpikir sejenak tentang apa yang harus dia katakan. 'Apakah aku harus mengatakan bahwa aku takut dengan tubuh polosnya? Atau membiarkan saja hal tersebut dan tak usah mengomentari apa pun?'
Karena hampir tidak bisa menahan apa yang ingin dia katakan. Jadi, Zophie tampaknya akan berusaha untuk jujur saja.
Gadis itu berkata dengan napas tersengal-sengal, "Maaf, Yang Mulia. Ketika terkejut, aku biasanya tersedak karena diriku memiliki asma, sehingga bunyi-bunyi aneh terkadang terdengar dengan sendirinya. Mohon maafkan diriku."
Wajah sang pangeran tidak melembut, meskipun dia sengaja berhenti bernafas sesekali. Pangeran Lucius Artorius memandangi pelayan dengan mata setengah tertutup itu, melihat sekitar mata kecil di balik kacamata tebal yang dikenakan olehnya. Dari hasil pengamatannya pelayan itu bisa bernapas normal seolah-olah dia tak memiliki kesulitan untuk bernapas sama sekali seperti yang dia ucapkan.
Zophie tentu saja tetap lebih baik daripada pelayan lain yang langsung terpesona ketika mereka melihat sang pangeran, apalagi dengan tubuh polosnya seperti saat ini. Tetapi, pangeran tidak senang melihat pandangan Zophie yang terus menoleh ke arah lain seolah-olah dia tak ingin menatap sesuatu yang tidak ingin dia lihat sama sekali.
"Betulkah hal itu? Baiklah kalau begitu. Tapi, mengapa kau menatap ke arah lain saat dirimu berbicara denganku? Kamu sangat tidak sopan!" ujar sang pangeran.
**To Be Continued**