Atas celaan Pangeran Lucius Artorius, Zophie hanya bisa menoleh dengan enggan. Gadis itu menjawab, "Maafkan diriku Yang Mulia. Aku dengar bahwa seharusnya aku tidak menatap orang yang memiliki status tinggi saat sedang berbicara."
Pangeran Lucius Artorius mendengus pada pelayan di depannya, memegangi kepalanya dengan tegak seolah dia seharusnya tidak melihat ke bawah. Tidak melakukan hal tersebut terutama saat lawan bicaranya berada di hadapannya.
Sang pangeran kembali bersuara, "Betulkah? Itu bagus. kau bisa menatapku secara langsung mulai sekarang. Aku memberikanmu izin."
Berdiam singkat, pria itu lalu menyambung, "Karena yang aku dengar Pangeran Lucius Artorius tidak suka melihat dirinya tidak dihargai."
Zophie jelas merasa malu dengan perintah yang diberikan seorang pangeran padanya dan itu jelas berbeda dengan instruksi yang dia terima. Sang pangeran telah menghapus fakta bahwa dia biasanya marah pada seorang pelayan karena telah melihatnya dan merasa terpesona oleh pelayan baru ini.
Padahal belum lama kejadian terburuk terjadi padanya akibat kekonyolan sikap seorang pelayan. Pangeran Lucius Artorius kini memberikan instruksi saat dia hendak pergi ke kamar mandi, "Bangunkan dia sebelum aku keluar dan suruh dia pergi."
Zophie terpaku dengan kaki. Dia berdiri dalam diam, kepalanya terkulai lembut sampai dia tidak bisa melihat pangeran. Begitu bayangan pangeran menghilang, dia lalu membuka tirai untuk membangunkan wanita yang masih terbaring di tempat tidur. Gadis itu menyahut, "Nyonya, Nyonya, bangunlah."
Maya pingsan karena ekstasi dan tindakan mempesona yang dilakukan pangeran padanya. Kini dia harus bangun dari tidurnya dengan dibantu oleh seorang pelayan.
Wanita itu bertanya, "Uh, dimana Yang Mulia?"
Zophie buru-buru membangunkan Maya, meraba-raba dirinya dan memaksanya untuk mengenakan gaun miliknya. Zophie membalas, "Dia pergi ke kamar mandi. Aku harus menunggu Yang Mulia, jadi dirimu harus memakai ini dengan segera."
Pelayan itu lalu memanggil Joseph yang menunggu di depan pintu setelah dia memaksa Maya untuk mengenakan gaun secara tidak sadarkan diri. Joseph yang masuk begitu pintu terbuka, bertanya dengan mendesak, "Sudah berapa lama dia di dalam?"
Gadis itu otomatis menjawab, "Sudah lama, tapi nyonya masih susah untuk dibangunkan."
Pria itu berkata, "Aku akan dimarahi lagi. Lain kali, cepatlah."
Joseph tampaknya muak dengan fakta bahwa pelayan yang bekerja dengannya adalah seorang wanita yang terlihat tidak efesien. Dengan cepat memalingkan pandanganya saat melihat wanita pangeran yang masih berada di tempat tidur dalam kondisi setengah berpakaian.
Dia memintanya untuk bergegas, tetapi dia malah meliriknya lagi sembari berjalan selambat mungkin dari pintu depan, padahal jaraknya begitu dekat dari kamar mandi. Zophie tidak senang dengan ekspresi yang gerah, berdiri untuk menutupi pakaian longgar milik Maya, baru kemudian Joseph pergi ke kamar mandi.
Zophie membantu Maya yang masih setengah sadar, bangkit dan menyerahkannya kepada pelayan lain yang sedang menunggu di pintu. Setelah itu, dia mulai buru-buru membersihkan tempat tidur yang ada. Kesan singkat bahwa pekerjaan itu lebih mudah dari yang dia kira kini hilang dari kepalanya.
***
Sebuah pesan tiba bahwa pangeran yang jarang berkunjung karena kesibukan bisnis barunya, akan mengunjungi rumahnya untuk pertama kali setelah sekian lama. Anne merasa kelelahan setelah bersih-bersih karena ingin menyambut pemiliknya sepanjang pagi. Dia lantas melempar kain pel yang digunakan untuk membersihkan jendela lorong di lantai dua.
"Oh, ini membuatku gila. Berapa lama aku harus melakukan ini?" keluh wanita itu.
Sebulan yang lalu, Anne berhasil mengusir Alice kini bersantai mengenakan gaun dan riasan, sedang menunggu panggilan kepala pelayan. Tetapi, ketika Maya tiba dan pergi ke kamar tidur pangeran, dirinya juga masih tidak mendapat panggilan yang ia nantikan itu.
Dia merasa ada hal yang aneh, Anne lalu pergi menemui kepala pelayan dan mendengar kabar yang mengejutkan bahwa pelayan jelek baru itu yang akan menjadi pelayan kamar pangeran. Mendengar hal itu, tentu saja emosinya langsung mendidih.
Anne tertegun, memprotes dengan keras, tetapi hanya mendengar kata-kata dingin sebagai balasannya. Dia bahkan dipersilahkan untuk meninggalkan kediaman pangeran jika dia tidak menyukai posisinya sekarang sebagai seorang pelayan.
Wanita itu memutuskan untuk langsung saja mengemasi barang-barangnya karena merasa semua rencananya gagal. Dengan perasaan penuh amarah, sebuah ide terlintas di dalam benaknya sehingga ia langsung membongkarnya lagi karena dia berpikir pangeran akan mengusir Zophie jika dia melihat wajah jeleknya.
Namun, sebulan telah berlalu. Perintah untuk mengusir pelayan jelek itu sama sekali belum keluar dari mulut pangeran yang masih mengunjungi Kediaman Lucius Artorius hingga saat ini. Walau terkadang pria itu sudah menjadi lebih jarang datang dari sebelumnya.
Anne bergumam, melirik pada kain pel yang jatuh di lantai dan terus mengeluh, "Ya karena pelayan pengganti belum ada maka jika dia pergi, mereka tidak punya pilihan selain harus memanggilku lagi kali ini."
Wanita itu berusaha mencari rencana untuk mengeluarkan gadis itu dari rumah pangeran. Dia mencari waktu yang paling tepat untuk melancarkan aksinya. Saat dia berpikir di dalam kepalanya, dia melihat pelayan bertubuh besar itu menaiki tangga.
Dengan gaun serba hitam, Anne menatap sosok besar itu yang justru mengenakan gaun pelayan khusus berwarna coklat. Instingnya membawa dirinya secara alami untuk mengikuti Zophie kembali ke kamar tidur pangeran.
Setelah empat bulan, kamar tidur pangeran bahkan tidak berbeda dari biasanya. Bau masky khas milik sang pangeran masih terselubung di dalam kamar besar itu, terutama pada tempat tidur yang menempati satu sisi ruangan yang luas. Kasur itu juga ditutupi dengan seprai sutra hitam pertanda telah ditinggali oleh pemiliknya hari ini.
Anne membayangkan dirinya berbaring dengan pangeran di atar seprai mewah itu. Dia tampak tersenyum sendiri hingga melihat Zophie yang keluar dari kamar mandi setelah membersihkannya.
"Aku hanya ingin tahu apakah diriku bisa membantu dirimu," katanya.
Wajah Zophie berubah menjadi cemberut. Anne menunjukkan senyum yang tidak tulus. Zophie dia tidak pernah ingin mengalihkan pandangannya dari wanita itu.
Kamar tidur pangeran adalah tempat di mana tidak seorang pun kecuali kepala pelayan dan Zophie yang bisa keluar masuk. Pada hari-hari biasa ketika pangeran tidak berkunjung, kamar itu akan terkunci rapat dengan kuncinya yang hanya ada berada pada dua orang yang kepercayaan pangeran.
Saat melakukan aktivitas bersih-bersih di pagi dan sore hari, dua pelayan di bawah pengawasan Zophie masuk dan membersihkan hal yang diperintahkannya. Anne bahkan sama sekali tidak diikutsertakan dalam tugas yang dilakukan olehnya.
Di tambah semua hal yang boleh dilakukan di kamar pangeran harus melalui izin Zophie termasuk akses untuk bisa melangkah masuk ke dalam sana. Daun teh yang di minum pangeran hanya bisa dibawa oleh Baron Albert sendiri dari kota kekaisaran.
**To Be Continued**