Chereads / Takdir Untuk Terlahir Kembali / Chapter 14 - Rasa Malu

Chapter 14 - Rasa Malu

Saat keduanya keluar dari ruang VIP bahkan sebelum acara dimulai, teater sekali lagi menjadi sangat heboh ketika melihat kedua bangsawan tersebut. Terlepas dari itu, Zophie telah kembali dengan selamat ke dalam kamar kecilnya, yang berada di sebelah ruang penyangga.

Dia memilih tempat yang gelap di teater, lalu duduk di lantai dan mengatur nafasnya dengan tenang. Dirinya baru saja terkena serangan panik.

"Wah, aku hampir saja bunuh diri. Meski begitu, dia terlihat sangat keren," gumam Zophie yang tampak memuji penampilan kacau sang pangeran.

***

Pemuda tampan yang memiliki rumor atas ketertarikan liarnya adalah putra kelima dari sang kaisar saat ini. Beliau adalah anak putra tunggal dari Ratu kedua, yang bernama Silvanna Neville Castus. Pangeran Lucius telah mewarisi Kerajaan Artorius dari kakek pihak ibunya, yakni Ratu Silvanna Castus.

Pria itu juga merupakan anak favorit dan kesayangan dari sang kaisar, yang bernama Lelouch Castus. Seorang sosok yang paling dicintai dan dipuji saat ini. Sang pangeran memiliki perawakan yang begitu tampan, menguasai keterampilan pedang, dan juga dianugerahi oleh kecerdasannya yang luar biasa.

Kerajaan Artorius yang diwarisi olehnya adalah sebuah negara kecil yang berada di antara Kekaisaran Castus dan Kekaisaran Windsor. Sebuah wilayah subur yang terkenal dan memiliki sumber daya alamnya yang akan kekayaan.

Pangeran Lucius juga mewarisi Artorius Business Group yang dijalankan oleh kakek dari pihak ibunya. Pria bangsawan itu juga terkenal akan bakat bisnisnya yang diakui dan mampu membesarkan usaha bisnis itu menjadi sebuah perusahaan bisnis besar hanya dalam jangka waktu lima tahun.

Sang pangeran terkenal sebagai orang terkaya di benua itu pada usia dua puluh tiga tahun. Dia bersikap seolah-olah sama sekali tidak tertarik pada politik. Namun, dirinya juga yang merupakan sosok yang paling diawasi dan diperhatikan di Castus, sebab tidak ada keturunan langsung yang dinobatkan sebagai penerus. Itu berarti kursi Putra Mahkota masih kosong.

Karena itu, dia menjadi sasaran rasa iri dari semua orang. Sebuah mimpi besar bagi orang-orang biasa untuk menjadi pasangan tidur pria sepertinya yang mewarisi kekayaan, penampilan, gelar bangsawan, dan semua hal hebat lainnya. Memenangkan pria sepertinya akan menjadi sebuah anugerah besar di dalam kehidupan.

Semua orang senang menjual diri mereka dalam promosi yang bahkan tak diminta. Hal ini disebabkan oleh ilusi bahwa mereka dapat mengambil posisi resmi itu sendiri, meskipun mereka tahu bahwa posisi itu hanya akan bertahan beberapa bulan.

Zophie, yang telah mendengar wilayah Artorius begitu banyak membuat telinganya terasa terus panas berdengung. Melihat sosok yang menjadi buah bibir orang-orang hari ini membuat dia benar-benar mengerti mengapa selalu ada keributan dan adu saing yang begitu heboh.

Namun, orang seperti Zophie tidak tertarik. Dirinya tidak ingin menjadi sebuah kisah musim panas yang akan habis seiring dengan tegukkan sebotol anggur. Zophie menghela nafas lega bahwa dia selamat dari malapetaka dan maut hari ini.

"Setidaknya, aku senang pemilik rumah dimana aku akan bekerja minggu depan adalah orang yang cukup baik. Eh, sepertinya tidak benar apa yang kupikirkan sebelumnya. Garis dadaku begitu terlihat jelas sekarang dan ini akan menarik perhatian orang-orang," gumamnya.

Dengan keinginan untuk menyangkal kenyataan, Zophie membuka pintu kamar kecilnya, buru-buru mendekati cermin di sudut ruangan setelah memastikan tidak ada orang di sana.

"Ya Tuhan. Apa-apaan ini?" teriaknya halus.

Entah dia malu atau senang, wajah coklatnya terlihat cerah dan dadanya yang bernoda dengan cairan metum yang dioleskan dengan tergesa-gesa agar sesuai dengan warna wajahnya tampak berkilau dan membengkak. Bahkan sepertinya buah dadanya siap meledak.

Selain itu karena dia buru-buru memasukkan kain yang tertumpah minuman anggur ke dalam blusnya, bagian depan gaun miliknya tampak basah kuyup sampai tembus langsung ke kulit. Oleh karena itu, membuat garis besar isi dalamnya terlihat menggugah selera.

Zophie menghela nafas dengan putus asa. Dia masih berpikir bahwa setidaknya dia tidak menunjukkan tubuh polosnya secara utuh. Tapi, begitu dia mengeluarkan sehelai kain yang sudah membuatnya tidak nyaman, rasa terkejut menghampirinya.

Saat kain merah itu terangkat, dia tidak tahu apakah ikatan tali bagian depan gaunnya itu telah jatuh atau baru saja terbuka. Jelasnya, dia ingin membersihkan noda anggur tersebut tetapi kedua bangsawan itu malah tampak mengolok-olok dirinya seolah-olah ada hal penting yang harus disembunyikan padahal semuanya telah terungkap. Selain itu, ada tanda lahir berbentuk titik hitam kecil di tengah tulang dadanya dan hal ini mungkin akan mengekspos sosok dirinya yang sebenarnya.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa untuk kembali hidup dengan selamat setelah ini. Insiden lain pasti akan cukup sulit untuk dilalui. Rasanya dunia luar tampak begitu mengerikan," jerit batinnya.

Zophie terlihat memerah, dirinya merasa malu dan takut. Pikirannya bahkan telah terbang kemana-mana. Dirinya perlahan segera bergegas ke ruang belakang, mencoba melupakan segalanya.

***

"Yang Mulia, kau bahkan lebih kuat hari ini," puji Maya dengan sangat gembira walau seluruh tubuhnya tampak begitu basah.

Maya sekali lagi jatuh cinta dengan Pangeran Lucius. Pria bangsawan itu tampak lebih bersemangat dari biasanya, mengisi seluruh daya hasratnya. Memiliki seseorang yang seperti ini akan baik baginya sekalipun dia miskin, sebab surga dapat disentuh kapan saja.

Namun sayangnya sosok pria itu tetap seorang bangsawan. Dia seorang pangeran yang memiliki potensi dan hak untuk meneruskan takhta.

Maya mengira dia benar-benar telah jatuh cinta dan bahkan lebih ingin memiliki seorang pria sepertinya tanpa syarat. Terlepas dari upaya yang dilakukannya, saat Pangeran Lucius Artorius turun darinya dan mencoba segera bangkit dari tempat tidur seperti biasanya, Maya buru-buru meraih lengan kokoh itu.

"Yang Mulia, diriku tidak ingin meninggalkan sisimu setelah malam mini kita lalui dengan begitu indah. Lagi pula malam masih tampak panjang sebelum fajar akan terbit. Biarkan aku tinggal sedikit lebih lama," bujuk wanita itu.

Pangeran Lucius bangun dari tempat tidur, melepas tangan wanita yang sedang memohon dengan rambut merah mengkilapnya yang tergerai. Tanpa peduli sedikitpun, pria itu langsung memerintahkan pelayan kurus berambut hitam yang sedang menunggu di sudut ruangan, "Suruh dia keluar."

Ketika pelayan yang berdiri di sudut ruangan itu hanya menatapnya dengan bodoh, tanpa menanggapi perintah darinya, Lucius otomatis marah lalu berteriak, "Joseph! Joseph!"

Joseph, sang pengawal yang sedang menunggu di luar sana, lantas bergegas masuk ke kamar pangeran atas panggilannya. Maya menjerit dan bersembunyi di balik seprai.

"Apakah ini caramu melatih pelayan? Lihat wanita itu! Panggil Albert sekarang. Ini telah terjadi lebih dari sekali. Ada apa dengan kalian semua?" bentak sang pangeran.

**To Be Continued**