Dia merasa lebih kasihan pada Zophie daripada anak yang lain. Dirinya bersimpati soalnya kehidupan glamor yang dijalaninya tiba-tiba berubah hingga gadis itu harus menjadi gelandangan. Seorang yang hidup dalam kemewahan, terlahir dari darah terhormat dan memiliki nama bangsawan saja bisa terhempas menjadi seorang gelandangan apalagi hanya dengan orang yang biasa. Miya ingin menjadi seseorang yang dapat diandalkan oleh gadis muda itu sementara dia masih memiliki popularitas dan kekuatannya sebagai seorang aktris. Dia merasa berhutang budi kepada almarhum Samantha, ibu Zophie.
Wanita itu berkata dengan tulus, "Zophie, jika terjadi sesuatu, pastikan kamu akan menghubungiku yah. Bisakah kau berjanji kepadaku bahwa kau tidak akan menjalani semuanya sendiri atau terjun dalam sesuatu yang berbahaya? Aku tahu kau adalah anak yang sangat berani dan mandiri, tapi tetap ingatlah dirimu tidak berjuang sendirian."
Gadis itu tersenyum melihat mata coklat dan sikap ramah yang ditunjukkan oleh Miya. "Terima kasih telah menjagaku selama ini. Aku sangat senang memiliki banyak tempat untuk pulang ketika diriku mengalami kesulitan. Aku sangat menghargai perkataanmu."
"Ngomong-ngomong, aku ingin memberikanmu hadiah sebagai kenangan karena telah mendapatkan pekerjaan baru dan bisa segera memulai hidupmu di luar sana. Apakah ada sesuatu yang ingin kau miliki?"
Ketika Miya bertanya, Zophie mendadak bingung. Sesuatu terlintas di benaknya, ia lantas berkata dengan agak malu, "Aku ingin kacamata. Tak perlu yang mahal seperti yang dikenakan para bangsawan atau para artis. Hmm, kau tahu yang modelnya besar dan tebal… mirip seperti yang dikenakan oleh Jackson, si manajer."
Miya tertegun mendengarnya, "Kacamata? Kenapa tiba-tiba?" Zophie berusaha menjelaskan, "Begini, aku tidak ingin berpapasan lagi dengan pangeran ketika aku masuk sebagai pelayan kebersihan di sana tapi, aku melakukan semua ini hanya untuk berhati-hati saja jika dia mungkin bisa mengenali diriku. Kau tahu menghilangkan kemungkinan apa pun. Dia memaafkanku kemarin, tapi aku takut dia akan marah lagi saat melihat wajahku nantinya."
Untuk melindungi dirinya, Zophie merasa dirinya sangat membutuhkan kacamata tebal untuk menyembunyikan wajahnya. Dia tak ingin menjalani hidupnya di sana dengan penuh rasa gelisah.
"Ah ya, di Kediaman Lucius Artorius tempat kamu akan bekerja sebagai pelayan nyanyi nya," Miya mengangguk dan menambahkan lagi, "Ya, aku akan mencarikannya dan memesan itu untukmu. Sebenarnya, aku ingin mencarikan tempat lain untukmu bekerja, tapi waktuku benar-benar tak banyak. Aku merasa tidak tenang jika mengirimmu ke mana saja. Namun, aku harap kau tidak akan mengalami masalah, sebab kau memiliki surat rekomendasi dari Marquis Parveen."
***
Mengingat kata-kata penuh kasih sayang dari Miya, Zophie sekali lagi memiliki tekad yang kuat. Dia memberikan surat rekomendasi kepada penjaga gerbang. Dia berusaha bersikap tenang dan menghindari tatapan tajam dari para ksatria.
Penjaga gerbang melihat surat rekomendasi dengan tatapan curiga lantas segera membuka gerbang, lalu membimbingnya ke arah pintu belakang yang digunakan oleh para pelayan. Walau melihat ada hal yang janggal, mereka tetap mengizinkan Zophie untuk melangkah masuk.
"Ya Tuhan, apa ini? bagaimana bisa kenalan Marquis Parveen tampak begitu gemuk dan jelek. Yah sekalipun dirinya hanya seorang pelayan yang bekerja di rumah pangeran. Ini akan mencemari martabat Yang Mulia," tutur seorang kepala pelayan, Kate saat menatap Zophie sambil mengerutkan keningnya.
Sepupu Pangeran Lucius Artorius, Marquis Mortimer Parveen, adalah anak dari saudara perempuan kaisar, yaitu Putri Charlotte Castus. Meskipun kalau dibandingkan dengan sang pangeran, garis tahta yang dimiliki Marquis Parveen jauh dari tingkat keturunan putra sang kaisar. Namun, walau begitu sosoknya masih termasuk bagian inti dalam anggota keluarga kerajaan.
Setelah membawa surat pengantar dengan penampilan yang dianggap hina, Kate tidak bisa mengirim Zophie kembali bahkan jika dia menampilkan pemandangan yang merusak mata. Kate hanya bisa menghela nafas dan menatap gadis di depannya lagi. Berpikir keunggulan apa yang dimilikinya.
Dengan tinggi 165 sentimeter, Zophie memiliki bahu lebar, garis pinggang tebal yang terlihat lebih lebar dan tidak bisa ditutupi oleh kedua lengan. Meskipun begitu, pinggulnya masih tampak halus. Sayangnya rambut miliknya jelas terlihat kaku, begitu panjang, sekalipun itu memiliki corak warna merah yang unik.
Semakin tinggi seorang bangsawan, biasanya semakin penting penampilan seorang pelayan yang bekerja dibawah mereka. Zophie adalah seorang pelayan yang seharusnya bekerja di kediaman pangeran, tidak di tempat sembarangan tapi, dia tidak menunjukkan pemandangan yang enak untuk ditatap lama-lama. Kate hanya bisa menggelengkan kepala padanya, berusaha mengabaikan segala kekurangan yang jelas tampak.
Wajahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan tubuhnya yang begitu besar. Warna kulitnya juga terlihat sangat gelap dan pucat seolah dia tampak sakit, dan perpaduan dengan warna rambutnya tampak sangat tidak cocok. Selain itu, Kate juga tampak tak senang dengan kacamata tebal yang dia kenakan. Kacamata besar yang sepertinya membuat hidungnya tenggelam, membuatnya tidak mungkin untuk bisa menebak seperti apa warna dan bentuk matanya.
Kate berbicara kepada Zophie dengan wajah yang tidak menyenangkan, "Bisakah kamu bekerja dengan penampilan yang membosankan itu? Bukan untuk menyinggung tapi, kau harus mengurus kamar tamu di lantai pertama, lorong tempat tinggal para pelayan, dan ruang makan. Kau juga harus membersihkannya dengan hati-hati. Pastikan bahwa dirimu juga tidak menarik perhatian para tamu atau pun Yang Mulia sekalipun. Apakah kamu mengerti?"
Zophie yang tadinya merasa begitu tegang kini jadi lebih tenang. Saat Kate mengusap dahinya, dia kemudian berbicara dengan enggan. "Ya, kepala pelayan."
Tapi saat dia menjawab dengan sopan, kepala pelayan itu membalas, "Baiklah kalau begitu. Kamarmu berada di salah satu tempat tinggal para pelayan di lantai empat, tepatnya di sebelah tangga. Naiklah ke atas, tinggalkan bawaanmu di sana lalu segera turun. Aku harus menyiapkan pakaian yang cocok untuk dirimu, jadi kau hanya akan memakai pakaian itu untuk bekerja sampai seragam resmi milikmu siap."
"Iya," balas Zophie yang membungkuk padanya dengan sopan sekali lagi. Dirinya lalu naik ke lantai empat menggunakan tangga yang disediakan khusus untuk para pelayan.
Ruangan itu tidak ditunjukkan untuk siapa pun, tapi Zophie langsung tahu kamar mana yang menjadi miliknya. Setelah dia membuka pintu tepat di sebelah tangga, gadis itu langsung masuk ke dalam sana. Gadis itu melihat satu tempat tidur dan satu lemari yang terbuat dari kotak kayu dengan sebuah meja kecil untuk menempatkan barang-barangnya.
Kamar kecil yang bersih membuat Zophie tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Dia sangat senang memiliki ruangannya sendiri dengan jendela dan sinar matahari yang dapat masuk dengan jelas karena sebelumnya ia telah tinggal di sebuah ruangan kecil di sebelah ruang penyangga teater.
**To Be Continued**