Chereads / Takdir Untuk Terlahir Kembali / Chapter 19 - Rasa Kesal

Chapter 19 - Rasa Kesal

Zophie telah menahan emosinya dan tetap memilih untuk bersembunyi dibalik kata kesabaran sejak kemarin. Dan sekarang, dia malah menghadapi tantangan dari seorang pengagum rahasia lain milik pangeran. Sejak pagi, Zophie menerapkan pandangan, 'Mari kita tidak berurusan dengan orang-orang dan tetap bersikap dengan tenang.'

Tetapi berbeda dengan Anne yang terus mengutak-atik segala sisi yang ada demi mencari suatu peluang. Wanita itu kembali berbicara, "Potret es krim lezatnya? Apa maksud dari hal tersebut?"

Ketika Anne tidak dapat menangkap maksud dari kalimat yang Zophie lontarkan, membuat gadis itu mendengus kesal akibat dirinya terus diinterupsi oleh pelayan yang bernama Anne. Saat hendak mencoba untuk mendiamkan suasana yang ada, mata Anne justru malah terbuka dengan lebar dan kembali bertanya, Zophie menjawab dengan ekspresi yang jijik, "Jika kamu tidak mengerti, yah tidak apa-apa. Dan jika kau tak ingin bekerja hari ini, maka aku akan memberitahu kepada kepala pelayan. Diriku juga sibuk melakukan semua tugasku dan aku juga tidak keberatan jika harus melakukan pekerjaan dua orang."

Perubahan yang mendadak pada sikap Zophie menunjukkan indikasi bahwa dia bukanlah seorang pelayan yang biasa. Dia cukup pintar dan memiliki kalimat yang cukup menyayat hati. Khususnya untuk seorang yang baru saja diterima di sini.

Hal itu membuat Anne melongo padanya, "Hei, apa kau tidak mendengar siapa aku kemarin? Aku bukan tipe orang yang terlihat akan membersihkan sesuatu. Jika aku menjadi pelayan pangeran lagi nanti, aku bisa membuatmu bekerja di bawahku. Kemudian kau bisa melihat pangeran dari dekat."

Mengerutkan dahinya, Zophie berkata, "Oh tidak perlu. Kau tidak harus memberikan diriku kesempatan itu. Jadi mulailah bekerja sekarang atau aku akan pergi dan memberitahu kepala pelayan semua ocehanmu yang tidak berarti ini. Karena kalau harus jujur, dari tadi kau hanya sibuk mengganggu diriku dan bukan mengerjakan pekerjaanmu."

Untuk membersihkan tempat yang ditentukan, umumnya setiap pelayan harus membersihkannya dalam tim dua orang atau berpasangan. Anne yang diturunkan menjadi pelayan kebersihan, dan Zophie yang baru saja bergabung, menjadi sepasang rekan untuk mengganti seprai dan membersihkan debu furniture.

Keduanya juga mendapatkan giliran untuk pembersihan karpet dan lantai yang nanti akan diawasi secara khusus. Namun, ketika Anne menyerahkan bagian pekerjaan miliknya yang seharusnya dikerjakan sebagai sepasang rekan pada Zophie kemarin, membuat gadis itu rasanya ingin meledak.

"Apa bedanya jika aku menambahkan satu orang lagi sebagai musuh ketika diriku jelas dikelilingi oleh para musuh dari segala sisi? Sekarang aku tidak peduli apa yang akan terjadi," kata Zophie dalam hati.

Zophie lantas memberikan pel yang dipegangnya pada Anne, mengabaikan reaksi mulutnya terbukanya karena merasa terkejut. Dia menoleh ke belakang dan mengancamnya lagi, menyeret karpetnya ke mana-mana dan tidak membiarkannya keluar ruangan.

Gadis ini mengatakan dengan tegas, "Pastikan kamu membersihkannya sampai aku kembali. Aku yang melakukan pekerjaanmu kemarin, jadi aku ingin kamu menyelesaikan pembersihan lantai yang ditugaskan kepadaku hari ini."

Anne kemudian harus melanjutkan pekerjaan bersih-bersih yang tidak dia sukai karena dia tidak bisa bermalas-malasan setelah ancaman yang dilontarkan Zophie padanya. Setelah dia berhasil menyelesaikan pekerjaanya, dia masih saja merasa sangat marah dan mendengus, "Meskipun kau seorang pemula, kamu berani mengancamku! Aku tidak bisa tetap seperti ini selamanya. Aku akan memberimu pelajaran, lihatlah!"

Anne mengira dia bisa dengan mudah melemparkan pekerjaan sebagai seorang pelayan pada Zophie yang merupakan sosok pelayan baru. Seseorang yang tidak akrab dengan pelayan lain. Kesempatan ini harusnya digunakan Anne sebagai batu loncatan untuknya sampai dia bisa kembali sebagai pelayan kamar pangeran. Tapi sekarang rasanya seperti dia dipukuli dari belakang, dan kini dia ingin mencari cara untuk mengusir pelayan jelek itu.

"Anne? Apa yang sedang kamu lakukan?" tegur Alice yang pernah bekerja dengannya sebagai pelayan pangeran. Dirinya berdiri di lorong ruang makan yang memang dibuat khusus untuk para pelayan dan pengawal.

"Oh, aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Apakah kamu sudah makan malam?" balasnya balik.

Masih ada waktu setengah jam lagi hingga waktu makan malam berakhir, dan saat dia meninggalkan ruang makan, Anne bertanya tentang penampilannya pada Alice secara tak langsung. "Pangeran akan datang hari ini. Aku sepertinya harus bersiap-siap."

Anne dan Alice bergiliran menjaga kamar tidur pangeran, tetapi tampaknya hal itu mengingatkannya pada pekerjaan waktu penuh saat dirinya masih bekerja sebagai pelayan kamar pangeran karena sekarang dia telah diturunkan menjadi seorang pelayan kebersihan. Oleh sebab itu, ekspresi Anne masih tenggelam dalam kecemburuan karena dia menyesal atas pekerjaannya yang telah hilang.

"Pekerjaan ini sepertinya bagus untukmu. Jaga agar kepalamu tetap lurus. Jangan seperti diriku," sahut Anne.

"Ah iya. Kalau harus jujur, rasanya aku sangat gugup sekarang. Ngomong-ngomong, apa yang masih kamu lakukan di sini?" Alice bertanya tersipu seolah dia menantikan malam ini.

"Apa kau sudah bertemu dengan pelayan baru? Gadis yang tampak aneh itu," celoteh Anne.

"Belum. Tapi, aku pernah melihatnya pada hari dia memasuki kediaman ini. Wah, diriku tidak tahu apa yang akan dia lakukan dengan tubuh besarnya itu. Bahkan jika dia membawa surat rekomendasi khusus, kepala pelayan sepertinya terlalu berhati lembut. Tapi kenapa kau jadi menyinggung dirinya?" tutur Alice.

Sejujurnya, Anne mengira dia tidak melakukan kesalahan. Jadi sekarang dia mendramatisir apa yang terjadi beberapa hari yang lalu dan memberi tahu hal tersebut pada Alice. Tak tahu bagaimana, tapi sepertinya dia ingin mendapatkan dukungan dan validitas dari orang lainnya.

"Apa? Jadi dia tidak bekerja sama sekali, dan kau melakukan semuanya sendiri? Apakah dirimu membiarkan itu terjadi? Kalau aku jadi dirimu, aku pasti akan berbicara dengan kepala pelayan sekarang agar dirinya langsung di pecat," kata Alice dengan geram.

Saat Alice berhasil terkompori hingga menjadi panas akan marah, Anne berpura-pura menunjukkan sikap dermawan dan menghentikan amarahnya.

"Aku tidak berpikir ada tempat lain untuk pergi. Lebih baik jika diriku yang melakukan semuanya. Tetap saja, aku mengatakan kepadanya bahwa diriku akan melapor kepada kepala pelayan jika dia tidak terus bekerja dan bermalas-malasan. Kau tak harus marah, serahkan saja semuanya kepadaku seperti itu, sepertinya dirinya butuh sedikit dipaksa untuk melakukannya. Tapi yah aku mengalami kesulitan karena aku bekerja lebih banyak," ujar Anne dengan lirih.

"Oh, malangnya nasibmu! Pasti ini fase sulit yang kau alami. Jadi, apakah kau berpikir untuk melakukannya?" tanya Alice yang bersikap prihatin.

"Rasanya aku ragu. Aku tidak akan senang jika harus berbicara dengan kepala pelayan secara langsung, tetapi aku juga merasa sedikit tidak adil membiarkannya pergi," jawab Anne menunjukan sikap pasrahnya.

**To Be Continued**